Part 2

7 0 0
                                    

Kalian pasti bertanya tanya tentang hasil pertemuan keluarga kemarin kan? Apakah aku menerima atau menolak lamaran keluarga harjanto?

Hmm... yah aku menerima lamaran itu. Aku juga tidak tau kenapa aku menerima lamaran itu. Tapi yang pasti hatiku mengatakan jika aku harus menerimanya. Mungkin itu jawaban dari Allah swt. Dan juga aku tidak ingin membuat kecewa kedua orang tua ku.

Pernikahan kami di langsungkan 2 bulan lagi. Sebenarnya keluarga harjanto minta 1 bulan. Tapi bagiku itu terlalu cepat. Aku tidak bisa mempersiapkan pernikahan dengan waktu sesingkat itu. Pasti semuanya akan tergesa-gesa dan aku tidak suka itu.

Dan dalam jangka itu pula kami bisa saling mengenal satu sama lain. Seperti hari ini, dia janji akan menjemputku pulang kerja. Sudah hampir 30 menit aku menunggu, tapi dia juga belum datang. Harusnya jika dia terlambat bisa beritahu aku kan?

Sekarang hanya tinggal beberapa karyawan bank dan satpam. Ya aku bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta yang ada di jakarta. Aku tidak tau setelah menikah apa aku boleh bekerja atau tidak. Tapi yang pasti aku masih ingin bekerja tanpa melalaikan tugas sebagai istri. Kalaupun nantinya dia tidak mengijinkan ku bekerja apa boleh buat. Toh aku harus nurut sama suami kan?

"Ehm.. maaf membuatmu lama menunggu." Ucapnya dengan datar. Akhirnya dia datang juga.

Aku tersenyum, "tidak apa apa, sebelumnya aku tidak pernah menunggu se lama ini, berkat dirimu aku bisa merasakannya."

Dia hanya tertawa kecil, " jadi, apa aku di maafkan?"

"Karna kamu calon suami ku, aku maafkan." Dia tergelak lagi.

"Ternyata kamu lucu juga." Ucapnya.
Kami pun melangkahkan kaki menuju mobilnya yang ada di parkiran.

"Sebelum pulang ke rumah, apakah kamu keberatan jika aku mampir ke suatu tempat?" Tanyaku pada Alfian yang sedang memakai seatbeltnya.

"Tidak, memangnya kamu mau mampir ke mana?"

"Aku ingin ke cafe sahabatku sebentar, aku ingin mengenalkan mu padanya. Tidak apa kan?"

"Tentu saja tidak apa apa, sahabatmu sahabatku juga kan?"

Aku mengangguk kan kepala seraya tersenyum.

***
"Selamat sore.. silahkan masuk mba aida," sambut salah satu pegawai saat aku memasuki cafe.

"Terima kasih meisy, boss kamu ada kan?"

"Oh ada mba, beliau sedang ada di ruangan."

"Tolong panggilkan ya mes?"

"Siap mba,"

Cafe ini adalah salah satu milik Gerry. Dia mempunyai beberapa cafe yg tersebar di jakarta. Aku sering ke sini, karena makanan dan minumannya enak enak, serta suasananya yg nyaman.

"Silahkan duduk mas," kataku pada Alfian.
"Selamat sore mba aii, ini menunya mba mas, silahkan di pilih," ucap eka salah satu pelayan yg ku kenal.
"Selamat sore juga eka, aku kayak biasa aja ya, mas mau pesen apa?"
"Aku hot cappucino aja,"
"Oke silahkan di tunggu mba mas."

Tak berapa lama gerry pun datang. Dia bersedekap tangan
"Jangan bilang lo kesini mau cari makanan gratis," kami pun mendongak.
"Issh neting aja sih lo. Lo pikir gue pengangguran yg gak punya duit apa," kataku sewot.
"Biasanya kan lo kesini kalo mau makan gratis, lebih tepatnya sih mau bikin gulung tikar sahabat lo ini," ucap gerry sembari duduk. Dan Aida pun mengambil ancang ancang untuk melempari gerry dengan high heelsnya.
"Lo mau gue timpuk pake ni sepatu,"
Gerry tertawa terbahak bahak sambil melindungi dirinya dengan kedua tangannya.
"Waduh selow aje neng, becanda doang. Jangan marah marah ntar gak jadi nikah lo," dan Aida benar benar memukul lengan gerry dengan heelsnya.

"Ehm.." itu mas alfian. Duh kok aku sampai lupa ya.
"Maaf mas, kelupaan. Kenalin mas ini gerry sahabatku."

"Ger ini mas Alfian. Calon suamiku,"
Mereka pun saling berjabat tangan.

"Gerry,"
"Alfian."
"Jadi, kapan kalian akan menikah?"
"2 bulan lagi," jawab mas alfian.
"Wow, lumayan cepat ya."
"Nanti, jika kalian ada kendala jangan segan-segan minta tolong, jika bisa pasti akan ku bantu." Aku menyunggingkan senyum dan mengacungkan jempol ke arah nya. Oh sahabatku yang satu ini pengertian sekali.
***
Kalian pasti ingin tau, mas Alfian itu orang yang seperti apa. Sejauh ini mas Alfian adalah laki-laki yang cukup baik. Hanya saja dia sedikit dingin, irit bicara, dan jarang tersenyum. Jika tidak aku yang memulai duluan pasti dia tidak akan bicara. Aku harus waspada dengan laki laki seperti mas Alfian. Kalian tau kan orang yang diam diam itu menghanyutkan.

Aku harus bisa menjaga hatiku untuk tidak jatuh cinta duluan padanya. Jika dia mencintaiku maka aku akan mencintainya.prinsipku adalah lebih baik di cintai dari pada mencintai tapi bertepuk sebelah tangan. Aku benci yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan dan aku tidak suka itu.

Kita, dia dan dirinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang