BAB 3

11 2 0
                                    

Altan berlari masuk ke dalam rumahnya ketika mendapat laporan kalau gadis itu ketakutan dan tidak mau di dekati oleh siapa pun.

Ia segera menuju pintu kamarnya.


" Ada apa Bi?" Tanyanya pada Bi Sumi - Asisten Rumah Tangganya -.

" Anu Den... Non dikamar Aden nangis terus. Dia nggak bolehin saya masuk Den. Dia gemeteran sambil bilang Lepasin saya." Jelas Bi Sumi.

Altan membuka pintu kamarnya dan melihat gadis itu menelungkupkan di lututkanya yang tertekuk.


Altan melangkah pelan tak ingin gadis itu terusik.

Altan terkesiap melihat gadis itu mendongak tiba-tiba. Air mata gadia itu masih bercucuran dipipinya.

" A... Anda... Anda Siapa?" Tanya gadis itu dengan wajah ketakutan. Altan tak tahu harus melakukan apa. Ia memilih untuk melangkah mendekati gadis itu tanpa menjawab pertanyaannya.

" Saya mohon... Jangan tangkap saya! Lepasin saya Tuan! Saya mohon!" Ujar gadis itu dengan jari yang disatukan.

Altan semakin mendekat. Gadis itu mulai bereaksi dengan memukuli dada Altan, yang nyatanya Altan tak merasakan sakit sedikit pun.

" Saya mohon lepasin saya!" Gadis itu mengucapkan kata itu berkali-kali sambil memukuli Dada Altan.

Altan mencekal kedua tangan itu, menggenggamnya dengan erat agar gadis itu berhenti memukulinya.

Altan langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Entah apa yang ia lakukan saat ini, yang pasti Altan hanya ingin menenangkan sang gadis.

" Nggak papa. Aku nggak bakal ngapa-ngapain kamu kok. Tenang ya." Altan mengeratkan pelukannya pada gadis itu dan mengusap pelan rambutnya.

Altan merasa nyaman dalam posisi seperti itu, sepertinya gadis itu juga. Sampai suara yang sangat Altan kenal mengganggu pendengarannya.

" WHAT? ALTAN GUE NGGAK SALAH LIAT? DENIS LO JUGA LIAT KAGAK?" Altan memutar bola matanya malas tentu saja itu suara Azka.

Duo Geloh yang selalu menemaninya dari kecil.


" Iya gue lihat. CIEEE PAK BOS! UDAH BERANI BAWA CEWEK KE RUMAH?" Denis tersenyum jahil sambil menaik turunkan alisnya.

" Udah deh Nis. Jangan mulai.. Gue tabok nyaho lo!" Altan benar-benar di buat darah tinggi dengan kedua sahabanya ini. Mereka selalu pergi ke rumah Altan tanpa memberi konfirmasi sama sang pemilik rumah.

Bahkan pernah Altan yang baru bangun dari tidurnya dikagetkan dengan dua makhluk Astral yang tengah tertidur juga di atas kasurnya.

Pas ditanya jawabannya kapan dan kenapa dateng kerumah. Mereka hanya mejawab " Laper.... pengen makan di rumah Pak Bos!" padahal makanan di rumah mereka juga tak kalah enak dengan yang ada di rumah Altan.

" Elah si Bos Mah bikin gue kesal mulu." Altan mengernyit perasaan dia tidak melakukan kesalahan. Harusnya Altan yang kesal pada Denis karena telah dateng tanpa meminta ijin.

" Jangan panggil gue Nis napa, berasa Nisa Sabyan gue." Kata Denis mengundang kekehan dari Azka sedangkan Altan menatapnya dengan muka datar andalannya.

"Hmmm...Hmmmm...Hmmm..Hmm.." Azka bernyanyi berlagak seperti Nisa Sabyan asli. Padahal itu hanya sebuah gumaman tapi dengan wajah yang sangat lucu dan seperti sangat menghayati lagunya, Azka berhasil membuat seorang gadis yang sedari tadi diam mengeluarkan tawanya.

Altan menatap gadis itu tanpa berkedip.

" Cantik." Gumamnya yang dapat di dengar oleh kedua sahabatnya.

" EHEMM..." Dehem Denis dan Azka sedikit keras membuat Altan terkesiap salah tingkah.

Baru kali ini Azka dan Denis melihat Altan salah tingkah. Bahkan ia selalu memasang wajah dingin. Cewek paling cantik di sekolah mereka pun tak pernah berhasil membuat Altan seperti ini.

Azka dan Denis saling memandang dengan tatapan yang penuh arti.


Ketiga sahabat itu perlahan mendekat ke arah gadis yang sedari sudah menghentikan tawanya dan menundukkan kepalanya.

" Nama kamu siapa?" Tanya Altan. Azka dan Denis mengernyit bingung dengan perubahan cara bicara Altan.

Altan biasanya akan bertanya dengan wajah songongnya dan nada yang sedikit tinggi dan terkesan keras.

Namun kali ini Altan yang mereka lihat berbeda.Altan yang sekarang terlihat begitu lembut tanpa ada nada penekanan di setiap kata-katanya.

" A..Aku.. Aku.. Aku Elif." Altan tersenyum.

" Namanya bagus." Ucap Altan dalam hati, entah apa dengan nama itu, Altan merasakan sesuatu yang aneh.

" Aku Altan Cavero." Ucapnya mengulurkan tangannya. Dengan sedikit ragu Elif , menyambut uluran tangan itu.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

E L I FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang