Unsent

49 3 2
                                    

Lebih dingin dari kemarin, temperatur malam ini cukup membuat orang-orang malas bergerak dan memilih meringkuk di bawah selimut, atau membuat mie rebus panas dengan irisan cabe rawit dan telur setengah matang.

Tidak jauh berbeda dengan yang sedang dilakukan Hansel malam ini. Di pojok kamarnya ia duduk menatap jendela kaca yang dibiarkan sedikit terbuka, sehingga menghantarkan suhu dingin yang merayap lambat menerpa kulitnya dengan lembut. Gordennya turut bergerak karena terpaan angin ringan yang masuk. Netranya memandang ramainya kerlap lampu kota Jakarta pukul 18.17 WIB hatinya tak bergumam tentang lukis pemandangan ini. Akan lebih bagus saat bintang bertaburan, tapi ini hujan, dan jelas ia tidak akan merasakan hal semacam ramai senyap ini kala malam terang karena riuh kota biasanya teramat ramai.

H a n s e l

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H a n s e l

Nikmat sederhana malam ini; bisa menikmati malam tenang dengan mie rebus pedas dan telur setengah matang. Tiba-tiba saja ada rasa rindu akan rumah muncul ketika gue memperhatikan basah kaca jendela yang disebabkan oleh percikan hujan yang turun lumayan lebat. Gue tersenyum, kemudian menoleh ke belakang, melihat ruang kamar berukuran lumayan besar yang hanya ada gue di dalamnya. Rumah ini emang terlalu besar, nggak heran kalau rasa hampa yang gue rasakan teramat kental.

Tangan gue menarik HP yang ada di sisi mangkuk. Satu kontak dengan bintang hijau tersemat paling atas. Masih dengan nama yang sama Mami.

Mami lagi apa?

Satu detik. Dua detik. Gue masih menunggu tanda baca yang muncul pada ruang obrolan kami, namun sepertinya Mami sedang tidak memegang HP. Alhasil gue buka timeline dan melihat beberapa postingan disana. Salah satu yang menarik minat gue adalah story yang dibuat Luna. Nggak mikir dua kali, gue langsung saja untuk tap story-nya. Dia mengunggahnya satu jam yang lalu, sebuah foto yang berisi novel dengan satu kalimat yang ia highlight. Kalimat itu tertulis;

'Selama apapun itu aku masih sanggup. Yang perlu kamu lakukan adalah memberi isyarat bahwa aku harus tetap tinggal dan menunggu.'

Sebenernya tangan gue gatal ingin memberikan komentar, tapi setelah dipikir-pikir akhirnya gue mengurungkan niat dan langsung lanjut ke slide berikutnya. Hingga gue sampai di storynya Bang Raynar yang berisi foto sebuah ruangan yang gue yakin bahwa itu kelab.

Luna di rumah sendiri.

Pikiran gue berisi tentang berbagai macam pertanyaan, seperti apakah sekarang Luna juga merasa kesepian sama halnya seperti gue, atau apakah dia sedang baik-baik aja sekarang?

Banyak pertanyaan itu berakhir dengan gue menyambangi ruang obrlan Luna. Mengetikkan beberapa huruf dengan ragu dan banyak pertimbangan.

Lun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang