4 - Shall We Play?

81.5K 5.5K 974
                                    


"Jeno, apa alasanmu masuk sini?" Jaemin tiba-tiba penasaran melihat barang Jeno yang terlalu sedikit untuk anak asrama.

"Keinginan orang tuaku." Jawab Jeno singkat.

"Hey, aku hanya penasaran. Apa kau S?" Tanya Jaemin yang tak tahan lagi berlama-lama menahan diri.

***

Jeno terdiam sejenak mendengar pertanyaan Jaemin. Kemudian ia tersenyum miring.

"Apa kita membahas hal yang sama?" Tanya Jeno untuk memastikan.

"Jika aku S, apa kau M?" Lanjut Jeno mendekati Jaemin kemudian mengurungnya di antara kedua lengannya.

Jaemin meneguk ludahnya melihat tatapan Jeno sedekat ini dengannya dan aroma tubuhnya yang sangat maskulin dan mendominasi dirinya. Tanpa ia sadari ia merasa sesak di bagian selangkangannya.

Jeno terkekeh pelan melihat Jaemin meremas bajunya karena rasa sakit di bagian kejantanannya.

"Sepertinya kita memang membahas hal yang sama." Ujar Jeno kemudian menarik lengan Jaemin kasar.

Ia mendorong Jaemin hingga terjatuh dilantai yang dilapisi permadani halus. Ia sembarang mengambil tali bekas packin barang-barang sebelumnya kemudian mengikat tangan Jaemin ke belakang.

Jaemin hanya diam dan sedikit meringis merasa ikatan Jeno yang cukup kuat.

"Apa kau benar-benar M?" Tanya Jeno, berjalan santai ke lemarinya. Ia mengambil kotak kecil berisikan hadiah dasi dari orang tuanya sebelum mengantarnya tadi.

Jaemin mengangguk menjawab pertanyaan Jeno, kemudian Jeno menekan penis Jaemin yang masih terbungkus celana itu.

"Aku tahu, kita sama-sama mengerti peran dalam hal ini. Lalu, apa itu cara yang benar menjawab pertanyaanku?" Ujar Jeno sambil menekan kuat penis Jaemin.

Sungguh Jaemin merasakan sangat sakit di bagian selangkangannya, tapi tak bisa dipungkiri ia juga merasa berdebar-debar menantikan apa yang akan dilakukan Jeno setelahnya.

"Yes, Master." Jawab Jaemin sambil menahan rasa sakit dan perasaan yang tak bisa dijelaskan dalam hatinya.

Permainan seperti ini sangat menggairahkan bagi Jaemin, selama ini ia hanya bisa masturbate sambil mengkhayalkan hal ini terjadi. Namun, siapa sangka ia akan menemukan dominannya dan sadist nya sebagai roommate di sekolah barunya. Sungguh ia bersyukur belajar mati-matian untuk masuk sekolah ini.

"Itu caramu memanggilku mulai sekarang." Ucap Jeno sambil membasahi lidahnya dan kemudian tersenyum miring.

Detik berikutnya ia menutup mata Jaemin dengan dasi yang baru saja ia ambil.

"Okay, Shall we play, then?" Ujar Jeno sambil duduk di atas sofa menikmati pemandangan di depannya.

"Yes.. Master."

TBC atau End?

Jangan Lupa Vote and Comment ya...

Ini permintaan reader yang minta update sebagai kado natal.

Merry Christmas bagi yang merayakan. Semoga kadonya memuaskan.

Your CHAIN On My Neck | Nomin~~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang