Part 1

4 0 0
                                    

"Ger."
"Hm." Jawab gerry yg sedang asik dengan ponselnya.
"Gue di jodohin ger," ucapku pelan sambil menatap sendu ke arah luar.
"Terus?" Tanya gerry yg masih fokus dengan ponselnya. Sepertinya dia tidak menyadari perkataan ku
"Wait, apa??" Gerry langsung menatapku dengan horor.
"Lo di jodohin?" Aku hanya mengangguk pelan.
"Sama siapa?"
"Gak tau,"
"Dan lo terima?"
"Gak tau ger, gue masih bingung ger. Lo tau kan gimana gue. Gue belum siap nikah. Apalagi dijodohin. Tapi di sisi lain gue juga gak bisa nolak permintaan ayah gue,"
Gerry menghembuskan nafasnya pelan.
"Ai, gue tau lo anak yg penurut sama orang tua. Apa yg orang tua lo bilang lo pasti bakal nurutin. Saran gue lo pikirin baik baik, sholat istikharah. Libatin tuhan dalam mengambil keputusan. Gue dukung apapun keputusan lo," kata gerry memberi semangat padaku. Aku hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan salah satu sahabatku ini.

Ya, kemarin ayah bilang padaku jika aku akan di jodohkan dengan anak dari temannya. Demi Allah aku sama sekali belum siap menikah lahir dan bathin. Memang, menurut sebagian orang usia 23 tahun adalah usia yg sangat ideal untuk menikah, ibarat bunga usia 23 sedang mekar mekarnya. Tapi bagiku usia 23 masih sangat muda untuk menikah. Aku masih ingin bebas, masih ingin jalan jalan bareng temen, mencoba hal baru, tanpa memikirkan tanggung jawab sebagai seorang istri.

Bukannya aku tidak ingin menikah, siapa sih yg tidak ingin menikah, apalagi dengan orang yg dicintai dan mencintai kita, hanya saja jangan sekarang.

"Assalamualaikum," salamku setelah sampai di rumah.
"Waalaikumsalam," jawab ayah sedang duduk di teras depan rumah. Akupun langsung mencium tangan ayah.
"Aida, Dua hari lagi calonmu akan datang nak."
" kok cepet banget sih yah? Aku sama sekali belum siap yah. Aku.. aku masih ragu yah," ucapku memelas pada ayah.
" Aida, jawaban ada di tangan Mu nak. Ayah tidak akan memaksa tapi coba pikirkan baik baik, ayah yakin dia laki laki yang baik untukmu," jelas ayah.
"Lagi pula umurmu sudah 23 tahun. Sudah pas untuk menikah. Gak baik loh nolak pinangan orang." Canda ayah sambil tersenyum menggoda ku.
"Ayaaaah," sewotku pada ayah yang tertawa menggoda ku.

Sebelum tidur, aku menunaikan sholat istikharah. Aku ingin meminta jawaban dan petunjuk pada Allah swt.
"Ya Allah, ku serahkan hidup dan matiku hanya pada-Mu. Berilah aku jawaban dan petunjuk-Mu ya Allah. Jika kami memang berjodoh, maka ikhlaskan lah hati kami untuk saling menerima. Tumbuhkan lah rasa cinta karena-Mu di hati kami ya Allah. Amin"
***
Hari yang paling ingin kuhindari akhirnya datang. Kalian tau, keluarga harjanto sudah tiba. Ya Allah, kenapa jantungku deg degan gini. Aku mondar mandir di dalam kamar. Rasanya ingin kabur saja. Terdengar bunyi ketukan pintu, "kaaak, tamunya udah datang. Lo lama amat sih di dalem!" Teriak angga dari luar. Aku pun membuka pintu, " iya iya, bawel amat sih lo," seruku pada si bawel angga. Angga terpana melihatku dari bawah sampai ke atas. Huh, pangling kan lo liat gue.
"Waoow, tumben lo cantik."
Aku bersedekap tangan, " gue udah cantik dari dulu keless." Ucapku seraya melewati angga begitu saja.

"Assalamualaikum," akupun mengucapkan salam ketika sampai di ruang tamu. Mereka semua mengalihkan mata ke arahku serta menjawab salamku.
"Mari sini nak," panggil ibu padaku. Aku berdiri diantara ayah dan ibuku.
Aku langsung memperkenalkan diri pada mereka.
"Perkenalkan om tante nama saya aqidah nurzama, biasa di panggil Aida om tante," aku menyalami tangan mereka.
"Waah nama yg cantik sama kayak orangnya di tambah senyum kamu manis sayang, duh jadi gak sabar cepet cepet punya mantu," aku hanya bisa tersenyum mendengar pujian tante ariana.
Kemudian aku melihat seorang laki-laki yang lumayan tampan, bukan lumayan. Memang tampan sih. Dia tersenyum tipis padaku, akupun membalas senyumnya dengan tulus.
Aku mengatupkan tangan di depan dada, "Aida," dan diapun membalasnya, "Alfian."

****

Part 1 selesai gesss. Mohon kritik dan sarannya ya gess, jangan lupa vote and commentnyaaaa. Babaay..

Kita, dia dan dirinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang