Tangisan semalam membuat mata sembab. Ku pinjat pelan kepalaku yang terasa pusing. Posisiku masih sama seperti semalam, aku ketiduran. Untung saja bukunya sudah selesai, tidak ada pukulan rotan di pagi hari.
Aku keluar membawa buku untuk di berikan pada Ibu. Terlihat Ibu sedang sibuk di dapur, kuberanikan untuk memanggilnya. "Ibu", panggilku, merasa dipanggil ia membalik badan menghadapku. "Sudah selesai?", tanyanya denga suara dingin. "Sudah", jawabku sambil mengulurkan tangan memberikan buku nya pada Ibu. Ia menerima buku tersebut, dan mengeceknya. Setelah itu ia mengangguk pelan, dan berkata, "Makanlah, siap siap untuk sekolah". Aku mengangguk nurut.
Sekolah menjadi hal yang kubenci, bagaimana tidak. Guru menyuruh kita menyelesaikan tugas yang banyak dalam seharian, membaca buku, sama seperti halnya dirumah.
Dua minggu lagi akan ada ujian. Ibu menambah jam belajarku. Setiap harinya Ibu selalu memperhatikanku saat sedang belajar, dengan tangannya memegang rotan. Aku risih dan takut, karena jika aku salah mengerjakan Ibu pasti memukulku dengan rotan. Ibu membelikan ku berbagai macam buku soal, dan Ibu takkan memberi ku makan jika satu buku soal belum selesai. Kejam sekali.
Saat hari ujian, tidak tau mengapa aku malas mengerjakan soal. Pusing, pikiran ku capek, tubuh sakit. Aku tidak tau bagaimana hasil ujian ku nanti. Mungkin Ibu akan menghukum ku lagi.
Pembagian rapot tiba, saat sarapan tadi Ibu mengatakan jika nilai ku turun semua fasilitas akan Ibu tarik, dan lagi Ibu pasti memukul ku tanpa ampun dengan rotannya.
Aku tekejut melihat kertas nilai, nilai ku turun, dan untuk pertama kalinya aku ranking tiga. Tamat hidupku. Guru bilang nilai ku masih bagus, tapi tidak dengan Ibu. Ibu pasti marah besar kepada ku.
Benar sekali, sesampainya dirumah Ibu memanggilku untuk bicara. Aku takut.
"Jalaskan pada Ibu, tetang nilaimu" ucapnya. "Maaf bu, aku minta maaf, aku mohon bu, maafkan aku", aku berlutut didepannya. "ANAK INI! KAMU SUDAH GILA KAMU, DENGAN NILAI SEGINI APA YANG KAMU BANGGAKAN!!", Ibu memukul ku dengan rotan berkali kali. "Ampun, bu.., maafin bu", tubuh ku lemah tak berdaya. Tangan luka, punggungku perih, aku sudah tidak tahan dengan ini.
Aku menangis kencang di dalam kamar, dengan luka ditubuh, hati ku pun luka, jiwa ku rapuh. Aku muak dengan semua ini. Aku ingin mengakhiri hidup ku, aku ingin selesai dengan semua hal ini. Aku ingin mati.
