Senjata Penulis

7 1 0
                                    


Menulis itu sama seperti orang yang mau berangkat perang. Butuh senjata, butuh logistik dan strategi. Tanpa itu semua, maka sebutannya bukan lagi perang, melainkan bunuh diri. Kalau dalam medan perang senjatanya pedang, bedil, granat lalu apa senjata dalam menulis. Yuk, dibaca sampai beres.

1. Membaca.

Ini wajib hukumnya. Menulis tanpa membaca itu omong kosong. Menulis tanpa banyak membaca hanya akan membuat tulisan menjadi tidak berisi, hambar. Buku apa yang perlu dibaca. Semua buku, bahkan semua tulisan. Baik fiksi maupun non fiksi. Karena sesungguhnya, apa yang kita tulis adalah perwujudan dari apa yang kita baca. Membaca akan memperkaya ide, tema dan gaya bahasa kita juga, karena kita memiliki banyak refensi. Ada sebuah novel yang ditulis, terinspirasi dari sebuah stiker dalam angkot. Saking penulis tersebut doyan membaca, semua dibaca.

2. Jalan-jalan

Jalan-jalan itu penting bagi penulis. Dengan mendatangi berbagai tempat kita bisa mengetahui banyak informasi mengenai tempat tersebut. Kalau belum bisa jauh-jauh, dekat-dekat dulu saja. Contoh, ke indokremet atau alfakremet di sekitar rumah kalian. Jika penulis datang ke indokremet, harusnya dia membawa informasi ketika pulang. Seperti produk terlaris di indokremet misalnya. Atau mungkin informasi yang lebih canggih seperti, ternyata swalayan tersebut membuat sebuah aturan kepada suplier. Bahwa jika barang yang dipesan Indokremet ke suplier tidak sesuai dengan jumlah dan tidak datang pada waktu yang ditentukan, suplier tersebut akan kena denda.

3. Bertemu dengan orang yang bijaksana

Gemarlah untuk bertemu dengan orang-orang tua. Mereka itu para pendongeng alami. Cerita masa lalu mereka selalu hebat-hebat. Bagi saya begitu. Mereka sosok bijaksana. Yang perlu kita lakukan hanya mendengarkan. Pengalaman mereka atas suatu hal itu bisa menjadi ladang ide untuk menulis. Orang yang menjual bakso selama 20 tahun ialah orang yang bijaksana mengenai bakso. Jika ingin tahu cinta itu bagaimana, tanyalah orang tua kalian.

Satu lagi, menonton. Sama seperti membaca. Tak perlu dijelaskan lebih lanjut.

Nah, kira-kira itulah yang bisa saya sharing. Semua uraian diatas adalah hasil contekan. Saya juga sama "newbie"nya seperti teman-teman disini. Semua point itu saya dapatkan dari Bang Darwis.

Salam literasi.

Postingan Kepenulisan di Grup KWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang