Prolog

118 15 4
                                    

Selamat Membaca CILU!
🎋
🎋
🎋

●■●■●■●■●
"Jangan salahkan takdir, karena ia hanya menjalankan kewajibannya."
●■●■●■●■●


Allahu Akbar...

Allahu Akbar...

Gadis berjilbab navy yang sedang memotret senja dengan kameranya itu, tersenyum lebar saat mendengar panggilan dari Tuhannya. Ia menatap ke atas, tepatnya kepada senja yang begitu menarik perhatiannya.

"Bismillah, senja aku menyukaimu, aku ingin selalu bersamamu. Tapi, maaf Tuhanku telah memanggilku. Besok kita bertemu lagi." Ucapnya sambil tersenyum.

Ia berjalan ke arah rumah bercat biru muda. Langkahnya panjang, namun pelan. Beriringan dengan itu, tak lupa ia selalu membaca sholawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

"Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad."

"Kak Ghina!" Gadis itu menoleh kepada bocah perempuan yang memanggil namanya.

"Eh, Syifa kenapa?"

"Coba sini lebih deket."

Ghina mendekatkan wajahnya pada Syifa. Cup! Ia sedikit terbelalak saat Syifa mencium pipinya diam-diam.
Ghiha bertolak pinggang dan mata bulatnya menyipit pada Syifa.

"Kebiasaan deh, nyium nggak izin-izin." Ucap Ghina.

"Habisnya, Kak Ghina itu cantik tau! Kalo udah besar Syifa mau jadi kayak Kak Ghina. Jadi cewek cantik." Ucap bocah tujuh tahun itu.

"Ya Allah Syifa, kamu ada-ada aja deh." Ucap Ghina mengusap puncak kepala Syifa yang tertutupi kerudung.

"Kamu ke masjid duluan gih, Kakak mau ngambil wudhu dulu. Nanti Kakak bareng sama Bang Darza ya." Ucap Ghina yang diangguki Syifa.

"Assalamu'alaikum!" Ucap salam Ghina membuka pagar rumahnya.

"Wa'alaikumsalam, Kakak kemana aja tadi? Abah nyariin dari tadi." Ucap Darza adik laki-laki Ghina.

"Astaghfirullah, beneran? Tadi Kakak habis jalan-jalan sebentar." Ucap Ghina khawatir.

"Iya Kak, sekarang Abah pergi ke masjid. Kata Abah habis sholat nanti, dia mau ngomong sama Kakak."

"Ya, udah Kakak mau ngambil wudhu sama mukenah dulu, kamu tunggu di sini, ya!"

○●○

"Abah, kata Darza Abah mau bicara sesuatu?" tanya Ghina pada Abahnya.

"Ghina anakku, Abah boleh minta tolong?" tanya Abah Haikal.

"Pasti bolehlah Abah, minta tolong apa?" tanya Ghina.

"Nak, Abah dipindah tugaskan ke Bandung. Jadi kita juga harus pindah ke sana. Termasuk kamu juga harus pindah sekolah." Ucap Abah Haikal.

"Maksud Abah pindah pesantren, kan?" tanya Ghina lagi.

"Kali ini sekolah umum Ghina." Ucap Abah Haikal.

Ghina sedikit terperanjat mendengar keputusan abahnya. "Tapi Bah, Abah tau kan, Ghina nggak terbiasa di sekolah umum. Kenapa nggak di pesantren aja?"

"Ghina sayang, dari kecil kamu sudah Abah titipkan di pesantren. Kali ini Abah juga ingin kamu mencoba sekolah umum. Agar ilmumu bisa bermanfaat di sana." Ucap Abah Haikal sambil tersenyum.

"Abah, Ghina tau maksud Abah. Tapi, bisa juga kan, di pesantren nggak harus di sekolah umum juga."

"Nak, Abah yakin kamu mampu. Kali ini kamu harus tau kerasnya dunia luar. Kamu harus belajar dari itu. Sebarkan kebaikan dengan ilmu yang kamu punya."

"Bismillah," Ghina menarik napasnya pelan. "Baiklah Abah, Ghina siap!"

Inilah awal dari semuanya. Awal sebuah kisah yang akan dimulai. Awal dari perjalanan kehidupannya.

●■●■●■●■●

T

B

C

Salam, 20/01/19

Qorina

Readers ini cerita bertema religi pertama aku. Mohon doa dan sarannya semoga aku bisa membuat karya yang bermanfaat.

Cause I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang