Pagi itu Claude datang cukup awal. Perusahaan ayahnya, Tuan Ray Rooney, hari ini akan launching produk elektronik terbaru. Televisi layar besar yang katanya bakal menjadi televisi paling mutakhir di seantero Land of Dawn. Claude berdecak. Namanya TV tetaplah TV. Hanya menampilkan acara membosankan yang tidak pernah membuat Claude tertarik.
Jadi, untuk acara itu Mamanya memaksa mereka sekeluarga pergi ke butik langganan keluarga mereka. Fitting baju yang mereka pakai pada malam launching. Claude yang malas lebih memilih kabur ke sekolah.
Aku macam anak teladan saja. Kabur ke sekolah. Pikirnya konyol sambil memarkirkan mobil. Claude menaikkan alis saat melihat sudah ada mobil lain di sana. Jeep hitam yang sangat Claude kenal.
"Hei."
Hayabusa menoleh. Ia memasukkan ponselnya ke dalam kantong celana, melipat lengan di depan dada. "Apa?"
Claude nyengir, menutup pintu mobilnya. "Jangan tegang begitu, lah. Macam orang asing saja."
Meski Hayabusa hanya memandangi Claude datar, tapi setidaknya cowok rambut hitam itu tidak berlalu pergi.
"Kau tau kan konsep dasar bertahan hidup serigala?" tanya Claude kemudian. "Stay on pack, no one left behind-- tetap dalam kawanan, tidak ada satupun yang boleh di tinggalkan. Tapi lihatlah kita sekarang." ia mendengus dramatis. "Kita justru terpisah-pisah."
Pembahasan ini. Ia tahu benar ke arah mana pembicaraan ini dan sebenarnya Hayabusa malas menanggapi. Tapi ia tahu Claude bukan tipe yang akan diam jika dicueki.
"Dalam kasus kita, sang Alpha adalah seorang pengkhianat. Jadi apa yang kau harapkan?" tanyanya sarkastik. "Kita sudah membahas ini berkali-kali." Hayabusa menyandarkan tubuhnya ke body Jeep. "Setiap anggota Black Wolves sudah membuat pilihan. Kau tinggal, aku pergi. Sesimpel itu."
Saat Hayabusa hendak beranjak pergi, Claude bersuara lagi.
"Gusion sudah terbukti tidak bersalah. Apa kalian akan terus bersikap seperti ini?"
Kalimat itu membuat Hayabusa menghentikan langkahnya. Ia berbalik.
"Gusion bukan pembunuh Zilong." ulang Claude, menekankan tiap kata dalam kalimatnya.
"Apa yang membuatmu sangat yakin?" Hayabusa menyahut dingin.
Claude tidak menjawab.
"Aku melihatnya." Hayabusa melanjutkan. "Aku melihat dan aku percaya apa yang aku lihat."
"Kau cuma melihat Zilong terbunuh dan Gusion ada di sana." balas Claude cepat. "Kau tidak melihat Gusion menusuknya."
Hayabusa mengangguk. "Memang tidak. Tapi belati itu milik Gusion."
Claude tahu itu fakta yang tidak bisa ia debat. Fakta yang sangat memberatkan Gusion, fakta yang membuat sebagian anggota Black Wolves memutuskan untuk memisahkan diri.
Seperti Claude dan Hayabusa. Mereka saling bertatapan. Dua cowok yang pernah bersahabat tapi sekarang berselisih karena memiliki pandangan yang berbeda.
"Tidakkah kau berpikir, saat kalian sibuk menuduh sahabat kalian sendiri, kalian sedang membiarkan pelaku aslinya berkeliaran bebas? Membiarkan orang lain menanggung beban atas perbuatannya?"
Rahang Hayabusa mengeras, Claude tahu diam-diam cowok rambut hitam itu setuju dengan perkataannya.
"Kalau begitu, jika memang ada pelaku lain. Maka temukanlah." balas Hayabusa menantang. "Temukan pelaku aslinya." ia berbalik, berniat melangkah pergi. Hayabusa menatap tajam Claude dari balik bahu. "Sampai kalian berhasil menemukan pelaku aslinya, sampai kalian berhasil membuktikan bahwa dugaan kami salah, maka Red Hawks akan selalu ada. Mengawasi Black Wolves dan siap untuk menghancurkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Trouble
Teen FictionSebuah kasus yang ditangani Ayah Lesley membuat cewek itu jadi ikut terlibat pertikaian antara dua geng terkuat di Dawn Village, Black Wolves dan Red Hawks. Meski Black Wolves selalu berusaha melindunginya, tapi Lesley tidak bisa menekan rasa benci...