4

1K 99 7
                                    

"Selamat atas pernikahan kalian! Semoga kalian diberkati Tuhan dan menjadi keluarga yang bahagia."

"Amin."

"Terima kasih."

Sasuke dan Sakura tersenyum, bahagia bukan main. Meski tamu yang hadir tidak sebanyak acara mewah lainnya, namun para tamu mendoakan kebaikan untuk mereka berdua. Siapa yang tidak senang?

Bahkan do'a jauh lebih dibutuhkan daripada jumlah tamu yang hadir.

"Tunggu sebentar." Sakura menyipitkan matanya karena melihat sebuah keanehan dari jauh. "Kau mengundang Ino juga, Sasuke?"

"Iya, memangnya kenapa? Dia datang?" balas Sasuke santai, sangat santai. Seolah-olah Ino bukan siapa-siapanya dulu.

"Ya." Sakura mengerucutkan bibirnya kesal. "Semoga dia tidak membuat kekacauan di sini."

"Kukira dia tidak akan datang."

"Kalau kau yang mengundang tentu saja dia datang."

Sasuke tersenyum geli. Sungguh, ia tidak mengira Ino akan datang jika diundang.

Dan kini, wanita itu berjalan ke arah mereka. Ada yang berbeda dari Ino jika dilihat-lihat. Kalau dulu, tatapan Ino sangatlah buas dan penuh dengan ambisi. Tapi sekarang? Tatapan wanita itu berbeda. Entah bagaimana Sakura bisa menjelaskannya, mungkin kata 'lembut' bisa menjelaskan semuanya.

"Hai," kata wanita itu sambil tersenyum. Tidak ada lagi senyum angkuh yang selalu ia pasang. "Senang bisa melihatmu lagi, Sasuke."

"Hai, aku jauh lebih senang melihatmu lagi, Ino." Sasuke menjawab tanpa beban, seolah-olah masalah itu tidak pernah terjadi.

"Oh ya? Bagaimana bisa?"

"Karena akhirnya aku tahu, bahwa apa yang kau perkirakan dulu ternyata salah. Keluargaku, mereka tidak meninggalkanku."

Ino tidak marah, justru ia tersenyum geli seraya menatap Sakura yang kebingungan.

"Pasti karena istrimu ini kan, Sasuke? Dia menyelamatkan hidupmu."

"Dia memang penyelamatku. Aku tidak bisa membayangkan kehidupanku jika tidak ada dia yang menyelamatkanku."

Melihat senyum Sasuke, entah mengapa membuat hati Sakura menghangat. Dalam hati ia berjanji, ia tidak akan membiarkan senyum pria itu lenyap oleh apapun.

"Aku tidak melakukan banyak hal," cicit Sakura bersuara rendah namun dapat didengar Sasuke dan Ino.

"Jangan merendah begitu, Sakura. Namamu Sakura, kan? Haruno Sakura yang sekarang menjadi Uchiha Sakura. Pemilik Golden Group yang terkenal itu. Aku tidak menyangka kau akan menjadi orang penting sekarang."

Sakura hanya tersenyum tipis. Sebenarnya ia keheranan, apa yang ia lakukan tujuh tahun lalu? Kenapa semua orang mengatakan hal ini terjadi berkat dirinya. Tapi Sakura merasa tidak melakukan hal apapun yang berarti.

"Terima kasih, tapi sepertinya kau terlalu berlebihan, Ino. Aku tidak melakukan apapun dalam situasi ini. Aku hanya--"

"Hanya apa? Melakukan kewajibanmu sebagai 'teman'? Ya ampun, Sakura. Yang kau lakukan itu adalah menyelamatkan jiwa seorang pria yang akan menjadi suamimu di masa depan. Kau tidak sadar juga?"

Sasuke mulai merasa gemas mendengar percakapan mereka. "Sudahlah, Ino. Mau sampai mulutmu berbusa pun Sakura tidak akan menyadarinya. Dia memang suka merendah."

"Aku tidak merendah. Aku hanya mengungkapkan fakta."

"Fakta kalau kau menyelamatkanku? Itu benar." Sasuke tersenyum kemenangan ketika melihat wajah kesal Sakura.

"Kita saling menyelamatkan, Sasuke. Kau dan aku, kita akan hancur jika tidak saling menyelamatkan satu sama lain." Sakura membalas, dan itu memang benar adanya.

"..."

"Kalau kita sudah tidak menjadi 'kita' lagi, menurutmu apa yang akan terjadi, Sasuke?"

"..."

"Kurasa kita akan menjadi akhir menyedihkan dari cerita yang bahagia. Aku tidak mau itu terjadi."

"Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi, Sakura. Kita akan tetap menjadi 'kita', apapun situasinya."

Sasuke dan Sakura bertatapan satu sama lain. Entah apa yang sedang keduanya lakukan, Ino sudah tidak tahan melihat keromantisan dua orang itu.

"Sudahlah, aku menyerah! Aku ingin makan saja," ujar Ino pada akhirnya. "By the way, semoga Tuhan menjaga hubungan kalian."

"Terima kasih, Ino," balas keduanya bersamaan.

Sebelum benar-benar beranjak, Ino mengatakan sesuatu pada Sakura, dan itu membuat Sakura sedikit terkejut.

"Ingat satu hal, Sakura. Jangan pernah mengecewakan Sasuke. Dia itu tipe pria yang menyebalkan. Sekali dia dikecewakan, dia akan membuat hidupmu bagai di neraka."

Kalimat-kalimat itu entah mengapa membuat Sakura khawatir. Mengecewakan Sasuke? Seketika dua kata itu membuat pikirannya berkecamuk.

"Akan kuingat."

"Kau juga, Sasuke. Sakura adalah wanita yang baik. Dia rela melakukan apapun demi orang yang dia sayangi. Kau akan menyesal kalau sampai kehilangannya!"

"Kau mengatakan itu seolah-olah paling paham soal ini, Ino," celetuk Sasuke tidak menutupi keheranannya. "Tenang saja, aku akan menjaganya."

"Aku mengatakannya karena aku akan menjadi orang yang paling kecewa jika kalian hancur." Ino berkata, membuat keduanya terdiam.

"..."

"Sudah dulu, ya? Aku mau mencicipi hidangan di sini."

Setelah kepergian Ino, Sakura terlihat seperti sedang gelisah. Tentu saja gelisah, ia menunggu kehadiran seseorang. Orang yang telah berjanji padanya akan datang di hari ini.

Tapi kenapa sampai detik ini orang itu tidak muncul? Sakura yakin Gaara bukanlah orang yang suka ingkar janji.

"Kau terlihat gelisah, Sakura."

"Aku menunggu seseorang."

"Sahabatmu itu?"

"Iya, dia berjanji akan datang hari ini."

"Kalau begitu dia sudah mengingkari janji." Sasuke menanggapi.

"Iya, tapi aku khawatir padanya."

"Kau khawatir padanya dan bukan padaku?" balas Sasuke bernada tidak suka. Ia tidak suka jika wanitanya mengkhawatirkan pria lain selain dirinya.

Dahi Sakura berkedut. "Aku? Mengkhawatirkanmu? Kau sedang baik-baik saja bersamaku di sini, untuk apa aku khawatir?"

Mendengar balasan Sakura membuat Sasuke setengah kesal setengah senang. Ia berjanji akan membalas ucapan istrinya itu malam nanti.

"Tapi sebuah hal langka jika Gaara tidak menepati janjinya. Pasti ada suatu hal yang--"

"Kau terlalu mencemaskan hal yang tidak-tidak, Sakura. Mungkin sahabatmu itu sedang sibuk. Dokter selalu sibuk, kan?"

"Yah, mungkin saja."

Sakura tertunduk. Bukan, bukan karena sibuk. Karena sesibuk apapun, pasti Gaara akan selalu menepati janjinya.

Tapi sekarang pria itu tidak hadir, pasti ada suatu hal yang tidak bisa dihindari pria itu.

***

Maaf banget aku telat update. Karena minggu kemaren ada banyak projek ataupun tugas yang harus dikerjakan dan itu bener-bener menyita waktu juga tenaga // halah wkwk.

Dan kemarin aku sempetin buat ngetik dan baru selesai sekarang. Semoga kalian terhibur!
-Maul

Hidden Scar: Luka Membawa PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang