Makanan yang tadi Maura pesan akhirnya sampai di atas mejanya. Lengkap dengan makanan tambahan yang tadi Raga pesan.
"Arin jangan lupa baca doa dulu" Maura mengingatkan putrinya.
"Papa, boleh minta sesuatu?" Ucap Arinda malu malu.
"Kamu mau minta apa Arin? Jangan aneh aneh" tegur Maura.
"Bilang aja sayang. Arin mau minta apa?" Tanya Raga.
"Tolong jangan memanjakan anak saya" Maura berusaha mengingatkan Raga. Takut putrinya itu meminta yang aneh aneh.
"Boleh gak kalo Papa yang pimpin doa?" Ucap Arinda masih dengan pipi meronanya.
"Boleh kok. Ayo kita berdoa"
Lagi lagi hati Maura mencelos mendengarnya. Sejujurnya ia tak tega membiarkan ayah dan anak itu terpisah. Tapi apa mau dikata. Rasa sakit terkhianatinya belum bisa hilang meskipun masih ada sedikit cinta yang masih tertinggal. Apalagi Maura masih sangat sungkan dengan kehadiran Raga yang tiba tiba ini.
Setelah mereka selesai berdoa, mereka mulai makan bersama. Ada aura hangat yang menyelimuti mereka meskipun tidak ada pembicaraan diantara Maura dan Raga.
"Ma, Arin gak mau ini" Arinda menyisihkan brokoli dari piringnya.
"Ma, Arin gak suka ini" ucap Arinda lagi sambil menyisihkan wortelnya.
"Arinda, kamu harus banyak makan sayur" Raga berusaha membujuk gadis kecil itu tanpa menyadari jika ia juga menyisihkan sayuran yang sama di piringnya.
Melihat itu, Maura sedikit terkekeh. Benar benar ayah dan anak. Maura membatin.
"Tapi Papa juga gak dimakan tuh sayurannya" Arinda menunjuk piring Raga.
Raga yang baru menyadarinya langsung menunduk malu. Hancur sudah image Papa Kece yang sedari tadi ia bangun. Diliriknya sedikit, Maura sedang menahan tawanya.
Wajah Raga yang memerah padam membuat tawa Maura meledak seketika.
"Yaampun Raga hahaha mukamu itu loh kaya waktu masih SMA hahaha" Maura tertawa dan berbicara tanpa sadar.
"Masih SMA?" Tanya Raga yang tertegun mendengar Maura menyebutnya tanpa embel Anda. Apalagi menyebutkan masih SMA.
Sebuah senyum terbit di bibir Raga. Menyadari jika mantan istrinya itu masih mengingatnya.
Maura yang baru sadar kelepasan berbicara itu pun langsung diam. Sungguh gawat berada bersama Raga terlalu lama. Dinding pertahanannya bisa saja hancur tiba tiba.
"Ehem" Maura berdehem pelan, berusaha untuk menetralkan tenggorokannya yang tiba tiba kering.
"Kamu mau minum, Ra?" Raga menyodorkan minumannya yang belum ia sentuh.
"Engga. Makasih. Lupain aja yang tadi saya bilang" tolak Maura.
Ada rasa kecewa yang muncul di hati Raga sebab Maura tak pernah menolaknya.
"Arin makannya jangan lama lama ya. Mama harus cepet balik ke kantor" jelas Maura yang mulai mengabaikan Raga lagi.
"Papa kerja dimana? Sama kaya Mama? Waktu itu Arin liat Papa di kantor Mama" Tanya Arinda tiba tiba. Gadis itu sangat penasaran sejak kemarin bertemu dengan Raga. Namun ia belum sempat menanyakannya.
"Engga sayang. Papa gak kerja di kantor Mama kamu. Papa kerja di Dream Soul Company. Kalo kamu udah besar, kamu pasti tau" jelas Raga sambil mengusap kepala Arinda.
Maura yang mendengar penuturan Raga itu mengernyit heran. Pasalnya saat rapat kemarin, Raga membawa nama Horizon Company. Bukan Dream Soul Company.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE ME ✓
Romance📢 SEBAGIAN CERITA SUDAH DI HAPUS📢 #1 PLAYBOY (19/05/2019) #1 SAD (24/05/2019) Apakah masa lalu bisa kita perbaiki? Meskipun masa lalu yang paling kelam sekalipun? Hanya sebuah kisah tentang si penghancur yang berusaha menempelkan kembali sisa sisa...