əˈnänəməs

7.7K 892 64
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Menjadi seorang penjaga di kebun binatang bukanlah suatu pekerjaan yang memalukan bagi Baekhyun. Ia justru menikmati waktunya bermain dengan orang utan yang menggemaskan. Lagipula binatang yang hidup bersamanya lebih dari tiga tahun itu begitu jinak dan tak pernah menyakitinya. Jika dibandingkan pekerjaan pawang singa, tentu ia sangat mensyukuri ini. Orang utan bebas berkeliaran dan itu membuat pekerjaannya lebih menyenangkan karena ia bekerja di luar kandang.

Ia juga suka sekali bercanda dengan pengunjung. Apalagi anak-anak yang begitu antusias akan penjelasannya mengenai orang utan. Ah, ia merasa menjadi profesor dadakan tiap harinya.

"Kakak, kakak!" Hari itu, ketika ia sibuk berbicara dengan pengunjung, seorang bocah menarik-narik seragamnya. Dengan senyum ramah, ia berjongkok di depan gadis cilik itu. Membiarkan bayi orang utan bermain-main di pundaknya.

Sekilas tampak anak itu berbinar melihat binatang yang melingkari lehernya, namun selepasnya bocah itu kembali menatapnya. Tangan mungilnya terulur untuk memberikan secarik kertas warna hijau lumut.

"Seseorang menyuruhku memberikan ini." ujarnya lucu.

Setelahnya, gadis itu pergi tanpa menjawab pertanyaannya.

Ia memutuskan untuk membuka kertas itu, menemukan deretan tulisan rapi yang menarik.

'Mengurusi bayi orang utan saja kau mampu, apalagi mengurusi bayi-bayi kita kelak.' Ia nyaris tersedak dalam tawa ketika melihat kalimat cheesey itu. Namun bibirnya menyunggingkan senyuman. Sudah sekitar seminggu ini ia mendapat kalimat gombalan dari seseorang. Tanpa nama dan selalu menyuruh anak kecil untuk mengantarkannya.

Terlihat norak tapi manis.

Sejujurnya ia penasaran pada orang ini. Kalau pun ia tak bisa membalas perasaan orang itu, setidaknya ia ingin menghargainya dengan ucapan terima kasih. Tapi sayang sekali, orang itu tak pernah ingin menampakkan wajahnya. Padahal, kalau pun dia jelek, Baekhyun tak mempermasalahkannya. Mereka bisa menjadi teman, kan?

Di hari selanjutnya, kertas berwarna baby blue telah mampir di tangannya. Padahal ia baru saja berganti shift dengan temannya satu jam yang lalu.

'Bayi-bayi orang utan itu begitu mengenalmu. Membuatku iri saja. Bagaimana kalau kita bertemu dan mengenal lebih jauh?'

Entah mengapa jantungnya tiba-tiba bertalu. Kalimat lain dibawahnya membuat rasa penasarannya semakin menjadi-jadi.

'Aku adalah grim reaper.'

Tanpa perlu menunda lagi, Baekhyun segera bangkit dari bangkunya tempatnya duduk demi mencari sosok misterius ini. Salah satu bayi orang utan bernama Vivi bertengger setia dilehernya. Memeluknya dengan begitu erat, sementara tanpa sadar Baekhyun mengusap lengan bayi orang utan itu demi menenangkan jantungnya yang memberontak di dalam sana.

"Grim Reaper..." gumamnya, tanpa sadar meremas-remas kertas di tangan kirinya. Kalimat itu jelas mengatakan kalau siapapun orang itu, ia pasti mengenakan pakaian serba hitam. Dan ketika matanya menangkap seorang pemuda tinggi berbalut jaket berwarna hitam, kaos putih, dan celana hitam serta topi hitam, ia tak bisa untuk tidak gugup.

Dari banyaknya pengunjung disini, pemuda itu jelas-jelas terlihat paling mencolok dengan style yang sebagian besarnya berwarna hitam. Orang itu terlihat sibuk dengan kamera di tangannya.

Pemuda itu tiba-tiba berbalik, membuatnya tersentak dan nyaris mengumpat melihat bagaimana paras rupawan itu terukir sempurna. Sosok itu tiba-tiba tersenyum dengan begitu tampannya, berjalan kearahnya dengan kamera senantiasa tergantung di lehernya.

"Hai, Baek! Tak kusangka kau cepat menemukanku."

Wtf. Jadi itu benar-benar dia?

Boleh tidak dia jatuh cinta?

『 ᴅ ʀ ᴀ ʙ ʙ ᴀ ᴇ ᴋ 』[☑]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang