Four Seasons

51 8 0
                                    

Jika tanpa raga saja rasanya masih kuat terasa
Bagaimana bisa?
Seakan semua yang saya lakukan terasa sia-sia

Oh, saya baru ingat

Selama ini memang tidak ada usaha saya untuk melupakan

Karena kamu terlalu indah untuk dilupakan, tapi juga terlalu menyakiti untuk diingat

L u n a

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

L u n a

Makin hari gue makin dekat sama Hansel, selain karena sering ketemu, dia juga sering ngajak gue ngobrol banyak hal yang kebetulan topiknya bikin gue tertarik.

Dan karena itu gue jadi tau banyak soal dia. Dia banyak cerita saat ada di dekat gue. Walau gue sering menunjukkan ketidak tertarik akan semua ceritanya, tapi karena sesuai penilaian awal gue kalau dia ini manusia bermuka tebal. Dan sepertinya tidak memperdulikan gimana tanggapan orang lain yang ada disekitarnya. Makanya gue jadi terbiasa.

Ditambah lagi gue udah hidup hampir tiga tahun sama manusia yang satu spesies sama Hansel—iya Raya. Ya, gimana? Satu gen. Nggak heran kalau mulutnya sama-sama hiperaktif.

Pagi tadi sekitar jam delapan, saat-saat di mana gue masih menikmati bobok cantik ala Prinses Syahrini, Raya datang ngerecokin waktu berkwalitas gue. Main nyelonong masuk kamar dan membuat waktu tidur gue terganggu.

Dan siangnya dia kembali ngerepotin gue dengan ngidam ayam geprek yang harus gue beli sama Hansel. Katanya rasa ayamnya beda kalau diantar sama kurir ojol.

Males banget ya, kan?

Sepuluh menit kita jalan akhirnya gue dan Hansel sampai di sebuah restoran ayam geprek yang lumayan terkenal di Jalan Cendrawasih.

Buset dah. Kayaknya setengah jam aja nggak kelar buat ngantri karena tempatnya dibanjiri sama pembeli. Nggak heran juga sih. Hari Minggu soalnya.

"Sialan. Si Raya ngerepotin banget, sih. Pake nggak mau pake jasa ojol buat beli ginian. Bedanya apa coba?" Gue terus memandang ke arah kasir, kali aja pesanan gue udah jadi.

"Udah nggak usah liatin terus. Ntar juga kalau pesanan kita jadi bakal dipanggil."

"Tapi nggak dipanggil-panggil dari tadi." Gue mulai frustasi.

"Sabar elah. Tunggu lima menit lagi." Beberapa saat setelah Hansel berucap, penjaga kasir menyebutkan nomor pesanan kita dengan lantang. Jadi tanpa basa-basi lagi gue langsung ke kasir buat bayar dan segera meninggalkan tempat itu secepatnya.

"Sepupu lo punya bakat ngerepotin orang."

"Sepupu gue temen lo juga."

Gue berdecih sambil jalan beriringan ke mobil.

AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang