Keempat

395 37 6
                                    

Typo is my life😂

Daniel menangis meratapi sahabat semasa SMA nya yang kini terikat dengan rantai pada kaki dan tangannya yang terhubung dengan ranjang. Ia hanya diam menatap kosong keluar jendela.

"Woojin"

Woojin hanya menoleh, terdiam menatap seorang namja berbahu lebar itu dan juga menatap kearah yeoja cantik di belakang namja itu.

"Hari ini ulang tahunmu. Aku membawakan hadiah untukmu. Ahh, dan perkenalkan ini istriku, Seongwoo"

Seongwoo membungkuk hormat pada Woojin, dia tahu seperti apa menyedihkannya kisah hidup Woojin. Ia menyunggingkan senyumannya sebelum air matanya jatuh yang membuatnya harus undur diri dari sana.

"Ini"

Woojin menatap dalam tangan Daniel yang mengulurkan sebuah kotak padanya, ia menatap kotak itu tak berniat mengambilnya dan kembalu melempar tatapannya keluar jendela. Menatap sebuah pohon maple dan pohon mahoni yang berdekatan.

"Woojin-ah"

Woojin menoleh kembali dan menatap kotak yang sudah di buka oleh Daniel, menatap sebuah boneka kecil di dalamnya. Sebuah boneka imut yang berwarna merah muda.

"Apa bagusnya boneka itu Hoonie?"

"Woojinn itu boneka tedy bear astagaa! Lihatlahh itu sangat lucu bukan? Belikann untukku ya?"

"Araa araa akan kubelikan, tapi poppo dulu"

Chup!

Air matanya jatuh, sepuluh tahun lamanya ia mendekam dalam kamar bernuansa putih dan berbau obat-obatan itu, mengamuk kesakitan atau meraung kesakitan. Sudah selama itu pula dan tak ada perubahan signifikan untuknya.

Woojin mengambil boneka itu dan memeluknya erat seolah sedang memeluk tubuh seseorang.

"Jihoon.." lirihnya sangat pelan membuat Daniel meneteskan air matanya kembali.

Sebuah sesal yang tak berujung.
.
.
.
.
.
.
.
.

Note : ini alurnya aku cepetin ya, soalnya bakal kelamaan kalo ngga di cepetin dan ini Woojin tinggal di panti rehabilitasi RSJ soalnya dia masih sering kambuh.

Back to story😉

48 tahun umurnya, tapi dirinya tetap terlihat sangat tampan dengan munculnya beberapa rambut halus pada rahang tegasnya yang kini sudah nampak mulai tirus. Dada bidangnya sudah hilang entah kemana dan tubuhnya benar-benar kurus.

Dia sudah tidak di rantai lagi, bahkan ia di biarkan berjalan jalan keluar dari kamarnya.

Saat ini ia sedang berada di taman dekat panti, dan ia memilih untuk duduk pada sebuah kursi berwarna putih di bawah pohon maple yang mulai berguguran. Tangannya memeluk sebuah boneka tedy bear dengan erat.

Pandangan matanya kosong, tampak tak hidup sama sekali. Dan itu membuat sosok namja tampan bermata sipit yang berdiri di lorong menangis dalam diam, tangannya mengepal erat merasakan sakit dan marah sekaligus.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dirinya sudah pergi jauh, sudah tak mengganggu siapapun lagi. Sudah hidup di tempat di manapun orang tak dapat menemukannya selama 23 tahun, dan bukannya orang itu hidup bahagia setelah ia kembali dari sekian lama, orang itu malah sekarang berada di rumah sakit jiwa.
.
.
.
.
.

Ketika malam tiba, Woojin akan menangis kesakitan dan meraung dengan keras. Mengeluh dengan suara beratnya dan berontak dengan kuat membuat para dokter dan suster kewalahan, tapi Woojin memang sungguh kesakitan dan obat penenang itu bukanlah obatnya.

Dia merasa menyesal dan merasa bersalah, dia sudah berulang kali mencoba bunuh diri tapi ia tidak mampu merasa ada yang menahannya untuk bertahan. Dan ia seolah abadi dalam luka dan rasa bersalahnya.

Seharian itu ia kembali duduk di bangku yang biasa ia duduki, tak memperdulikan suster yang sudah bersiap untuk membawanya secara paksa ke dalam kamar karena hujan deras mulau turun.

"PERGI!"

Woojin langsung mendorong tubuh ringkih itu dengan keras membuat tubuh itu jatuh tersungkur, suster itu menangis. Ia juga sedih melihat Woojin seperti ini, dirinya sudah menjadi suster pribadi Woojin selama 23 tahun dan ia sangat mengenal kepribadian Woojin selama ini.

"Woojin-ah kumohon, ayo masuk ke kamar. Hujan turun semakin deras" bujuknya namun woojin tetap menolak untuk kembali ke kamarnya.

"Tinggalkan dia"

Suster itu kemudian berbalik melihat siapa yang menyuruhnya dan kemudian tersenyum dan meninggalkan Woojin dengan namja itu berdua. Woojin hanya diam dan kembali ke posisinya semula, duduk dengan memeluk boneka tedy bear yang lucunya mirip dengan Jihoon katanya.

Rintikkan hujan tak lagi mengenai tubuhnya ia mendongak menatap seorang namja yang memayungi dirinya, namun ia tak dapat melihat dengan jelas karena matanya yang mulai memburam.

"Jihoon.."

Nama itu terucap olehnya ketika ia melihat sebuah cincin yang menjadi liontin sebuah kalung berwarna silver yang di pakai oleh namja yang sedang memayunginya.

"Bagaimana dengan yang ini?"

"Tidak itu terlalu mewah Woojinie, sudah ku bilang bukan aku ingin yang sederhana saja"

"Baiklah baiklah terserahmu saja, sekarang kau pilih yang mana eumm?"

"Yang itu saja dengan permata pearl di tengahnya. Bagaimana? Bagus bukan?"

"Seleramu memang selalu bagus sayang"

Tangan Woojin terulur untuk menyentuh cincin itu. Cincin pernikahannya dengan Jihoon 25 tahun yang lalu.

"Jihoon.."

Ia berucap lirih ketika orang yang memayunginya berlutut di hadapannya dan menggenggam erat tangannya yang kurus.

"Aku merindukanmu Hoonie, kenapa kau tak datang berkunjung kesini menemuiku? Maafkan aku sayang kumohon hikss maafkan hikss akuu hiks.."

Hujan terus turun dengan deras, petir bersahutan dan tangisan penyesalan Woojin terdengar begitu menyesakkan.
.
.
.
.
.
.

Tbc

Hay hayyyy aku balikk setelah kaga up 2 hari😆 gimana ceritanya? Bagus kaga? Kaga ya?

Dan hayoloh siapa ituu😂😂 pada  penasaran kaga? Kaga kan ya?😕

Udah deh ngga mau bacot lagi. Next chapter depan bakalan di buka identitas orang misterius yang mayungin Woojin😂

Vote and Comment❤

Auto no comment liat ini☺😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Auto no comment liat ini☺😭

The End Of a RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang