Aku perempuan.
Terikat norma permainan peran.
Aku perempuan.
Peranku menunggu, bukan mengejar.Namun, Kau—Tuan Terkasihku,
Membuatku menjadi perempuan pembangkang.
Menentang semua norma permainan,
Melupakan batas etika peran.Aku berlari, mengejar.
Merangkak saat hati mulai mengeluh.
Lalu tertatih, kembali berjuang.Dan waktu itu datang,
Tuanku menyambut dengan pelukan.
Oh, bahagianya diriku...Kemudian, Kau—Tuan Terkasihku,
Dengan pengecutnya mundur perlahan.
Menciptakan jarak yang terbentang.
Memaksaku kembali berjuang.Aku menangis meraung,
Menanyakan adakah yang kurang dari caraku berjuang? Dari caraku mengejar?Tolong mengertilah, Tuanku.
Aku lelah jika harus berlinang berulang-ulang. Kali ini saja, aku ingin memainkan peran perempuan seutuhnya.Aku perempuan.
Peranku hanya menunggu, dan menunggu.
Bukan mengejar, lalu berakhir penuh lebam.Desember, 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frasa Semata
PuisiTeruntuk mereka, Sang Perasa. Ini hanya sekumpulan kata yang sengaja dirangkai untuk penerjemah rasa. Selamat menerka.. copyright © by reddish_velvt