Lima

123 6 1
                                    



"wahh... dia keren banget..! dia terlalu indah untuk dipandang "

"mau sampai kapan kita disini terus nanda ?"

"sebentar lagi " ucapnya dengan mata yang dibuat-buat seakan memelas kepadaku.

Sudah 1 jam aku berdiri disini dengan nanda yang terus saja mengagumi aktor yang sangat diidolakannya itu terpampang sangat besar di sebuah baliho di jalan yang dilewatinya. Sedangkan aku masih bingung dengan kejadian yang kulihat, seakan cahaya yang berada ditangan Zwein terasa sangat familiar dimataku.

"kakak lagi mikirin apa?" heran nanda yang melihat ku terus saja menatap kosong kedepan.

"lagi mikirin kapan itu baliho dicabut dari peradaban manusia" ucap ku datar.

"kakak!! Ihhh kenapa bisa jahat gini sih? Itu abang ganteng adik mu ini" ucapnya histeris sampai memukul ku.

"yaudah ayo, udah telat 10 menit ini karena baliho ini tau" ujar ku terus berlari untuk terhindar dari nanda yang terus memukuliku.

Sesampainya kami di tempat tujuan, kami langsung masuk dan pemandangan yang penuh dengan manusia terpampang dengan sangat jelas. Hari ini merupakan hari pembukaan toko buku yang baru saja diresmikan 5 menit yang lalu.

Toko buku yang ukurannya 5 kali lipat lebih besar dari pada rumahku ini berwarna putih dan memiliki sangat banyak tiang-tiang yang kokoh untuk menompang bangunan yang sebentar lagi akan menjadi tempat favoritnya segelintir orang. Gedung ini memiliki 4 lantai dan tiap lantainnya dihubungkan oleh tangga yang melingkar ke atas.

Tangga tersebut sangat mendukung bentuk dari gedung ini karena gedung ini sendiri berbentuk tabung. Jika dilihat dari atas, akan tampak seperti gelas, dan jangan lupa kaca yang berada di pintu masuk dan sepanjang dinding luar lantai dua hingga lantai empat. Bagiku gedung ini seperti akuarium raksasa yang di penuhi dengan ikan hias dalam bentuk buku. Kekagumanku terus berlanjut sampai nanda menarikku ke sebuah keramaian di tengah-tengah gedung.

"kak! Kak ! cepat kesini! Ayo" ucap nanda yang terus menarikku ketempat yang ia maksud. Sesampainnya disana nanda langsung menerobos kedalam kerumunan dengan menyeretku masuk bersamanya.

"sesak" ucapku pelan.

"lihat kak ! lihat! " histeris nanda yang masih saja menarikku kedalam kerumunan yang hampir membuatku kehilangan setengah nyawaku karena kekurangan asupan oksigen.

Nanda terus menarikku hingga kami sampai di kerumunan paling depan dan ketika kami keluar dari kerumunan, saat itu juga aku sedikit demi sedikit menyetok oksigen kedalam tubuhku. Saat ku sadar, nanda yang dari tadi teriak histeris tanpa sebab tiba-tiba terdiam seperti membeku ditempat. Ia terus melihat kearah depan tanpa memalingkan wajahnya kemanapun, setidaknya ia berpaling sejenak untuk melihat temannya ini yang hampir mati karena kekurangan oksigen tapi ia tidak melakukan itu.

Ku yang melihat nanda yang terus diam tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun membuatku heran dengan apa yang temanku lihat ini, saat aku melihat kearah yang sama dengan nanda mataku langsung membulat otomatis dan mulutku hampir sepenuhnya terbuka, tentu saja aku langsung menutupinya dengan kedua tanganku.

"Di-dia kan....."

--------------------------------------------------------------------------------------

Hai.... haiiii

Terima kasih sudah mampir \^o^/

maaf kalau masih pendek tulisannya karena ku masih newbie 0///0

mohon saran dan kritikannya ^^

by. Zuu

Magic tunnelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang