Lelaki dengan mata tajam baru saja memasuki kamarnya, kamar yang lebih di dominansi dengan warna black itu terasa nyaman untuk Davino.
Davino melempar asal tas nya, dirinya merebahkan punggungnya di kasur, memajamkan matanya sesaat, menerawang seluruh kejadian yang sudah menimpa dirinya. Hingga satu kejadian manis yang membuat dirinya tersenyum kecil, sangat kecil.
Sharen calling
Disaat sedang asik asiknya melamun, dering ponsel Davino berbunyi, dengan segera Davino melihat siapa yang menelponnya, dirinya langsung menegakkan tubuhnya dan menggeser tombol hijau.
"..."
"Kenapa? Udah selesai?"
"..."
"Aku mandi dulu, 15 menit lagi aku jemput kamu, jangan kemana mana, tunggu sampe aku dateng"
"..."
"See you"
Davino segera mematikan sambungan telfon, setelah itu dirinya segera memasuki kamar mandi untuk sekedar merilekskan diri, sebelum menjembut gadis itu.
Setelah selesai mandi, Davino segera memakai kaos putih lengan pendek yang di balut hoodie dan celana levis.
Davino segera melesat menggunkan motor setelah berpamitan dengan mamahnya, dirinya menjalankan motor dengan kecepatan rata rata, karena dirinya ingin menikmati indahnya pemandangan sore dan juga sejuknya angin.
Di pertengahan jalan, Davino mendengar ada suara pukulan seseorang, dirinya memberhentikan motornya tepat di depan gang sempit, setelah melepaskan helm nya, Davino berlari menuju tempat itu. Dan alanngkah terkejutnya Davino ketika melihat Rayn, terduduk lemas di aspal.
Tanpa babibu, Davino langsung menghajar orang orang itu, yang Davino tahu mereka adalah musuh bebuyutan geng Rayn dan tentu saja sekolahnya.
"Bangsat lo beraninya keroyokan!" Davino menendang perut lelaki berbadan besar, lalu dirinya di suguhkan dengan lelaki berbadan setara dengannya, dengan cekatam dirinya menonjok rahang lelaki itu dan menendang perutnya hingga terjatuh. Tak sampai disitu, merasa di belakang ada orang, Davino segera berbalik dan menendang kaku lelaki berkacamata dengan sebelah kakinya. Dan terus terjadi perkelahian itu. Karena, Davino hanya satu orang dan mereka ada 5 orang.
Setelah mereka semua pergi karena sudah kalah telak dari Davino, Davino segera menghampiri Rayn yang masih terduduk lesu di aspal, satu tangannya memegang perut dan sesekali mengeluarkan rintihan pelan, dengan segera, Davino membantu Rayn berdiri.
"Bang, gue anter lo pulang ya!" Ucap Davino terdengar seperti perintah, Rayn hanya mengangguk lemas, karena badannya sudah tidak bisa di gerakkan, mengingat tadi dirinya mendapatkan serangan tiba tiba dari mereka.
"Sebentar, gue nyuruh orang rumah dulu buat ngambil motor gue" Ucap Rayn yang langsung mengambil ponselnya, Davino hanya mengangguk. Selagi Rayn menelfon, dirinya juga sempat mengabari gadis yang tadi sudah ia janjikan akan menjemput.
Sambungan terhubung, memang, awalnya Davino harus mendengarkan ocehan singkat gadis itu, sebelum akhirnya Davino kasih pengertian.
"Ren, aku ada urusan sebentar, kamu bisa pulang sendiri dulu?"
Terdengar helaan nafas di ujung sana, sebelum akhirnya berbicara.
"..."
"Iya, sorry"
Davino langsung memutuskan panggilan dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Udah bang?" Tanta Davino kepada Rayn yang hanya di balas anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi
Teen Fiction"Sama sama mencintai, tetapi sama sama malu mengungkapkan" Natasya menanti Davino menyatakan cinta. Sedangkan Davino pun sama. Hingga akhirnya, Davino menyatakan sesuatu yang membuat Natasya harus berjuang sekali lagi. Demi mendapat balasan Cinta...