Gundukan tanah merah yang masih penuh dengan taburan bunga, ada di hadapanku.
Berdiri di depan makam suamiku yang pergi meninggalkan aku dengan dua anak yang masih kecil, buah cinta kami selama 8tahun pernikahan ini.
Kehidupan ini pahit, ya! saat ini hidupku terasa pahit. Hidup menjadi seorang janda di usia 30 tahun tanpa pekerjaan apapun, dengan dua anak yang masih kecil, sekaligus hutang bisnis almarhum suami yang tidak sedikit.
Aku menangis, entah apa yang aku tangisi saat ini??? Menangis karena hidupku yang kini terasa pahit atau karena kehilangan orang yang aku cintai???
"Mami, ayo kita pulang, hujan mulai turun." Ucap putraku yang pertama, menyadarkan aku dari lamunan.
Kemal, anakku yang pertama, laki-laki usia 7 tahun.
Samira, anakku yang kedua, perempuan, usia 4 tahun.
Aku menatap kedua anakku yang ada dalam gandengan ibu mertuaku. Aku hanya bisa menghapus air mataku dan mengangguk lalu melangkah bersama mereka meninggalkan tempat pemakaman umum itu.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sepanjang malam hujan masih terus mengguyur seluruh kota dengan derasnya, seluruh keluarga besar masih berkumpul di ruang tengah rumah mertuaku.
Aku dan suamiku juga anak-anak memang sejak awal tinggal bersama dengan mertuaku, karena itu memang permintaan mertuaku, mereka sangat menyayangi kami semua terlebih anak-anak sangatlah dekat dengan kakek dan neneknya.
Mereka semua berusaha menghiburku dan anak-anak juga mertuaku. Mertuaku juga sangat lah bersedih, putra tunggalnya kini telah tiada, karena penyakit komplikasi yang disebabkan gula darah yang tinggi.
Aku membawa kedua anakku untuk beristirahat di kamar. Kini aku harus sungguh menjaga kedua anakku dengan lebih serius lagi, jangan sampai mereka sakit, karena biaya pengobatan saat ini sangatlah mahal.
Aku kembali menangis, menatap kedua anakku yang tenang dalam lelap tidurnya.
"Bagaimana aku bisa menjalani hidup ini mulai sekarang? Aku sangat tidak menguasai bisnis yang dijalankan suamiku selama ini. Aku terlalu dicintai dan disayangi olehnya selama ini, sehingga aku hanya menjadi ibu rumah tangga di rumah. Bagaimana sekarang aku bisa menjalankan bisnis itu? Hutang bisnisnya sangat besar, besok aku terpaksa harus memberhentikan para pegawai suamiku."
Pikiranku melayang ke segalanya hingga tanpa sadar kakak sepupuku telah masuk ke dalam kamarku."Kartika, apa kamu sedang berpikir untuk hari-hari berikutnya?" Tanya Yani. Dialah sepupuku yang paling dekat denganku.
Aku menatapnya dan menganggukkan kepala.
"Aku tidak mungkin meneruskan bisnis kak Edward lagi, hutangnya begitu banyak, entah bagaimana aku bisa membayarnya. Aku harus mencari pekerjaan Yani, tapi dengan usiaku yang sudah kepala tiga ini, mungkinkah masih ada yang mau menerimaku?" Sahutku menghela napas panjang, airmata ku kembali mengalir di pipi.
"Apa kamu memiliki tabungan?" Tanya Yani, dan aku menggelengkan kepalaku.
"Rekening bank kak Edward masih ada saldo, tapi mungkin hanya cukup untuk kehidupan kami selama tiga bulan ke depan. Itupun jika aku masih diijinkan tinggal disini." Sahutku lagi.
"Mertuamu sudah menganggapmu sebagai putri mereka, tadi mereka mengatakan pada kami semua bahwa mereka berharap kalian masih bersedia tinggal disini bersama mereka. Bagaimana?" Ucap Yani.
"Aku bersyukur memiliki mertua seperti mereka. Orang tuaku sudah tiada, sedangkan kakak-kakak ku tidak dalam keuangan yang berlimpah. Yani, tolong bantu aku mencari pekerjaan." Sahut ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Widow (Pindah Ke Dreame)
RomanceKisah seorang janda yang bekerja dengan bos yang maniak seks, juga masalah yang selalu datang dari suami sahabatnya yang kelainan seks, juga ancaman dari semua wanita yang menjadi korban dari bos nya. Bagaimana hidup Kartika dan anak-anaknya???