Goresan Satu

10 1 0
                                    

"Mungkin Inggris..." Ada jeda dalam ucapannya untuk kemudian kembali menghela nafas. Sedikit ragu untuk sekedar melanjutkan ucapan "...bokap  pengen banget gue kuliah disana."

"Terus lo mau? Nggak kan. Seharusnya Lo jalanin apa yang lo suka bukan apa yang bokap lo suka..."

Gadis itu tertegun, meneguk ludah kemudian menghela nafas.

"...kenapa nggak coba ngomong baik-baik. Lo cuma perlu kepercayaan yang pernah jadi milik nyokap Lo dulu."

"Itu masalahnya..." Gadis itu berujar lirih "...bokap Nggak bakalan mau setelah apa yang terjadi dulu. Kepercayan bokap hilang bareng raga nyokap gue yang udah mati. Semuanya mustahil."

Diam mengambil alih, jingga yang berpendar menyisakan sedikit kelabu membawa matahari kesisi lain di samping cakrawala.

"Lo harus bisa dan gue yakin lo bisa. Emangnya apa sih yang bisa menghalangi seorang Permata Senja..." Ada kecupan singkat pada punggung tangannya, "...gue bakal selalu ada disisi lo, tenang aja. Everything will be alraight"

Everything will be alright

Itu bukan sekedar kalimat biasa.
Itu adalah mantra yang selalu senja ucapkan dalam langkahnya.

Dalam balutan dress putih dengan aksen ikat pinggang hitam. Senja kembali terhempas  jauh pada kenangan yang terus menggrogoti jiwanya. Mencoba merampas segalanya

Sekarang ia hanyalah senja yang kehilangan kilaunya.
Tempat yang kini ia pijak adalah tempat yang paling berkesan sekaligus terkutuk

Ah...Sial

Mengapa rasanya tetap sama?

Seharusnya senja bisa saja melupakan kemudian mengikhlaskan untuk mendapatkan secuil kebahagiaan.

Namun sayang, perkara yang harusnya ia lupakan berkaitan erat dengan sebuah harapan yang dulu ia impikan

Mimpi

Harapan

Keluarga

Sahabat

Dan mungkin saja...

...Cinta

Semuanya terkubur, hancur dan hilang bersama kenangan yang membawanya pada kesedihan...

Ah bukan... Lebih tepatnya kehampaan

Tes...

Satu bulir bening mendesak keluar diikuti buliran lainnya.

Tes...

Senja terlalu malas  menghapus luka untuk itu ia membiarkan semuanya berderai secara sempurna.

Beberapa pasang mata ditempat itu memandanginya kasihan, gadis cantik yang duduk sendirian dengan sebuah buket lili tampaknya sangat mengenaskan.

'Sepertinya ia baru putus cinta.'

'Mengapa Ia menangis tersedu seakan hidupnya akan segera mati'

'Ha...cengen sekali'

Kira-kira itulah bisikan yang menyapa pendengarannya, namun senja terlalu malas untuk peduli.

Hatinya telah lama busuk dan mati.

Senja bangkit, mengambil langkah untuk segera pergi. Membiarkan buket lili tergelatak secara asal dimeja.
Mengenang adalah hal yang paling ia benci. Namun, ia bukanlah seseorang yang gampang melupakan sebuah kenangan

Antara Langit dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang