(3). Oh hilang lagi.

79 8 2
                                    

Namanya, AL DEVIN MAXIDAS. Sapaan kerab di keluarganya adalah epin. Anak tunggal dari sosok ibu berkarier di dunia politik. Badan gagah, hidung mancung serta lesung pipi di sebelah kanan yang dimilikinya, mampu memahat hati para wanita cantik di sekolah maupun di rumahnya. Duduk di bangku kelas 3 SMA  semester 2 dan akan melanjutkan kuliah keluar kota.

Sekilas tentang devin dan vishanea.
Keduanya hanya menyandang status teman dan berprinsip jika lebih dari teman namun belum memasuki jenjang keseriusan, maka hal tersebut terangkum sia sia. Saling mengenal sejak abad ke 28. Ralat, sejak nia kelas 1 sma. Mulai saat itu mereka sudah terduga pacaran karena dekatnya melebihi orang pacaran. Namun itu hoax. Kata devin, mamanya belum mengetahui nia. Tapi,papanya sudah. Saat nia bertanya

"Kenapa?"

"Kalau dikenalin, mama gak ngerespon. Katanya, lagi sibuk."

"Oh, gak apa apa. Kan sibuknya juga buat, kamu."

"Buat mama, uangnya baru buat aku."

Begitulah mama devin. Dihidupnya karier nomor satu. Tidak ada yang boleh mengusik karirnya. Termasuk suaminya sendiri. Papa devin. Tapi wajar saja, berkat karir itu, devin menduduki kelas ke 9 paling kaya di kota Bandung. Kalau papanya, hanya pekerja kantoran yang dinaungi oleh anggota mamanya. Sederhana, namun cukup.

"Vin, mama bilang. Dia balik besok jam 2 siang."

"Kenapa,pa?"

"Ada berkas penting yang tinggal di mobil. Katanya,kamu gak ingatkan dia."

"Terus,pa?"

"Yaudah, papa besok ada meeting sama kepala kantor bidang depan. Kamu aja ya,vin."

"Ngapain,pa?"

"Jemput,mama. Pulang sekolah,langsung jemput."

" langsung? Kayaknya gabisa pa."

"Kenapa?"

"Mau nganter nia pulang dulu."

"Kan tau, mama kamu gimana. Kalau katanya langsung ya langsung. Nia sudah besar, kan bisa naik angkot."

"Jangan,pa."

"Khawatiran."

"Kalau aku yang jemput mama naik angkot gimana?" kerutan hampir tertawa di wajah devin mulai ada.

"Ah kamu. Setelah itu, angkotnya dimasukin mama ke jurang."

"Gak mungkin. Kan ada mama di dalamnya."

"Ha ha ha. Pokoknya terserah gimana. Asal jangan buat mama kamu marah."

"Iya,pa."

                       ???

  Pagi hari ini, cuaca mendukung devin untuk melewati kebun teh di jalan rumah nia. Udaranya tampak dan terasa lebih segar dari biasanya.

  "Nunggunya,lama?"

Devin di depan pagar rumah nia sedang membukakan pintu mobil.

"Enggak,kok. Felly rewel tadi."

"Rewelnya?."

"Gak papa, lebih penting ke sekolah."

Sampainya di sekolah, devin meninggalkan nia di depan kelasnya. Jarak kelas XI dan XII lumayan jauh.

"Semalem kemana atuh,vin?"

Disambut suara perempuan manja dari arah daun pintu.

"Ngantar nyokap,bel."

"Tumben gak kirim surat, alfa dong."

"Gak apa apa. Demi mama."

"Kalau demi, aku?"

WHY LIKE THIS ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang