Makrab

12.8K 1.3K 347
                                    


ㅇㅅㅇ

"Eh- itu Bang Daniel bukan sih?"

Seongwu dan Ren sontak ikut berhenti jalan pas denger pertanyaannya Minhyun. Mereka berdua fokusin pandangan ke arah gerombolan senior yang baru balik keluar dari Aula.

"Iya itu Bang Daniel." Jawab Ren. "Ada yang udah dapat tanda tangannya ga?"

"Tadi gue coba minta tapi masa di suruh nyari NIMnya dulu. Bangsat emang tuh orang."

Seongwu menyenggol lengan Minhyun, "Anjir itu mulut lo- tuh orangnya ada 10 meter depan lo. Ntar di hukum nyaho lo"

Ya namanya juga Minhyun Fahreza. Ga pedulian. Mukanya emang adem tapi mulutnya penuh sumpah serapah.

"Coba minta yuk, kali aja di kasi." usul Seongwu pada akhirnya.

"Sebenarnya gue ogah. Tapikan dia kan wajib di dapetin tanda tangannya. Bukan panitia inti tapi kok wajib gitu sih?" sahut Ren sambil menghela nafasnya.

"Ya katanya yang galak-galak itu kudu di dapat tanda tangannya juga. Kak Dina kan juga bukan pantita inti, tapi wajib juga kudu di dapet tandatangannya." sahut Seongwu tak bersemangat.

"Eh anjir udah deket orangnya-" ujar Minhyun dengan heboh.

"Panggil bego!"

"Dih gue mah ogah!"

"Apalagi gua!"

Seongwu memutar bola matanya mendengar pertengkaran dua temannya ini, kemudian ia memutuskan untuk menghampiri Sang Senior yang sedari tadi mereka bicarakan. Nunggu si dua bocah itu sampe kelar berantem ya ga jadi-jadi mereka minta tandatangan.

Tapi makin deket kok makin berat kaki Seongwu melangkah? Apalagi sekarang dia kontakan mata sama Daniel. Matanya sipit gitu tapi rasanya tajem banget tatapannya.

Sensasi tatapan sama orang galak emang gitu.

Seongwu berhenti tepat di hadapan Daniel.

"Bang Daniel." panggil Seongwu pelan.

Daniel yang hampir saja jalan melewati Seongwu langsung berhenti lalu menatapnya. Kedua panitia lain yang tengah berjalan bersama Daniel pun ikut berhenti.

"Gue?"

Seongwu mengangguk ragu, "Iya bang. Hehe, saya pen kenalan dong ehehe." jawab nya sambil tertawa garing.

Daniel menatap Seongwu kebingungan. Kemudian ia semakin bingung saat kedua teman Seongwu menyusul dan berdiri di belakangnya dengan senyum canggung yang sama.

"Lo duluan aja, Jak." usirnya pada Jaka-salah satu panitia yang menemaninya. Jaka melirik Dimas yang berdiri disampingnya lalu berjalan bersama meninggalkan Daniel.

"Lo semua gak kenal gue?" tanya Daniel dengan kerutan di keningnya.

"Kenal kok bang, tapi kan maksudnya itu pen kenalan supaya bisa deket gitu sama abang. Hehe. Abang kan senior favorit kita." jawab Minhyun sambil nyengir. Sa ae si Minhyun ini. Tadi kan sumpahin Daniel mulu dia kerjanya. Seongwu aja heran kenapa mulutnya Minhyun itu bisa segitu banyak bisanya.

Kerutan di kening Daniel semakin jelas, "Pasti ada maunya nih." tebaknya.

Ketiga maba di hadapan Daniel itu langsung saling lirik-lirikan tanpa berniat membalas ucapan Sang Senior. Takut salah omong mereka.

"Lagipula ini udah maghrib, kenapa masih keluyuran? Kan seharusnya lo bertiga di tenda." lanjut Daniel yang berhasil membuat ketiganya menelan ludah karena takut.

"Tadi kita abis angkat aer, Bang." Jawab Ren dengan cepat, diikuti dengan anggukan Minhyun sama Seongwu. Ya pokoknya jangan sampe ketauan mereka berdua itu abis makan indomie di warung depan. Bisa-bisa di suruh lari keliling lapangan tengah malam mereka.

[1/2] Siap, Senior! [ONGNIEL] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang