4

4K 222 129
                                    


Berbalut syal biru berbahan semi-rajut di leher, Deven berdiri termenung menggenggam microphone. Dihadapkan ia pada seorang vocal coach laki-laki, Om Indra Aziz. Mamanya mengawasi dari balik pintu kaca dengan ekspresi was-was dan khawatir yang tertera jelas. Dua jam lagi, kira-kiranya, tahap eliminasi kedua dimulai, sementara sejak kemarin malam si kesayangan mengalami demam tinggi, membuat rasa pilu bersarang di hati seorang ibu.

Iringan keyboard mulai terdengar. Jari-jari Om Indra perlahan menari di atas hitam dan putihnya tuts, disusul dengan baris intro lagu Golden Slumbers milik The Beatles yang dibawakan versi Jennifer Hudson. Deven mengerahkan suara, namun tak dengan seluruh kemampuannya. Orang-orang tahu ia sedang sakit.

"Once there was a way, to get back homewards..."

Lirik penutup itu membawa riuh tepuk tangan dari para crew di dalam ruang latihan. Meskipun, sekali lagi, Deven masih menyimpan tenaga untuk performance sesungguhnya beberapa saat lagi. Anak laki-laki itu tersenyum, menyiratkan rasa bangga lewat ulasan bibir pucatnya saat ini. Ia lalu dipersilakan keluar, memberikan giliran pada Junior lain untuk gladi bersih.

"Gimana, dek?" sambut sang Ibunda begitu pintu terbuka dan memunculkan sosok dirinya.

Deven hanya mengangguk, matanya justru tertuju pada gadis tinggi berhijab yang nampak jauh lebih dewasa terlihat dibandingkan ia.

"Kak Uwa, semangat ya!" ujar Deven pada Nashwa yang mendapat giliran latihan, masih sempat-sempatnya ia menyemangati rekan di saat badannya gemetar kedinginan.

"Deven semangat juga! Cepetan sembuh, kan habis ini tampil," jawab si gadis berhijab sembari memasuki ruangan yang sama dengan yang dimasuki Deven tadi.

Dipimpin seorang crew, Kak Nabila namanya, Deven dan Mama meninggalkan lokasi ini beserta Junior lain yang masih menunggu giliran gladi, menuju ke ruang make up. Cukup ramai di sana, sudah separuh dari total Junior melakukan persiapan; dress up, make up, atau hal-hal lain menjelang bertatap muka dengan para juri.

Ada Charisa, ia duduk menghadap cermin. Kakak hairstylist sedang meng-curly surai panjangnya. Deven mendekat. Karena dirinya laki-laki, ia tak perlu repot berias diri maupun mix and match dalam berbusana. Pun juga, ini masih antre. Gogo dan William masih asyik bermain gadget di sudut ruang.

"Dah selesai?" tanya Charisa menyadari kedatangan Deven. Hanya dibalas anggukan oleh yang ditanyai. "Istirahat sana lho, katanya sakit. Kasian Mamahmu kemarin kebingungan."

"Mulai deh."

"Mulai apa?" tanya Charisa, sedikit berteriak. Sedikit, sungguh!

"Cerewet."

"Rese tau nggak?" sembur si gadis.

Deven tertawa kecil walau ia merasa tidak baru saja melucu. Itu hanya cara agar suasana menjadi lebih hidup. Di akhir tawanya, mimik mukanya berubah. Tanpa ekspresi namun sedikit hangat.

"Cha," panggil laki-laki itu.

"..." tak ada jawaban dari Charisa.

"Ucha," lagi.

"Paan?"

Britney mendekat, bergabung dengan mereka. Dari tampilan luarnya, ia nampak sudah siap. Duduk di atas sofa, di samping Deven. Sedikit ada atmosfer canggung setelah kedatangan Britney. Anak laki-laki itu bangkit sekejap, meraih air minum, lalu menjatuhkan diri di sofa kembali.

Charisa bertanya lagi karena Deven terdiam, "Kenapa, sih?"

"Kalau aku pulang besok, pokoknya begitu sampai di Mataram kamu harus traktir aku, ya," lanjut Deven setelah tadi sempat tertunda.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 25, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Melodious DreamsWhere stories live. Discover now