"Tolong jangan menghubungiku lagi!"
"Maksudmu apa? Kamu tidak ingin memberi kesempatan kedua untukku?"
"Aku hanya memegang kata-katamu dulu"
"Itu dulu. Kita bisa memperbaiki hubungan kita dengan baik-baik,"
"Baik-baik katamu? tolong jaga mulutmu! Lebih baik kamu mengurusi wanita yang kamu hamili!"
"Itu salah paham--"
Ariana tidak kuat menahan tangisanya di sungai Han. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah sandara orang yang dia sayangi. Beberapa jam lalu seorang wanita bernama Sera mengirimkan pesan dan menyampaikan dia telah dihamili oleh Josua, boyfriend Ariana. Ariana tak percaya dan menghubungi beberapa temannya di kampus dan semua itu benar.
Padahal ini baru berjalan tiga minggu setelah kepergian. Josua bahkan sudah berjanji di depan Mom dan Dad. Dengan semudah itukah LDR terputuskan? Yang Ariana butuhkan hanyala pelukan kasih sayang. Ia berusaha menelpon beberapa teman dan nihil. Semua temannya tidak mengakat telponnya.
Sedih di negara orang memang menyedihkan. Tidak ada tempat yang nyaman. Hatinya telah rapuh saat ini. Doa malam ini adalah,
Tuhan, berikan aku seseorang untuk tempat bersandar untuk menurunkan emosiku.
Ariana berdiri dan meninggalkan Sungai Han. Besok masih banyak orang yang menanti dirinya.
---
Hari ini Ariana memutuskan jalan sendiri tanpa tujuan dengan hatinya masih terluka. Bodohnya dia tak membawa jadwal yang telah dia buat. Yeri sediri tidak bisa menemani Ariana hari ini sampai tiga hari kedepan dengan alasan kuliah.
Hal ingin ia lakukan untuk menenangkan pikirannya adalah perpustakaan. Ariana mencari perpustakaan yang cukup asik untuk membaca. Ia memutuskan untuk ke perpustakaan cukup terkenal di Seoul. Namanya Starfield Library.
Starfield Library terletak di daerah Gangnam. Lebih tepatnya di tengah-tengah COEX Mall (http://english.visitseoul.net/attractions/Starfield-Library_/26568).
Luasnya sendiri mencapai 2.800 meter persegi. Memiliki tiga buah rak buku bernuansa coklat. Starfield Library juga mengoleksi lebih dari 50 ribu judul buku dan 600 judul majalah korea yang tersedia.
Ariana agak kesulitan mencari buku berbahasa inggris walau sangat minim sekali buku berbahasa inggris dan akses mencari buku English version terletak di atas.
Setelah mencari buku, ia duduk di kursi yang telah disediakan.
"Hai Ariana! " sapa seseorang yang duduk disampingnya. Ariana melirik sumber suara. Ternyata cowo bernama Mark berada di sampingnya. Entah mengapa ia sedikit rindu dengan suaranya Mark. Padahal seminggu yang lalu mereka bertemu.
Tampilan Mark kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Dia mengenakan pakaian serba hitam. Dari topi sampai celananya. Tetapi mengenakan sepatu full putih.
"Yeay! ".
Hening.
Ariana paling benci dengan suasa ini. Suasana yang canggung.
"Kamu tidak pergi kerja? " tanya Ariana penasaran. Ia sebenarnya penawaran dengan Mark. Sebenarnya dia ini pelajar atau mahasiswa atau pekerka?
"Kerja?" tanya balik Mark.
"Iya bersama teman-teman mu yang sedikit menyebalkan itu!" balas Ariana mengingat seminggu yang lalu saat ia bertemu Mark. Apalagi cowo yang berkulit sedikit coklat itu.
"Perpustakaan ini punya perusahaan tempat aku bekerja. Jadi aku bebas kesini kapan aja. Hahhaa, " kata Mark dengan bangga.
"Dimana kantormu? " tanya Ariana penasaran.
"Ada banyak sih. Tapi yang paling dekat tidak terlalu jauh dari sini. Tempat kerjaku bisa disebut kantor pariwisata," balas Mark.
"Kamu kerja Proyektor? " tanya Ariana.
"Bukan. Kalau aku kerja jadi proyektor seharusnya kemarin aku berpakaian profesional," balas Mark.
Ariana hampir menahan tawanya.
Dan hening kembali.
"Minggu depan aku ke LA, " kata Mark tiba-tiba.
"Ada proyek? " bingung Ariana.
"Sudah kubilang aku bukan proyektor. Oke. Aku bersama kawan-kawan ku diundang di sebuah acara. Kamu mau oleh-oleh apa? " tanya Mark.
Aku menggeleng. Mengapa aku harus meminta dia oleh-oleh, sedangkan aku bisa saja setiap minggu kesana.
"Kamu sudah makan?" tanya Mark lagi.
"Mark kamu menggangguku, " kesal Ariana tanpa menatap muka Mark.
"Sepertinya perpustakaan bukan tempat yang cocok untuk berbicara banyak tentangmu,"
Mark menutup buku yang sedang aku baca dan menaruh di rak buku. Setelah itu ia mengenakan masker hitam dan menarik lenganku, "Ayo makan. Aku sudah lapar,".
***
Bersambung