Pete memegang wajahnya yang mulai terasa panas, walau dalam kegelapan bioskop ia dapat melihat tatapan yang mendalam dari Ae padanya. Bukan hanya sekali Ae menciumnya, bahkan dua kali Ae sudah menciumnya. Ciuman pertama yang sangat berharga baginya dan Ae lah yang sudah mengambilnya.
Suara sound yang menggema didalam bioskop bahkan tidak terdengar ditelinganya, seolah Ae sudah menyihirnya dalam sekejap hanya dengan sebuah ciuman. Ia tidak mengerti arti ciuman Ae padanya, apakah serius atau hanya terbawa suasana saja dan itu sulit untuk ia tebak.
Film pun selesai namun Pete masih terdiam dalam lamunannya. Ae beranjak berdiri dari kursinya. Ia pun menoleh dan melihat Pete masih terdiam duduk ditempat duduknya yang sepertinya tidak sadar bahwa film telah selesai.
"Ayo Pete filmnya sudah selesai," ujar Ae tersenyum sambil menarik tangan Pete dan menggenggamnya.
Pete menunduk dan hanya mengangguk dan mengikuti apa yang Ae ucapkan, mulutnya terasa kelu untuk sekedar berucap didepan Ae. Malu. Ia rasa kini seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah terlihat berwarna merah seperti udang rebus.
***
Pete termenung sambil menyentuh bibirnya, masih kental diingatannya kejadian kemarin dibioskop saat Ae mencium bibirnya. Bibir Ae yang manis masih dapat ia rasakan, bahkan rasanya mengalahkan jutaan makanan manis yang ia sukai selama ini.
Ia pun menepuk wajahnya, mencoba menyadarkan kembali pikirannya. Ya, pikirannya yang masih sulit ia bedakan antara kenyataan ataukan hanya ilusinya saja kejadian itu. Ia pun masih sulit menebak isi hatinya, apakah ia sudah memiliki perasaan pada Ae atau tidak tapi ciuman ini selalu berhasil meruntuhkan dinding hati dan pikirannya untuk selalu memikirkan Ae seorang.
Ae berjalan masuk menuju tempat duduknya, ia pun menoleh melihat Pete yang terdiam entah sedang memikirkan apa. Tidak biasanya pria imut itu bersikap seperti itu, membuatnya khawatir saja saat memperhatikannya. Baru saja ia beranjak bangun hendak menuju tempat duduk Pete, namun kehadiran Can sudah menghalangi niatannya untuk membangunkan Pete dari lamunannya dan ia pun kembali duduk dan hanya mendengarkan saja apa pembicaraan mereka dari tempat duduknya.
"Pete ada apa denganmu? Kenapa kau tampak lesu?" tanya Can yang melihat sikap Pete tidak seperti biasanya.
"Tidak Can, aku hanya sedang bingung".
"Bingung kenapa? Oh iya, ku lihat akhir-akhir ini kau dan Ae sering bersama. Sejak kapan kalian mempunyai hubungan seperti itu? Apa kalian berpacaran dan kau dipaksanya? tanya Can menyelidik.
Jujur saja ia memang heran sekaligus bingung, sejak kapan awal Pete dan Ae akrab, mengingat keduanya selama ini jika ia perhatikan jarang berkomunikasi ataupun bermain bersama. Namun kemungkinan besar bagaimana Pete bisa bersama dengan Ae dapat ia yakini bahwa Ae pasti memaksa Pete.
"Bu—Bukan begitu Can, aku dan Ae—"
"Bukankah dia orang yang semenan-mena Pete? Apa kau diancamnya sehingga harus menuruti semua kata-katanya? Jika ya maka aku harus menghajar Ae saat ini juga," tukas Can menggebu-gebu karna ia tidak suka apapun bentuk kekerasan dan penindasan disekitarnya.
Terkekeh miris, Pete tidak bisa mengelak bahwa sifat Ae yang suka semena-mena dan memaksa, namun semena-mena dan memaksa disini dalam artian baik bukan buruk seperti gosip yang ia dengar selama ini dari teman-temannya. Namun jika ia beritahukan pelan-pelan pada Can bahwa gosip yang beredar mengenai sikap Ae selama ini tidak benar dan justru sebaliknya Ae adalah orang yang hangat dan perhatian, pasti Can dapat mengerti apa yang ia rasakan saat ini.
"Bukan begitu Can, Hubunganku dan Ae tidak seperti itu, kami—"
"Berarti kalian tidak berpacaran seperti yang ku perhatikan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know You By Your Smells [Love by chance Fanfiction]
FanfictionAePete / Twoshoot / Yaoi / Homo / Gay / Boy x Boy / Love By Chance Couple Aroma tubuh Ae selalu berhasil memabukkannya dan selalu membuatnya tahu dimanapun kehadirannya, tapi karna hal itulah Ae salah paham dengan apa yang Pete rasakan bahwa dia han...