If By Chance

460 61 19
                                    

Luda tersenyum kecil ketika melihat Bona melambaikan tangan kearahnya. Kemudian ia berlari dan menghampiri Bona setelah tiga bulan yang lalu, gadis itu pergi dari asrama.

"Long time no see, Bon. Hehe."

"Kayak judul lagunya iKON, hahaa." Bona tertawa, ia terlihat lebih cerah dan bahagia. "Canda deng, apa kabar, Da? Gue kangen banget!"

"Baik, Bon. Sehat juga."

Bona mengangguk, setelah itu ia kembali terdiam. Melihat perubahan mood yang terjadi pada Bona, Luda kembali teringat tentang pertanyaannya, perihal apa Bona kemari.

"Bon, kalau gue boleh tahu, alasan lo kesini lagi, apa?"

"Gue mau ngucapin salam perpisahan, ke lo dan Eunseo."

Luda terkejut, dahinya mengernyit bingung. "Lo, mau kemana?"

Bona tersenyum, ia menarik Luda untuk mendekat kearahnya dan mengamit lengan gadis itu. "Gue dan ayah bakalan pindah ke Singapore, gue bakalan ngelanjutin pendidikan gue disana, ayah juga harus ngurusin anak perusahaannya. Besok atau lusa gue bakalan berangkat kesana, makanya hari ini gue kesini, mau ngucapin selamat tinggal ke lo dan Eunseo. Bagaimanapun, gue tetap harus ngasih kejelasan ke dia, tentang semuanya, dan gue juga harus ngucapin selamat tinggal, Da. Gue mau dia punya kehidupan baru yang lebih baik daripada sekarang."

Luda tersenyum, getir, ia kemudian menarik Bona dalam pelukannya. "I wish you have a better life, Na. Dimanapun lo berada, harus inget, bahwa lo selalu punya gue dalam situasi apapun."

_________________________________________

Luda POV

Gue dan Bona berjalan menuju atap. Gue melirik sekilas ke arah Bona, wajahnya terlihat sangat gugup. Bahkan setelah tiba di atap, Bona malah semakin gugup. Dia terdiam beberapa saat memperhatikan punggung Eunseo dari kejauhan.

"Selesain semuanya sekarang, supaya nantinya lo gak akan terus-terusan di kejar sesal."

Gue meminta Bona untuk segera menghampiri Eunseo. Bagaimanapun, tujuan awal Bona kesini adalah untuk bertemu dan menyelesaikan masalah mereka.

Namun Bona tak bergeming sama sekali, ia masih diam di tempat. Gue yakin, Bona pasti belum siap menemui Eunseo saat ini.

Gue memeluk Bona sebentar, memberinya kekuatan bahwa ia harus siap menghadapi ini semua. "Siap itu gak akan bisa lu dapetin hanya dengan berdiam diri kayak gini."

"Sekarang, semua keputusan ada di tangan lu. Apakah lu ingin terus-terusan dihantui masa lalu, atau lu ingin hidup tenang tanpa ada bayangan masa lalu. Its all up to you, Na."

Gue tersenyum kearah Bona, menepuk bahunya pelan, lalu setelah itu gue berlalu meninggalkan Bona yang masih dalam diam.

Gue menghirup udara sebanyak-banyaknya, rasanya sangat sesak melihat Bona kembali setelah beberapa saat dia pergi. Terlebih ia kembali bukan karena gue.

Gue mengerjap pelan, tidak membolehkan air mata gue untuk jatuh membasahi pipi gue yang mulus. Enak aja, gaboleh cengeng!

Tapi, sekuat apapun gue menahan air mata, tetep aja, pelupuk mata gue tega membiarkan air itu turun, menbanjiri pipi gue. Perlahan gue malah menikmati air mata itu, menikmati sakit yang selama ini gue pendam, dan menikmati hati gue yang semakin hancur berantakan.

Bona, kok bisa-bisanya gue seperti ini karena lo, sih?!

"Da, kenapa nangis?"

Astaga! Nyaris copot jantung gue tatkala melihat Bona berdiri tepat di depan gue saat ini. Tunggu dulu, barusan dia nanya kenapa gue nangis, kan? Gak ngaca kali dia, jelas banget kalau dia yang habis menangis, bukan gue.

LUDA (The Truth Untold Side Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang