1- Pertemuan

3.1K 141 7
                                    

Tuhan selalu menciptakan pertemuan yang pada akhirnya akan berhadiahkan sebuah perpisahan. Mengapa demikian?  Jawabannya adalah karena Tuhan ingin kamu menyadari sesuatu. Menyadari betapa pentingnya waktu dan sebuah pertemuan, sekecil apapun pertemuan itu.

                                -----o(O)o-----

"Hei bangun, jadi pergi gak sih?"
Suara seorang wanita terdengar remang remang di telinga. Kedua netraku masih terpejam, rasa kantuk membuatku malas walau hanya sekedar melirik sang pemilik suara.


Pertahananku akhirnya runtuh, rasa kantuk yang tadi menggerayangi mataku seketika hilang ketika wanita tadi mulai mengguncang tubuhku. Tak sabar mungkin, karena aku yang biasanya sangat gampang dibangunkan kini malah memilih untuk tetap memejamkan mata. 

Aku mengerjap ngerjap untuk menyesuaikan pandangan dengan cahaya matahari, yang menembus masuk melalui jendela kamarku yang berada di lantai dua.

"Udah jam 1 siang, buruan mandi sana!" wanita itu, Arsyi Nawang Anggita, sahabatku sejak kelas 8 smp yang kini sudah berkeliaran bebas di kamarku.

Sebenarnya hari ini aku ada janji dengan Arsyi untuk menyaksikan cosplay Genderang Suling Canka Lokananta, nama drumband kebanggan Akademi Militer.

GSCL akan dimulai kurang lebih satu jam lagi dengan start alun alun kotaku dan finish di Akademi Militer. Kirab kali ini merupakan tanda bahwa taruna dan taruni tingkat akhir pamit dari kota Magelang, karena sebentar lagi mereka akan lulus dari AKMIL dan dilantik oleh presiden dalam upacara PRASPA (Prasetya Perwira) sebelum akhirnya menjadi perwira perwira muda yang siap mengemban tugas negara.

Bicara tentang dunia kemiliteran, entah sejak kapan aku mulai tertarik dengan dunia itu. Bukan, bukan menjadi tentara wanita yang aku maksud. Tetapi menjadi seorang pendamping abdi negara. Aku tak tau alasannya apa. Apakah karena ayahku adalah seorang tentara ?

Yaa, ayahku adalah seorang tentara bermatra angkatan darat. Andianto Mahesa, nama ayahku yang saat ini berpangkat Kolonel (infanteri). Beliau menikah dengan seorang malaikat yang aku panggil bunda, Fatwa Widyanti, wanita lulusan perguruan tinggi kedokteran spesialis anak.

"Malah ngelamun lagi, buruan mandi." Seru Arsyi lagi, mulai tak sabar.

"Bentar, ngumpulin nyawa dulu kali ah." Ucapku sambil berjalan meninggalkan Arsyi menuju kamar mandi.

                                 -----o(O)o-----

Dan disinilah aku sekarang, berada di pinggir jalan raya bersama ratusan atau bahkan ribuan orang yang juga menantikan penampilan drumband GSCL. Jangan lupakan satu hal bahwa ada manusia yang  jauh lebih antusias dariku dan kini dia  berada disampingku. Bahkan saat ini dia sedang memekik kegirangan dengan senyum kelewat lebar ketika rombongan drumband  masih berada sekitar 15 meter lagi dari tempat kami berdiri. Siapa lagi wanita itu kalau bukan Arsyi Nawang Anggita.

Aku menyeruput susu pisangku yang masih tersisa separuh lagi, mengabaikan seorang Arsyi yang menggila. Kemudian membenarkan posisi pashmina berwarna marun yang saat ini aku kenakan. Aku memang selalu berusaha untuk tetap berhijab ketika keluar rumah.

"Liat deh, bass drumnya keren banget subhanallah!" kata Arsyi ketika sekelompok macan tidar akmil berjalan semakin dekat.  "Maju yuk, ini orang orang pada makin nutupin deh."

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang