Bab 7

26 5 0
                                    

"Tunggu.." kata Fani sambil mencekal pergelangan tangannya Rendy.

Rendy yang merasa tangannya di cekal pun langsung berhenti seketika, diapun langsung berbalik badan menghadap Stefani, bukannya bertanya dia malah justru langsung melepaskan cekalan tangan Fani begitu saja, dan melanjutkan jalannya yang tertunda tadi.

Jangan bilang itu Stefani kalau dia cuma diam sampai disini saja, dia pun mengejar Rendy yang jalannya sudah lumayan jauh.

"Itu anak jalannya cepet banget sih, dia jalan apa melesat ya? Kaya di sinetron GGS itu, apa jangan-jangan.... Ah mikir apaan si lo Fan, aduh!" Grutu Fani sambil menepuk kepalanya sendiri dan dia (masih) sambil mengejar Rendy yang makin lama makin jauh jalannya.

"Eh ketua OSIS gadungan, berhenti nggak lo atau gue bakalan-... Aduh" rutuk Stefani sambil memijat jidatnya yang berbenturan sama sesuatu yang keras keras lembek? Atau apalah itu.

"Atau apa?" Kata Rendy yang entah kapan sudah berhenti didepan Stefani, dan yup! Tadi Stefani itu nabrak dada bidangnya Rendy, ingat itu baik-baik. Hm.

"Lo kalo mau berhenti bilang-bilang dong, jangan main berhenti aja, sakit kan nih jidat gue, kalo jidat gue berdarah gimana? Mau tanggung jawab lo?" Kata Stefani yang masih mengelus-elus jidat syantiknya itu sambil mendongak menatap Rendy, hm, fyi Fani itu Sedadanya Rendy, jadi wajar aja kalau dia ngomongnya sambil mendongak.

"Emangnya lo hamil anak gue, jadi gue harus tanggung jawab?" Jawab Rendy SLOW MAN.

"Lo-" belum sempat Stefani melanjutkan kata-katanya,

"Lo ngapain ngejar-ngejar gue?" Salip Rendy.

"Lo harusnya tuh bilang MAKASIHnya yang ikhlas ke gue, gue nggak terima gitu aja ya, enak aja, kalau bukan karna gue, lo itu nggak akan tau soal turnamen itu" protes Stefani Panjaaaanngg.

"Terus?" Tanya Rendy yang hm, singkat, padat, jelas.

"Bilang makasih yang ikhlas, titik" jawab Stefani sambil melipat kedua tangannya di dada

"Huh! Iya, makasih banyak ya udah dikasih tau" kata Rendy dengan nada manisnya, dan demi apapun Stefani rasanya ingin tertawa se kencang-kencangnya orang tertawa.

"Pffttt ppfftt, HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" dan yah, tertawa Fani pun lepas begitu saja apa lagi setelah melihat wajahnya Rendy yang merah padam entah menahan marah atauuuu malu?.

"Kenapa ketawa?" Tanya Rendy heran.

"Muka lo Haha, muka lo udah kaya banci perempatan mampang, merah banget Hahaha" jawab Fani masih sambil tertawa malah sekarang dia memegangi perutnya saking lucunya

"Gila" kata Rendy dan langsung pergi meninggalkan Stefani yang masih tertawa soal tadi.

"Eh KetosGadungan, mau kemana lo? Lo masih ada urusan ya sama gue" teriak Fani menggema diseluruh koridor sekolah.
Fani pun mengejar Rendy yang sudah mau kembali lagi keKelasnya lagi.

"Ets ets ets, mau kemana Sang KetosGadungan? Lo masih ada hutang sama gue" jagat Fani didepan badan Rendy sambil merentankan kedua tangannya.

"Minggir" kata Rendy sambil menepis tangan kiri Fani

"Ih kasar banget si" kata Fani sambil mengelus-elus tangan yang tadi di tepis oleh Rendy, dan 'bodo', hanya kata itu yang keluar dari mulut indahnya Rendy yang langsung meninggalkan Stefani di belakang (lagi)

"Eeehh tunggu dulu napa" kejar Stefani yang belum menyerah juga
"Apalagi?"tanya Rendy lelah SANGAT.
"Lo kan udah hutang budi nih ya sama gue, beliin gue makanan dong, ya ya yaaaaa" kata Fani sambil menedipkan kedua matanya
"Heh?"
"Yailah masa lo nggak mau sih, katanya orang kaya, masa jajanin gue yang jajannya kurang dari 200rb aja nggak bisa" ejek Fani.
"Oke, pulang sekolah gue tunggu lo di gerbang" kata Rendy final, setelah mengatakan itu dia langsung pergi kekelasnya, huh untung saja kelas dia sedang tidak ada guru, coba kalau ada, mau dinilai apa dia sebagai KETUA OSIS.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RefanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang