2. London Eye
Setelah mom memberitahuku perihal itu, aku pun segera pergi ke dalam kamar dan mengunci diriku.
Hingga malam tiba, aku tak kunjung keluar dari kamar. Hanya untuk sekedar merenungkan nasibku, tiba-tiba suara handphone-ku berbunyi. Aku segera membuka lock-nya dan melihat ada satu pesan dari Ronin disana.
Ronin: Hey kemana kau tadi? Kucari di cafeteria tapi tidak ada. Apa kau tidak apa-apa?
Ronin, entahlah. Aku hanya merasa nyaman jika berada didekatnya.
Leva: Aku tidak apa-apa. Tadi hanya ada urusan keluarga mendadak, btw terima kasih sudah mau peduli.
Ronin: Hey, itu apa gunanya teman bukan? Baiklah karena besok sabtu, bagaimana kalau kita pergi jalan?
Leva: Baiklah terserah kau saja.
Ronin: Baiklah, kalau begitu see you at 8.
Leva: See you.
Aku pun menaruh kembali handphone-ku diatas meja belajar. Tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu, akupun berjalan membuka pintu. "Ada apa mom?" Tanyaku pada mom yang tadi mengetuk pintu.
"Kau harus makan, Belle. Kau belum makan malam" kata mom. "Aku sedang malas makan, mom. Biar sekalian besok saja makannya"
Mom bersikeras "Tidak. Pokoknya kau harus makan, nanti bagaimana kalau kau sakit?"
"Okay, okay mom. Happy now?" Mom tersenyum dan mengangguk.
Aku berjalan kedapur untuk memulai makan (tengah) malamku. Hey, ini memang sudah menjelang tengah malam, tapi dasar mom. Dia selalu khawatir berlebihan terhadapku. No matter what happen, I'll always love you mom.
--esok paginya--
Aku mengerjapkan mata. Terbangun karena sinar matahari yang masuk melalui jendelah kamarku. What time is it? Aku menoleh kearah jam nakas disebelahku.
Oh my god, 7:15. Aku ada janji pergi sama Ronin hari ini, kenapa aku lupa menyalakan alarmku? Stupid.
Aku bergegas berjalan menuju kamar mandi. Setelah selesai bebersih badan, aku berjalan menuju lemari pakaian. Kulihat jam sekali lagi, gosh sudah 7:55. Kenapa aku selalu mandi tanpa ingat waktu?
Tak lama ada yang mengetuk pintuku, "Belle, there's your friend downstairs" kata mom dari luar pintu.
"Tell him to wait a little bit more, mom" balasku.
Aku pun sedikit berlari menuruni tangga. Dan disana kulihat Ronin yang memakai his usually outfit, like shirt, jeans, and converse. Typical, Ronin.
"Ready?" Katanya. "Yeah" kataku, "Mom kami berdua pergi dulu" kataku pada Mom. "Be careful" kata mom.
Akudan Ronin berjalan menuju sebuah mobil, "This is your car?" Tanyaku. Ronin mengangguk, "Tumben. Biasanya kau kesekolah naik sepeda" kataku.
Ronin membukakan pintu untukku dan berlari kesebrang menuju kursi pengemudi. "Memangnya kau ingin kuajak keliling London naik sepeda?" Tanyanya.
"Ya bukan begitu, aah sudahlah. Kita pergi saja" kataku.
Kami sedang berkeliling-keliling London, dan akhirnya mobil Ronin berhenti di Starbucks. Kami duduk di dekat jendela, "Kau ingin pesan apa?" Tanya Ronin. Aku mengalihkan pandanganku dari jendela dan menatap Ronin, "Caramel Macchiato saja, oh dan bisakah kau pesankan aku cheese cake?" Kataku.
"Okay, kau tunggu saja disini" aku pun mengangguk dan kembali melihat keluar jendela.
Bagaimana jika leader dickens berhasil mendapatkanku? Apakah dia akan membunuh keluargaku? Atau apakah dia akan memanfaatkanku untuk menaklukkan dunia?
Ini tidak bisa terjadi. Mengapa harus aku yang terpilih sebagai Enchantress terkuat? Kenapa bukan yang lain saja? But, dimana ada Enchantress terkuat, pasti ada Enchanter terkuat pula kan? Siapa kira-kira dia?
Andaikan aku hanya manusia biasa seperti Ronin. Aku pasti bisa tumbuh dengan normal seperti anak-anak yang lain.
"This is yours" kata Ronin membuyarkan lamunanku lalu duduk di depanku. "Thanks" kataku sambil senyum kearah Ronin lalu meminum macchiato pesananku.
Ronin pun mengangguk, "So, kau mau kemana lagi setelah ini?" Tanyanya. Aku mengangkat bahu "I don't know. Tapi bisakah kita ke London Eye? Dari pertama ke London aku ingin sekali pergi ke sana" kataku.
Ronin pun mengangguk, "Bagaimana kalau kita mengambil selfie dulu?" Katanya sambil nyengir. Aku memandangnya geli "Memangnya kau ini cewek apa? Haha ada ada saja" kataku sambil menggelengkan kepalaku.
---
"Pemandangan dari atas sini indah sekali ya?" Kataku saat tube yang kunaiki bersama Ronin berada di paling atas.
Ronin tersenyum tipis, ia mengangguk "Iya" jawabnya singkat.
Aku menoleh kearahnya, dan melihat raut wajahnya yang sedikit pucat "Hey, are you okay? Kau tampak sedikit pucat" kataku. Ronin hanya menggeleng "I'm fine. I'm just a little bit... Afraid" katanya lalu menggaruk tengkuknya.
Aku menaikkan satu alisku "Afraid? Of high? Kenapa kau tidak bilang saja padaku jika kau takut ketinggian? Kalau begitu aku tidak akan meminta mu untuk menemaniku" kataku. "Dan membiarkan naik mu sendiri? Don't be silly. I'm fine" katanya, masih kulihat raut pucat di wajahnya.
"Fine, terserah apa katamu. But, just don't look down okay? Just look at me" kataku. Ronin lalu menatapku dan tersenyum "Hanya kau yang tidak tertawa saat kubilang kalau aku takut akan ketinggian" katanya.
"Mengapa aku harus tertawa? Tidak ada yang lucu akan hal itu" kataku.
Ronin hanya tersenyum "You're somthing else" katanya. Aku memirigkan kepalaku "Maksudmu?" Tanyaku bingung. Ronin hanya menggelengkan kepala "Nothing" katanya sambil senyum misterius.
---
Kami pun berjalan menuju tempat Ronin memarkirkan mobilnya. Namun dalam perjalanan menuju mobil, aku merasa ada sesuatu (seseorang) yang memperhatikan ku. Ketika aku mengedarkan pandangan, aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Aneh
"What's wrong?" Tanya Ronin. Aku hanya menggeleng "Nothing" aku tersenyum kearah Ronin.
Kami pun akhirnya sampai di depan rumahku, "Thanks Ronin sudah mengajakku berkeliling London" kataku tulus. "No problem. Kalau begitu aku pulang dulu" katanya. Aku pun mengangguk "Baiklah. Hati-hati" kataku melambaikan tangan.
Baru beberapa langkah Ronin berjalan, ia lalu kembali lagi bejalan kearah ku "Ada apa?" Tanyaku. "I forgot something" katanya. "Kau melupakan apa?" Tanyaku.
Ia lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah gelang dengan hiasan burung merpati, kunci, dan hati. Ia lalu menyodorkannya kepadaku "This is for you" katanya.
Aku lalu mengambil gelang itu "Gelang ini cantik sekali. Thank you, you're too kind" kataku. "Baiklah, aku senang kau suka. Aku pulang dulu" katanya berlari kearah mobilnya. "Di pakai ya" teriaknya. "I will" teriakku.
Ia lalu melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumahku. Aku pun membuka pintu, dan di dalam ternyata ada keluarga besar ku tengah berkumpul. "I'm home" kataku dan seluruh keluarga menoleh kearahku.
"Belle, kesini sebentar" panggil dad ku. Aku berjalan mendekati dad dan melihat seorang cowok seusiaku yang tidak ku kenal, "Ada apa, dad?" Tanyaku.
"Belle, ini adalah Dave Cooper. Dia adalah seorang Enchanter seperti mu. Mulai sekarang, kalian berdua harus saling menjaga. Vigour kalian akan semakin kuat jika kalian bersama" jelas dad.
"Baiklah, dad" kataku, lalu aku mengulurkan tanganku kearah Dave "Belleva, you can call me Leva"
Ia menerima uluran tangan ku "Dave. Nice to meet you, Leva" katanya sambil tersenyum.
Saat tanganku bersentuhan dengan tangannya, seperti ada vigour kuat yang mengalir di tubuhku. But wait, o-ow I smell something 'complicated'.
===========+++==========
Hai all, maaf kalo cerita ini kurang memuaskan. Namanya juga saya masih belajar:)
Vomments guys;) thank you for reading and wait for next chap ya;)
Much love, EiDiePie
KAMU SEDANG MEMBACA
The Enchantress
Fantasy[Slow Update] Berbeda. Kita berbeda. Perbedaan yang tak dapat dilihat orang lain jika tak kutunjukkan. Kau selalu ada. Walau tak seharusnya kau ada. Kita tak bisa bersama. Walau kau dan aku ingin. Karena aku... Adalah seorang Enchantress. ~EiDiePi...