(5).Unggul.

23 2 0
                                    

Vin, abdi bogoh Kami kawas ieu. Ulah balik deui.
Vin, aku mau kita seperti ini aja. Jangan pergi lagi.

Siang terik itu, sosok Devin menjadi sosok yang berbeda dihidup seluruh anak SMA merpati. Ada apa ?

"Vishanea Saddam Marsya."
Suara Devin sambil mengelilingi sekolah membuat semua pandangan tertuju kepadanya, apalagi dengan adanya pengeras suara sembari menyebut nama Nia.

"Diumumkan kepada teh gelies bernama Vishanea Saddam Marsya, bahwasannya siang hari ini Al Devin Maxidas akan menghantarkannya pulang. Oleh sebab itu, jangan ada satu orang pun yang menawarkan jasa kepadanya untuk diantarkan pulang."

Devin mengulangi hal itu sebanyak 4 kali. Ada yang merespon tertawa karna merasa sweet, ada juga yang merespon acuh karna merasa lebay. Tapi, itulah cara devin mengungkapkan bahwa dia tidak ingin ada yang menghantarkan nia pulang.

"Nia, lihat deh. Kak Devin segitunya pisan sama kamu aah. Aku teh mau."

Rara menggoda sahabat yang terpukau lebih lebih melihat cowok kasep itu mengelilingi lapangan tepat dihadapannya. Keringat yang menyucuri bagian dahi dan leher Devin, semakin mengenalkan bahwa dirinya memang Layak di sebut TheHandsomeBoy di sekolah itu. Sesekali nafas terpengkal nya memang bisa sekali menggoda mata para wanita, termasuk Nia.

Nia tersipu malu.
Saat langkah kaki itu semakin mendekat kearahnya, tak lupa juga desiran darah semakin mengalir dengan begitu kencang. Tubuh Nia terasa kaku namun tak sanggup menahan senyum manis yang di milikinya.

"Hayuk,nia." Tubuh itu sangat dekat sekarang.

"Kamu, kenapa, kok-" sesekali cara nia menutupi kekakuannya adalah dengan bertanya namun Devin-

"Jangan, Nia. Ngomongnya nanti aja."

"Kenapa?"

"Aku takut ada orang yang mengajak mu pulang bersama nya."

"Kenapa?"

"Hal itu membodohiku, nia."

"Kenapa?"

"Mau sekarang atau nanti?"

"Ha? Kalo sekarang?"

"Gak lengkap."

"Kalau nanti?"

"Sangat lengkap."

Nia diam. Lalu tertawa kecil melihat ekspresi Devin.

"Hahaha kamu kenapa sih?"

"Makanya hayuk!"

Akhirnya mereka menaiki mobil yang akan menghantarkan nia kerumah.

"Kenapa bisa bodoh?" Nia bertanya setelah lama memandangi Devin menyetir.

"Bah, disambung."

"Kan biar sangat lengkap."

"Hahaha."

"Ya bodoh aja kalau aku kalah saing sama dia."

"Dia siapa?"

"Supir kamu yang lain."

"Yang biasanya, apa aku punya supir?"

"Punyalah, kan aku."

"Kamu, mau?"

"Mau apa?

"Jadi supir, aku."

"Aku maunya jadi su kamu."

"Su kamu?" Sudah biasa Devin membuat Nia bingung.

"Suami."

"Hahaha."

Dunia berhenti. Berhenti dengan aktifitasnya. Lalu ikut tertawa dengan mereka. Begitulah Devin.

"Jangan tertawa,nia."

"Kenapa?" Tiba tiba tawanya terhenti karena Devin berkata dengan raut yang serius.

"Nanti ada yang lihat kamu."

"Kenapa?"

"Yang melihatmu tertawa pasti akan menyukai,mu."

"Hahaha benarkah?"

"Iya, aku juga menyukaimu karna tawamu."

"Kalau senyumku?"

"Jangan ditanya. Aku bisa nabrak trotoar ni kalau kau melakukannya."

"Hahaha."

Hal hal seperti ini yang diinginkan Nia. Hal dimana dia bisa tertawa lepas karna Devin. Hal dimana Nia bisa lupa dengan sebuah rasa pahit dan selalu bersyukur karena Allah menemukan dia dengan sosok seperti Devin. Bukan kepergian. Bukan juga ocehan dan lain sebagainya. Nia merasa saat saat ini adalah saat yang lebih indah dari sekedar mendapat juara di depan kelas. Karna Nia memang orang yang setiap semester selalu di panggil di depan kelas karna mendapat juara yang memuaskan.

"Vin, aku kok pengen sesuatu ya."

"Wah, tumben ada rasa kepengen."

"Ah, kamu."

"Pengen apa dedek?"

"Is kamu mah." Nia tampak manyun namun Devin suka.

"Manyun juga jangan,Nia."

"Kenapa? Nanti ada yang lihat terus suka, gitu?" Jawab Nia dengan cepat seolah tau jawaban devin

"Bah, ya enggak. GR banget kamu mah. Kalo manyun di tangkap polisi."

"Kok polisi?"

"Yaudah, di tangkap aku aja."

"Devin, ah."

"Ha ha ha. Kamu pengen apa?"

"Ice cream." Nia masih manyun.

"Kalo kamu pengen ice cream, aku bisa beliin, tapi kalo aku pengen kamu, gimana?"

"Beli aja aku ."

"Hahaha."


WHY LIKE THIS ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang