Adira berjalan menyusuri lorong sekolah. Bel pulang sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Sebelum pulang, Adira tadi menyempatkan untuk mempir terlebih dahulu ke perpustakaan untuk meminjam buku tentang ilmu sains.
Ia harus mempersiapkan seleksi olimpiade sains sejak jauh jauh hari. Agar nilai Adira bisa sempurna seperti biasanya dan lolos untuk mewakili sekolahan dalam Olimpiade Sains Nasional.
Terdengar suara derapan langkah menggema di sepanjang lorong. Adira sontak mendongakan kepalanya. Sorot mata Adira berhenti menatap seorang pria yang berjalan dengan arah berlawanan dengan dirinya.
Adira memincingkan matanya untuk melihat jelas siapa pria itu. Ah. Pria itu adalah pria yang menolongnya siang tadi waktu dia akan terkena bola basket.
Pria itu sama sekali tidak menyadari keberadaan Adira, sedari tadi ia hanya sibuk memainkan ponselnya tanpa melihat ke arah depan.
Adira menghentikan langkahnya tepat di hadapan pria itu. Pria itu menabrak tubuh Adira pelan karena memang sedari tadi ia tidak melihatnya.
Pria itu mendongakan kepalanya dan mendapati Adira berdiri tegak di hadapannya. Ia sedikit memundurkan tubuhnya memeberi jarak dari tubuh Adira.
Adira menatap pria itu dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
"Hei," panggil Adira pelan.
"Makasih," ucap Adira tulus tetap mempertahankan senyuman hangat dibibirnya.
"Hm," balas pria itu singkat.
Adira tanpa sadar mengulurkan tangannya ke arah pria itu.
"Boleh kenalan?"
Bodoh! Apa yang barusah ia katakan. Bodoh! Bodoh! Bodoh! Saat ini Adira sangat malu karena ulahnya sendiri. Rasanya seperti ingin menghilang saja dari bumi detik ini juga.
"Maa...",
Belum sempat Adira meneruskan ucapannya dan menarik tangannya kembali, namun tiba tiba pria itu menjabat tangan Adira dengan cepat sembari menatap Adira lekat.
Adira sangat terkejut dengan perlakuan pria di hadapannya ini.
"Daviandra Adelardo," ucap pria itu tanpa basa-basi.
Senyum di bibir Adira kembali mengembang.
"Nama yang bagus," puji Adira.
"Gue Adira Maharani."
Adira melepaskan tangannya dari genggaman pria itu lalu menatapnya kembali.
"Nama panggilan?" Tanya Adira kembali.
"Ad-Andra," sahut pria itu cepat walau ada sedikit ralat di ucapannya.
Adira mangut mangut mengerti. Akhirnya dia tau nama pria yang menyelamatkannya siang tadi.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Adira merasa familier dengan wajah pria di hadapannya.
Andra sangat terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis di hadapannya. Tiba tiba rasa gugup menjalar di sekujur tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRANDRA
RomanceSemua berawal dari terbunuhnya Gina yang dilakukan oleh suaminya sendiri, yaitu Rudi. Entah apa yang membuat Rudi melakukan hal sekotor itu. Dendam Rudi kepada keluarga Pramudya begitu besar sampai membuat dendam baru dari keluarga Pramudya. Terbunu...