<< 3 >>

1.7K 302 15
                                    

Fei Hui Yin bertemu dengan seorang lelaki berperawakan kecil di suatu padang rumput yang luas. Lelaki itu terlihat rapuh dan matanya terlihat dipenuhi oleh kesedihan. Tidak ada siapa-siapa di padang rumput itu kecuali mereka berdua. Tetapi lelaki itu tak berkata apa-apa padanya. Hanya menatap Hui Yin dalam diam. Saat Hui Yin mencoba mendekatinya, lelaki itu segera berlari meninggalkannya. Saat ia berusaha mengejarnya, lelaki itu sudah menghilang seperti ditelan angin. Maka tinggallah ia seorang diri di padang rumput yang luas itu.

Hui Yin ingat, ia gugur saat berperang untuk kerajaannya. Dia tewas oleh tebasan pedang Kaisar Kerajaan Qing Shan; Tian Yu Ruan.

Apakah padang rumput ini adalah tempat setelah kematian? Apa ini adalah surga?

Dia belum memiliki jawaban atas semua pertanyaannya ketika sebuah cahaya terang mendekat dengan cepat dari kejauhan dan menghantam tubuhnya. Rohnya seolah ditarik keluar dengan paksa dari tubuhnya, begitu menyakitkan dan itu berlangsung untuk beberapa lama. Ketika Hui Yin tak lagi sanggup menahan sakit yang begitu luar biasa, ia kehilangan kesadarannya.

Saat Sang Jenderal terbangun kembali, ia tidak lagi berada di sebuah padang rumput. Ia terbangun di sebuah tempat tidur dengan tubuh yang terasa begitu lemas dan seorang gadis yang menangis di sampingnya. Saat gadis itu merasakan pergerakan Hui Yin, gadis itu sontak mengangkat kepalanya dan menatapnya penuh kelegaan. "Yang Mulia!" Gadis itu berseru, "Yang Mulia, syukurlah... syukurlah... Hamba kira Anda tidak akan pernah terbangun kembali."

Hui Yin terdiam. Ia merasakan bahwa tangannya sedang menggenggam sebuah batu. Ia merasakan ada ingatan milik orang lain yang mulai mengisi kepalanya perlahan-lahan. Ingatan seseorang bernama Ye Xian. Sekilas demi sekilas bayangan dari ingatan Ye Xian berputar-putar di dalam kepalanya sehingga membuat kepalanya terasa sakit dan tanpa sadar mengerang.

"Yang Mulia, Anda baik-baik saja? Hamba akan segera memanggilkan tabib kerajaan." Gadis itu hendak berdiri meninggalkannya, tetapi Hui Yin segera menahannya.

"Xiao... Er?" Dari ingatan Ye Xian, inilah nama gadis pelayan ini.

"Ya, Yang Mulia?"

Hui Yin merasakan ada yang lain dengan tubuhnya, seolah-olah tubuh ini bukanlah miliknya. Ia lantas mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. "Bisakah kau ambilkan cermin itu?" Ia menunjuk sebuah cermin di atas meja rias.

Saat Hui Yin melihat bayangan dirinya sendiri dari kaca cermin, ia tidak lagi melihat wajahnya sendiri melainkan wajah lelaki yang ditemuinya di padang rumput. Tubuh ini adalah milik Ye Xian.

Sekelebat ingatan lain terlintas di dalam kepalanya. Kali ini bayangan di saat Ye Xian menatap Yu Ruan penuh damba dan Sang Kaisar yang setiap kali selalu mengabaikannya. Hal ini membuat Ye Xian tertawa miris. Ini seharusnya adalah sebuah lelucon. Ia mati di tangan Yu Ruan dan kini jiwanya berada dalam tubuh Ye Xian, Sang Permaisuri Kerajaan Qing Shan yang tak dicintai.

"Yang Mulia? Ada apa? Mengapa Anda tertawa?"

Hui Yin menatap Xiao Er dan menggelengkan kepalanya, berusaha menghapus tawa dari bibirnya, "Berapa lama aku tertidur?"

"Delapan hari, Yang Mulia."

"Apa Yang Mulia Kaisar telah kembali? Apa dia kembali setelah memenangkan peperangan?"

"Ya, Yang Mulia Kaisar kembali dengan membawa kemenangan," Xiao Er kemudian menatap lelaki di hadapannya dengan hati-hati, "Kemarin Yang Mulia Kaisar mengunjungi Anda di sini. Dia berada di Istana Ming untuk beberapa saat," Dengan sengaja ia tinggalkan detil bagaimana ia memohon di depan gerbang istana agar Kaisar mau mengunjugi Sang Permaisuri, berharap berita kehadiran Kaisar dapat sedikit membahagiakan Sang Permaisuri dan memberi sedikit semangat untuk tuannya. Tetapi lelaki dihadapannya justru terlihat tak peduli. Semakin Xiao Er menyebut nama Sang Kaisar, semakin masam ekspresi di wajah Sang Permaisuri.

The Turning HeartWhere stories live. Discover now