Warning: chapter ini mengandung adegan kekerasan.
•••
Jimin terbangun dari tidurnya secara tiba-tiba. Mengusak kelopaknya, pemuda itu mematai sekelilingnya; mencoba mencari tahu hal apa yg telah membuatnya terbangun. Dalam tidurnya, pemuda itu bermimpi bahwa ia kembali berada di instalasi breeding dan itu merupakan salah satu mimpi terbaiknya; karena, meskipun tidak pernah memancarkan kehangatan sebuah rumah, tinggal di tempat itu jauh lebih baik daripada hidup disini.
Pemuda itu bangkit dari kasurnya dengan perlahan dan penuh kehati-hatian; tubuhnya masih terasa sakit akibat pukulan dan tendangan Master-nya semalam. Kegelapan melingkupi ruangan itu dan Jimin hampir tidak bisa melihat apapun--tapi tidak masalah. Ia suka berada dalam gelap.
Di siang hari, kau bisa melihat dengan jelas bahwa ruangan yg Jimin tempati berukuran sangat kecil dan berdebu di setiap sudutnya; ruangan itu hanya mampu menampung sebuah kasur tua yg ringkih dan sebuah lemari kecil, tempat pemuda itu menyimpan beberapa pakaiannya.
Dalam kegelapan, Jimin pun menatap jendela lebar yg berseberangan dengan kasurnya. Jemarinya tanpa sadar meraih kalung berbahan kulit kasar yg melingkari lehernya. Pemuda itu menghela nafas pelan. Pemandangan hutan yg gelap entah bagaimana berhasil membuat hatinya tenang; pemandangan itu adalah satu dari sedikit hal yg masih bisa membuat Jimin bahagia.
Hujan turun diluar sana.
Deras.
Dan pemuda itu menyaksikan kilatan cahaya, yg disusul suara dentuman kencang setelahnya.
Ah, jadi itulah yg mambuat pemuda itu terbangun; petir.
Betapa cantiknya, fikir Jimin.
Terhanyut dalam pemikirannya terlalu dalam, pemuda itu tidak menyadari derit halus dari pintu kamarnya yg terbuka. Sebuah bayangan gelap memasuki ruangan itu.
"Jimin."
Mendengar suara itu memanggil namanya membuat tubuh Jimin seketika terasa dingin.
Master-nya.
Ia adalah seorang pria dengan perawakan yg besar dan kekar; jika ekspresi mengancam nan intimidatif tidak terpampang di wajahnya, pria itu bisa saja disebut tampan. Jimin selalu merasa takut melihat pria itu, dan Jimin sungguh tidak bisa menerima kekerasan dalam bentuk apapun saat ini. Tubuh ringkihnya otomatis menegang, Jimin membalikkan tubuhnya menghadap sosok yg perlahan semakin mendekat itu. Seperti pemangsa yg perlahan mendekati hewan buruannya.
"Ya, tuan?" Jawab Jimin pelan, memusatkan pandangannya pada lantai kayu penuh goresan di kaki Master-nya; tidak berani menatap wajah pria itu sama sekali.
"Maafkan aku." Ucap pria itu tiba-tiba. Jimin hanya terdiam mendengarnya, pemuda itu tidak tahu harus berkata apa. Dan ketika ia sedikit mendongakkan kepalanya, Jimin disambut oleh raut penuh kemurkaan Master-nya.
Pria besar itu menggenggam sesuatu yg terlihat seperti botol kaca, dan sepersekian detik kemudian ia melemparkannya pada dinding di samping tubuh Jimin. Pemuda itu tersentak mendengar suara pecahan kaca yg menggema di ruangan kecil itu.
"Mengapa kau selalu memaksaku untuk melukaimu lagi dan lagi?! Aku selalu berusaha bersikap baik padamu namun kau selalu mengabaikan usahaku!" Jimin terlonjak ketika pria itu semakin mendekat, pemuda itu bisa mencium bau alkohol yg pekat dengan penciumannya yg tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here Kitty, Good Kitty.
FanfictionYoonmin. Kisah ini dimulai ketika Yoongi menemukan sesosok hybrid kucing di halaman belakang rumahnya, tanpa sengaja. "Ayo mendekatlah, kucing kecil-- kitty." WARNINGS: -BxB -NSFW scene -Slight violence -Cursing -Other Hybrid!AU [translation] [cred...