02

202 8 0
                                    

Perlahan-lahan,
Senyum lembut itu menimang bara nadiku. Membuatku terlena dalam buaian nada, yang beriak pelan dengan begitu indahnya.

Perlahan-lahan,
Tawa itu mengaburkan kejelian imajiku. Mengembalikan bias kesejukan yang sudah lama meninggalkan jiwa.

Namun kemudian,
Ia menorehkan setitik luka.

Padahal,
Sudah ku dekap sedemikian rupa,
Agar riaknya tetap pasang menenggelamkan lara.

Padahal,
Sudah ku bisikan alunan nada,
Agar melodinya tetap menggema meneriakkan asa.

Nyatanya itu sia-sia.
Ia singgah membawa tawa,
lalu kembali berkelana
setelah memberiku tiara duka.


Desember, 2018

Frasa SemataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang