Malam ini malam minggu, dan kalian tau? Mas Alfian mengajakku keluar. sebelumnya aku tidak pernah pergi malam minggu dengan lelaki. Ini baru pertama kalinya. Pertama-tama dia mengajakku pergi makan malam. Dan di sinilah kami, makan di sebuah restoran yang terbilang mahal. Selama makan tidak ada percakapan di antara kami. Setelah makan barulah dia bersuara.
"Aida, aku ingin mengatakan sesuatu. Menurutku sebelum kita menikah, aku harus menceritakan ini padamu." Terang Alfian.
"Apa itu Mas?"
Mas Alfian menatapku dengan datar. "Sebenarnya..aku sudah punya kekasih." Aku mengerutkan kening ku heran.
"Jika kamu sudah punya kekasih, kenapa menerima perjodohan ini?" Aku bertanya dengan nada datar, tapi sarat akan kemarahan.
"Tolong dengarkan aku, aku akan menjelaskannya padamu." Mohon Alfian.
"Aku memang sudah punya kekasih, lebih tepatnya mantan kekasih. Aku baru putus dengannya. Orang tua kami sama-sama tidak setuju, karena kami berbeda keyakinan. Dan salah satu dari kami pun tidak ada yang mau mengalah untuk berpindah keyakinan. Karena itu, orang tua ku segera menjodohkanku dan aku pun menerimanya." Jelas Alfian.
Aku menghela nafas.
"intinya kamu menjadikanku pelarian?" Tanyaku.
Mas Alfian menggelengkan kepala, "bukan maksudku seperti itu, hanya saja..."
"Apa kamu masih mencintainya Mas?" Aku langsung memotong kata-kata Alfian.
Pertanyaan bodoh Aida. Tentu saja dia masih mencintai mantan kekasihnya. Sangat terlihat dari wajahnya.
"Sampai saat ini aku memang masih mencintainya, tapi aku akan berusaha untuk melupakannya. Dan salah satu caranya adalah menikah denganmu. Bukankah untuk melupakan seseorang kita butuh orang lain?""Bagaimana jika usahamu gagal? bagaiman jika kamu tetap tidak bisa melupakannya? Apakah kamu bisa menjamin jika kamu bisa melupakannya?"
"Aku tau ini tidak akan mudah, maka dari itu aku meminta bantuanmu. Aku akan berusaha dan belajar untuk mencintaimu, begitupun sebaliknya."
Aku menutup mataku sejenak, "Baiklah, aku akan mencobanya."
Dia pun tersenyum.
Aku tidak tau apakah aku bisa membuatnya melupakan mantan kekasihnya itu. karena dia belajar untuk mencintaiku, akupun akan belajar untuk mencintainya. Tapi aku tidak akan berusaha akan untuk membuatnya jtuh cinta padaku. Biarlah dia mencintaiku dengan sendirinya. Biarlah hubungan kami berjalan apa adanya, mengalir seperti air.Setelah makan malam, kamipun berjalan jalan disepanjang toko. "Aida.."
"Hmm?"
"Berapa kali kamu pernah Pacaran?"
Aku menaikkan alisku sambil tersenyum geli.
"Aku tidak pernah pacaran," tuturku.
"Apa? Wanita semanis dan sebaik kamu tidak pernah pacaran? aku tidak percaya. Di jaman sekarang tidak mungkin ada wanita yang tidak pernah pacaran.""Mungkin saja, contohnya aku. Lagipula jika pacaran apakah akan menjamin kalau dia jodoh kita? Tidak kan? Maaf jika kamu tersinggung. contohnya saja kamu, pacaran lama-lama tapi kalau tidak jodoh mau di apakan? iya kan?" Jelasku.
"Iya kamu benar," Ucap Alfian.
"Sudah..jangan dibahas lagi."
"Aku tidak pernah membahasnya, kamu saja yang mulai duluan,"
"Ternyata kamu cerewet ya," Alfian kesal berlalu meninggalkanku.Akupun menyusulnya, "Woaaa ternyata kamu bisa ngambek ya haha," akupun tertawa geli sedangkan dia mendengus kesal.
***Tak terasa hari ini adalah hari pernikahanku dengan Mas Alfian. Sungguh aku sangat gugup sekali. Perutku rasanya mual. ya aku akan merasa mual jika sedang gugup atau deg-deg an. Dan sungguh aku tidak bisa mengontrol rasa mualku.
Aku duduk di samping Mas Alfian. Dari tadi aku hanya menundukkan kepalaku. Aku tidak berani menatap kearahnya. Ijab Qabul pun dimulai. Alhamdulillah Mas Alfian dapat mengucapkannya dengan lancar dengan satu tarikan nafas. Sekarang aku sudah sah menjadi istri Mas Alfian.
Resepsi pun dilakukan pada hari ini. Banyak sekali tamu yang datang. Aku lapar tapi aku tidak berselera untuk makan. Efek lelah kali ya..Dari pelaminan aku melihat seorang wanita cantik berjalan ke arah kami. Aku tidak mengenalnya. Mungkin dia tamu undangan Mas Alfian. Dan benar dia tamu undangan Mas Alfian, karena dari tadi dia selalu menatap ke arah mas Alfian.
"Selamat ya Alfian," ucap wanita itu sambil bersalaman dengan mas Alfian.
"Terima Kasih, Ayana," balas mas Alfian.Ada apa dengan mereka? kenapa mereka terlihat sedih? Aku melihat tatapan terluka mereka. apa mungkin wanita itu mantan kekasihnya mas Alfian?
Lalu wanita itu beralih kepadaku. "Selamat ya, semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan," dia tersenyum padaku, aku pun membalas senyumnya sambil berkata, "Amin, terima kasih."
Sampai wanita itu turun dari pelaminan, Mas Alfian masih menatapnya. "Apa dia mantan kekasih mas?" Mas Alfian langsung menatapku. "Sangat cantik," Sambungku lagi seraya tersenyum.
"Ya dia memang cantik, beda denganmu."
Aku menaikkan sebelah alisku.
"Jadi aku tidak cantik?" Mas Alfian menggelengkan kepala sambil menahan senyum.
"Kamu lebih dari itu, kamu lebih manis daripada dia," Mas Alfian mencubit pipiku gemas. "Aw..sakit mas," aku mengusap-ngusap pipiku.
"Hahaha rasanya aku ingin memakanmu saja."
Aku mendengus kesal. Awas saja kamu Mas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita, dia dan dirinya
General Fiction"Lo pikir aida mempertahankan rumah tangga kalian karena cinta? Gak, sama sekali enggak!! Aida tidak pernah cinta samo lo atau lebih tepatnya dia belum mencintai lo, apalagi dengan sikap lo yang seperti ini!" Ucap gerry dengan tajam. "Dan lo pikir a...