2

13 0 0
                                    

"I really love you Kath" kata Dhika tiba tiba di depanku. Kata itu sudah hampir setiap hari aku dengar dari mulutnya. Takpernah sekalipun aku mengatakan hal yang sama kepadanya.

   Perkataannya selalu aku balas dengan senyum yang sok tersipu dan terkaget akan kata katanya. Memutari mall setelah kerja adalah ide yang sangat buruk.
   Aku dan Dhika berhenti di sebuah toko yang menjual seafood. I really love seafood but if with my lover. Setelah udang bakar favorite ku sudah sampai di atas meja aku buru-buru menuangkan nasi dan mengambil 3 potong udang dan aku taruh piringku.
   Siapa yang tidak suka dengan udang ? I really feel sorry for them. Selama makan Dhika menceritakan kesehariannya sebagai karyawan di perusahaan milik keluargannya sendiri.  Aku hanya memilih untuk mengangguk anggukan kepalaku.

"Tumben banget kamu makannya banyak" kalimat tersebut berhasil lolos dari mulut sialan Dhika.
   Seketika kejadian 8 tahun lalu kembali terulang di otakku. Kejadian dimana kehidupanku berubah derastis.
Aku letakan sendokku telungkup kearah sisa nasi yang ada di piringku.

"Aku ketoilet dulu ya Dhik ..." tanpa persetujuannya aku langsung menuju toilet terdekat. Mataku terasa panas saat menahan air mataku yang akan jatuh.
   Aku sangat tidak ingin melakukan hal ini lagi tetapi rasa bersalahku setelah makan kepada diriku sendiri sangat menyiksaku.
   Sesampainnya aku di salah satu bilik toilet, aku langsung memasukan dua jariku sampai ketenggorokanku. Air mata yang berusaha ku bendung sudah tidak ada di tempatnya. Pipiku sudah basah dengan air mata dan keringat. Berkali- kali aku rogoh tenggorokanku sampai akhirnya

'Huekkk ... Huekkk ...'

Kini aku merasa lebih lega karena aku sudah memuntahkan kembali makanan yang sudah aku makan. Rasa lemas langsung mengguncang tubuhku. Aku terduduk di depan kloset sambil berusaha mengumpulkan kekuatanku ke dalam tubuh.

   Setelah aku rasa tubuhku sudah kuat untuk kembali berjalan, aku langsung bangun dan membenahi diriku sendiri. Setelah merapihkan rambutku, aku langsung kembali ke restoran seafood untuk menemui Dhika.

        ***

"Kath, kamu baik baik saja ?" Tanya Dhika saat kami berada di mobilnya.

"Ya, cuma pusing aja macet banget" jawabku setengah mengarang karena , memang saat ini kota jakarta sangatlah macet.

"Hun, mama minta kamu untuk makan malam bareng keluargaku. Kamu udah siap belum ?" Pertanyaan sialan itu lagi yang keluar dari mulutnya.

"Ugh, aku rasa ini belum wakunya Dhik. I mean, aku belum terlalu siap untuk lebih serius" jawaban kuno yang selalu aku lontarkan kepadanya saat Dhika menannyakan hal tersebut.

"Okay I'll be waiting for you." Jawab Dhika penuh pengertian.

   Menunggulah sampai kau menyesal menungguku.

               ***
"Thanks Dhik" kataku dari luar jendela penumpang.

"Anything for you hun" jawab Dhika yang membuatku mual.

   Sebelum aku benar benar memuntahkan isi perutku yang mungkin tidak ada lagi isinya, aku langsung buru buru masuk kedalam rumahku. Aku tidak pernah mengajaknya untuk mampir kerumahku apa lagi bertemu dengan orang tuaku.

   Aku dan Dhika juga teman dekat dari TK. Ya , satu TK dengan Farhan.  Tetapi, mamaku dan ibunya Dhika sangatlah dekat.

"Trinnienya mama sudah pulang. Ayo kita makan bersama" sambut mamaku dari ruang tamu menuntunku untuk duduk di kursi makan salah bukan menuntun tapi memaksa.

   Semua makanan kesukaanku setiap hari selalu dimasak oleh mamaku tetapi akhirnya selalu sama. Aku hanya menyicip satu sendok dari salah satunya. Sisanya selalu dimakan oleh tempat sampah.

   Setelah salaman dengan papaku aku duduk di kursi depan mamaku. Aku berbincang-bincang dengan mereka berdua sambil sedikit berbohong dengan beberapa cerita seperti aku jalan bersama Farhan, aku sudah makan walaupun akhirnya aku muntahkan kembali sampai aku bilang aku sudah sangat kenyang padahal perutku sangatlah perih.

   Masakan yang hari ini aku berhasil cicip adalah sepotong bakso yang menjadi campuran di sayur capcay buatan mama. Rasanya tidak pernah berubah dari aku kecil. Aku selalu mengingat semua rasa masakan mama walaupun sekarang aku hanya memakannya jika aku sedang merasa bahagia.
   Perbincangan malam ini diakhiri dengan aku memutuskan untuk menuangkan jus jeruk ke dalam sebuah cangkir dan aku bawa ke dalam kamarku. Setelah aku membersihkan tubuhku aku membawa seplastik bola-bola kapas yang aku simpan di tempat tersembunyi lalu, aku mangambil satu buah bola kapas dan aku celupkan kedalam jus jeruk yang aku tuang tadi.
   Dengan getakan cepat aku langsung memakan kapas tersebut untuk membuat tubuhku merasa kenyang. Sebanyak tiga buah kapas berhasil aku makan malam ini. Karena kapas tidak memiliki kalori maka aku akan aman.

   Aku membuka ponselku untuk melihat perpesanan instan dari Farhan untukku.

From : Farhan 😘
To      : me

'Babe, besok aku jemput ya. Love you buba x'

'Aku ada pasien emergency babe sorry I can't call you tonight'

From : me
To      : Farhan 😘

'Okay. I love you too'

Setelah mengetik hal tersebut aku memutuskan untuk tidur.

  

Bulimia Nervosa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang