"Ra, gue nggak becanda!"
Aeera masih bertahan dengan tertawaannya. Bertingkah konyol dengan berjingkrak-jingkrak kegirangan. Letra merasa sangat bingung. Apa ada yang lucu dari ucapannya?
"Salah ya... Omongan gue? Sorry, deh."
"Hahahahahahhahah! Eng-enggak kok, Let. Cuma aneh aja dengernya."
Letra mengerutkan dahinya. Berpikir dari sisi mana ucapannya yang menurut Aeera 'aneh'.
"Kata-kata gue.. aneh? Apanya?"
Aeera kembali dengan cengiran nakalnya. Dia menatap lekat manik mata Letra.
"Letra beneran suka sama Aira?"
Seketika sekujur tubuh Letra terasa kaku. Aliran darahnya seperti berhenti mengalir. Kaget dengan pertanyaan Aeera.
"E-e-emang gua ada ngomong sukak ke elo, Ra?"
Kepala Aeera berangguk cepat.
"Iya! Barusan."
"Hah? Gimana? Nggak ada!"
Si cewek bergaun putih itu lagi-lagi tertawa cekikikan. Kali ini pipi Letra dibuat memerah -malu. Apa iya gue ngomong gitu barusan? batinnya.
"Iya, Letra sayang."
"Hah?"
"Ngomongnya secara live aja."
Letra menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan bingung mau mengeluarkan pertanyaan ke Aeera.
"Hmm.... Iya."
"Enggak mau diulang lagi nyatain perasaannya? Yang lebih romantis gitu? Mumpung ada peluang." tawar Aeera dengan senyum manisnya.
"Gu-gu-"
"Hm? Kok gagu?"
Letra benar-benar mati kutu. Di hatinya terdapat cinta yang dapat ia rasakan dari degupannya yang begitu kencang. Tapi.... Gengsi dong, diungkapin. Antara degupan dan gengsi saling beradu hingga menjadikan Letra gemetar.
Aeera meraih tangan itu. Sekepal jemari yang berpeluh dan dingin. Dengan erat Aeera menggenggamnya. Membiarkan sang pemilik bertambah pucat.
"Kenapa Letra? Kenapa bengong? Tidak adakah yang ingin Letra sampaikan ke Aira?"
"Gue... Tadi cuma bilang seandainya yang naik kereta itu kita gimana menurut lo, Ra? Suka nggak?" Tunjuk Letra ke arah kereta kencana yang ada di taman bunga yang tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. "Gue hanya bilang itu. Terus lo kebahak-bahak. Nah, kapan gue bilang suka ke elo? Gue sendiri bingung." jelas Letra.
Aeera menghadapkan tubuhnya tepat di depan Letra. Menatap benih mata itu dengan tatapan yang dalam. "Jawaban Aira pasti aja suka. Sangat suka. Setahu Aira, jika cowok berkhayal bersama dengan seorang gadis, adalah dia yang benar-benar mempunyai harapan di dalam kata-katanya itu." tutur Aeera berbinar-binar.
"Siapa yang bilang?"
"Aira."
"Tahu dari mana?"
"Unda. Liat dari instagram."
Letra menghela napas dalam beberapa detik. "Gue bilang se-an-dai-nya! Kata pengandaian. Mengandaikan. Bukan ngayalin lo sama gue beneran berduaan di atas sana." eles Letra.
Mimik wajah Aeera berubah menjadi muram. Namun secepatnya dia sembunyikan kekecewaannya. Lagi, melengkungkan senyum di bibir pinkynya. Walau getir.
"Bilang sama Aira kalau Letra enggak suka Aira. Bilang sama Aira kalau kata-kata khayalan Letra enggak bakal jadi kenyataan. Bilang-." Aeera berhenti sejenak. Menatap lebih dalam mata Letra. Mencari secercah pengharapan di sana. Lalu segera melanjutkan kalimatnya. "Bilang, Letra benci Aira. Ingin jauh dari Aira."