| Part 7 |

1.5K 67 1
                                    

"Bryan i love you. I love you too."
-deardiary.

~¤~

"Yan, kata lu mending beli yang mana?" Ucapku sambil menunjukan dua buku dengan sampul berwarna hitam dan putih namun judulnya sama.

Bryan tampak berfikir "Yang hitam bagus kayanya, tapi yang putih juga bagus."

Bukannya ngasih tau malah bikin tambah pusing.

"Iya dua- duanya bagus, mangkanya gue nanya elo ogeb."

"Yang hitam aja na, yang putih cepet kotor." Perkataan bryan membuatku berhenti untuk menyumpah serapahi dirinya. Solusi yang bagus.

Aku langsung mencari cari buku yang lain dan bryan tampak mengikutiku dari belakang.

"Na, bukunya bagus ga?" Tanyanya dengan menyodorkan satu buku berjudul 'Dia' Salah satu karangan penulis favoritku. Aku sudah baca dan sudah membelinya sekitar satu bulan yang lalu.

Aku mengangguk karena memang buku itu bagus dan ceritanya ga disangka- sangka lebih bagusnya lagi cerita itu sad ending.

Kami berduapun lekas membayar buku yang kami beli di gramedia setelah lama mengelilingi setiap rak bergenre buku.

"Kita makan dulu na, Laper gue." Ucapnya membuatku memutar bola mata malas. Padahal sebelum ke mall dia dan aku sudah makan dirumahku bersama nenekku. Karen nenek masak banyak dan bryan diajak. Huft menyebalkan sekali.

Berhenti di salah satu restoran kami berdua langsung masuk dan mencari kursi dan meja yang kosong.

Tapi mataku serasa familiar dengan seseorang yang duduk di pojok dekat kasir.

Itu lira dan kelvin?

"Ngapain mereka berduaan disini?" Tanyaku dalam hati.

"Yan, liat deh. Itu kelvin kan sama lira?"tanyaku sambil menunjukkan satu arah dengan telunjukku kepada bryan yang masih mencari meja dan kursi untuk kami.

Bryan pun melihat arah yang ku tunjuk dan dia langsung kaget. Anehnya dia yang kaget aku yang hampir terjatuh dan bryan menangkap tubuhku.

Posisi kita masih dengan aku dan bryan saling menatap dan tangan bryan yang mengitari punggungku seraya menahan agar aku tidak terjatuh.

Cukup lama kami bertahan pada posisi itu kemudian salah satu pelayan datang menanyakan pesanan.

"Alhamdulillah." batinku.

Jujur, saat menatap matanya yang hitam dan tajam jantungku berdegub kencang tak seperti biasanya entah apa yang terjadi dalam hati ini, Aku sendiri tak mengetahuinya.

Kami pun berdua duduk dimeja yang baru saja kosong dan menyebutkan pesanan kepada pelayan itu.

Pelayan pun akhirnya beranjak pergi.

"Ma-..makasii yan." Ucapku berterimakasih tapi bodohnya kenapa harua terbata bata sih ngomongnya. Biasa aja kali na.

"Ah-..ya-..ya sama sama." Bryan pun tampak gugup. Dia kenapa? Tingkahnya juga beda banget sama bryan yang biasanya.

Aku masih melihat kearah meja yang ditempati lira dan kelvin dan tiba tiba lira melihatku. Aku pun refleks membulatkan mata namun detik kemudian aku mengisyaratkan lira untuk ke toilet bersamaku.

Ditoilet aku ingin bertanya ada hubungan apa mereka berdua walaupun sama denganku dan bryan. Tapi jelas aku dan bryan hanya sahabat, Ya sahabat.

"elo pacaran sama kelvin, lir?"tanyaku to the point saking penasarannya. Aku tau itu hal biasa berjalan dengan cowo dimall tapi biasannya menurutku itu adalah karena hanya bryan yang selalu bisa menemaniku lagipula keluarga kita kenal baik.

Dear Diary (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang