LANGIT | Part 1

3.1K 194 38
                                    

P a r t  1

GMG Fiction Challenge

6 Maret 2020

Mereka bilang aku tidak mungkin bisa, itulah kenapa aku malah melakukannya!

Mereka bilang aku tidak mungkin bisa, itulah kenapa aku malah melakukannya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cairan di mataku tidak berhenti mengalir, walau sudah berkali-kali aku menyekanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cairan di mataku tidak berhenti mengalir, walau sudah berkali-kali aku menyekanya. Seminggu berlalu sejak ibu terbaring di dalam tanah ini. Langit pagi yang cerah seketika berubah menjadi mendung, seolah mengerti hatiku yang masih berduka karena kehilangan sosoknya. Kusapu lagi air mata yang mengalir di pipiku saat kuingat ayahku yang pergi entah kemana. Gerimis kecil turun perlahan membasahi nisan kayu ibu.

"Aku kuat ... Ibu enggak perlu cemas," lirihku sambil mengusap nisannya dan berdiri, karena hujannya makin banyak.

Aku berlindung di bawah pohon agar tubuhku tidak basah kuyup. Sejenak aku memandangi makam ibu sekali lagi sebelum akhirnya berlari menuju halte bis di luar gerbang. Hujannya langsung deras dan membuat sepatuku sedikit basah.

***

Suasana kampus terlihat sudah cukup ramai, ini berarti aku sedikit terlambat, karena jam di tanganku menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit. Setelah merapikan diri di toilet, aku melangkah menuju kelas.

"Hai, Rei!" sapa Ruth, sahabatku.

Aku tersenyum ke arahnya dan kami berjalan bersama menuju kelas. Namun tiba-tiba saja langkahnya berhenti mendadak dan matanya membesar, membuatku akhirnya mengikuti arah pandangannya dan menghela napas ketika sadar apa yang sudah membuatnya beku seketika seperti sekarang.

"Rei, kamu lihat itu kan?" tanyanya antusias dan menarikku untuk segera mendekat ke kelas. Matanya tidak lepas menatap punggung laki-laki yang diidolakan oleh hampir semua mahasiswi di kampus ini.

Aku berdecak malas, "Iya, aku lihat."

Ruth mengangguk dengan penuh kebahagiaan. Dan matanya kembali membesar ketika melihat kelas yang penuh. Senyumnya berubah kecut ketika mendapati kursi yang kosong ada di bagian paling depan. Tanpa memedulikan kekecewaannya aku menariknya untuk menempati kursi kosong tersebut dan ia menggerutu.

LANGIT (BAD BOY IN LOVE) - @DreameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang