<< 1 >>

2.4K 297 33
                                    

story guide: Berlatar historical dan di cerita ini pernikahan sesama jenis dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

-

Jubah kemerahan yang membalut tubuh kecil seorang lelaki berkibar-kibaran tertiup angin sore itu yang bertiup agak kencang di paviliun utara—mungkin karena musim gugur akan segera tiba.

Lelaki itu mendongak, memandang ke arah langit dengan tatapan kosong, seolah ada sesuatu yang masih ia cari di balik lapisan langit sore yang gemilang keemasan.

"Yang Mulia," Seorang pelayan perempuan datang menghampirinya, di tangannya ada selembar selimut tebal, namun lelaki itu belum mengalihkan pandangannya, masih diam dan menatap langit.

"Yang Mulia," Pelayan itu mengulang kembali panggilannya dan pada akhirnya lelaki yang ia panggil menoleh.

"Oh, Xiao Er, ada apa?" Suara lelaki itu lembut dan terdengar rapuh, seperti halnya tubuh kurus kecilnya yang tampak begitu lemah.

"Hari semakin sore dan cuaca semakin dingin, jika Yang Mulia belum berkenan kembali ke istana Ming, ada baiknya Yang Mulia mengenakan selimut ini." Pelayan itu berkata lembut, suaranya sarat akan kekhawatiran.

Lelaki itu memandangi pelayannya untuk beberapa saat. Senyum kecil terulas di wajahnya yang pucat. Matanya hangat menatap satu-satunya pelayan yang begitu setia padanya sejak pertama kali ia menginjakkan kakinya di Kerajaan Qing Shan. Di saat semua orang melihat statusnya sebagai seorang Permaisuri lelaki tak lebih sekadar sebuah lelucon, hanya Xiao Er yang sejak awal tetap berada di sisinya dan menghormatinya.

"Baiklah, pakaikan selimut itu padaku. Aku masih ingin di sini untuk beberapa saat lagi,"

Xiao Er menuruti permintaan tuannya. Meski dipenuhi kekhawatiran, dia juga tak ingin membantah keinginan lelaki itu. Belakangan ini, kondisi Yang Mulia Ye Xian semakin terlihat memburuk. Cahaya di matanya kian hari kian redup tertutup sorot kesedihan. Bobot tubuhnya semakin menghilang. Beberapa kali dalam sebulan ia juga akan terserang demam tinggi dan baru akan membaik setelah berhari-hari.

"Xiao Er," Suara halus Ye Xian terdengar kembali.

"Ya, Yang Mulia?"

"Sudah berapa lama Kaisar pergi?"

Xiao Er terdiam untuk menghitung sejenak. Saat ini Kaisar Yu Ruan sedang berada di medan pertempuran. Perselisihan panjang antara Kerajaan Qing Shan dan Kerajaan Mo Chou tak kunjung berakhir meski sudah bertahun-tahun perang berlangsung. Xiao Er pernah mendengar cerita bahwa kerajaan Mo Chou memiliki seorang jenderal perang yang begitu lihai dan seorang ahli strategi. Semakin hari, kerajaan Mo Chou semakin membuat Kerajaan Qing Shan terdesak sehingga kali ini Kaisar Yu Ruan memutuskan untuk turun langsung ke medan pertempuran.

"Jika saya tidak salah mengingat, Yang Mulia Kaisar sudah pergi semenjak lima minggu yang lalu, Yang Mulia,"

Xiao Er melihat Sang Permaisuri melepaskan napas berat. Matanya semakin dirundung kesedihan. "Semoga Yang Mulia Kaisar kembali dengan selamat," Bisiknya gusar. Ia meremas-remas jemarinya sendiri, sebuah gestur kecil yang sering ia lakukan apabila ia sedang dilanda kecemasan.

Xiao Er tidak tahu harus berkata apa. Dengan semua perlakuan Kaisar terhadapnya, ternyata Ye Xian masih sanggup untuk mengkhawatirkan keadaan Sang Kaisar. Hati Ye Xian begitu bersih, seperti selembar kertas putih yang tak pernah tercoreng noda kebencian. Xiao Er begitu mengagumi Sang Permaisuri dan itu adalah alasan mengapa ia bersedia tetap setia di sisi Ye Xian, di saat orang lain hanya memandang Sang Permaisuri dengan sebelah mata.

Xiao Er masih mengingat dengan jelas hari pertama di saat Ye Xian datang ke kerajaan Qing Shan tiga tahun yang lalu. Ia adalah pangeran termuda dari kerajaan Wang Shu. Di antara empat pangeran dari Kerajaan Wang Shu, Ye Xian memiliki fisik yang paling lemah dan semenjak kecil ia selalu sakit-sakitan. Meski ia adalah seorang lelaki, ia tetap dikirimkan ke kerajaan Qing Shan untuk dinikahkan dengan Kaisar Yu Ruan atas sejumlah alasan politik.

The Turning HeartWhere stories live. Discover now