BAB 3 - Wagelaseh!
🍥🍥🍥
Sheila menatap nanar ke arah Bian. Lelaki itu tampak biasa saja, seolah tidak tau apa yang dirasakan Sheila saat ini. Paska pengakuan terlarang dari bibir jahat Bian tadi, Robert langsung disusul Bu Iyas.
Bian menarik tangan Sheila untuk mengikutinya. Ada yang harus mereka bicarakan berdua. Ini serius. Jadi lah sekarang Sheila dan Bian berdua di ujung koridor sekolah.
Sheila tersadar akan tindakan Bian, dirinya mundur perlahan, menjaha jarak pada pria itu. Seolah tersadar pula genggaman tangan Bian, Sheila langsung menarik kembali tangannya membuat genggaman pria itu terlepas.
Jujur, Sheila ingin menangis. Dia harus memasang muka seperti apa lagi setelah Bian mengatakan hal yang ...., ahsudahlah.
"Lo puas sekarang? Puas bikin gue malu?" tukas Sheila.
"Lo tuh! Ditolong bukannya bilang terimakasih malah marah-marah ke gue! Nggak tau diuntung!" Bian tentu aja tidak terima. Ah, dirinya berbohong. Padahal di dalam hati ada kepuasan tersendiri setelah mengklaim Sheila barusan.
"Buat apa gue terimakasih sama lo? Gue merasa tertolong? Enggak! Dengan lo bilang kalau gue cewek lo, itu sama aja lo munculin gosip baru di SMA Angkasa Pura. Gue benci dengan mulut netizen yang menganggap diri mereka dewa."
"Lo lebih rela diapa-apain sama Robert? Kalau gue nggak ada tadi, jelas lo jadi inceran Robert. Daripada Robert yang apa-apain lo, mending gue yang apa-apain lo," ujar Bian.
Sheila menginjak kaki Bian karena mulutnya yang kotor. Lain kali ingatkan Sheila untuk menyumpel mulut Bian akan bisa sedikit lebih terjaga. "GILAK LO!" maki Sheila.
"Abisnya ..., lo kelihatan nyesel gitu abis gue tolongin. Seharusnya lo bersyukur, gue yang biasa jailin lo, kali ini gue berniat baik buat nolong lo. Ini langka." Bian membanggakan diri.
"Lo mau buat hidup gue di sekolah ini susah? Salah kayaknya orang tua gue daftarin sekolah yang sama kayak lo. Seharusnga gue gak bertemu sama lo lagi. Dan setelah kejadian tadi, lo lihat kan anak kelas lo, pada ngeliatin gue segala. Gue nggak suka jadi pusat perhatian. Gue benci!" Sheila berdecak tidak suka.
"Lo santai aja, nggak usah dibawa pusing, dong. Ribet banget dah hidup lo," sahut Bian.
"Bodo! Mulai sekarang, jangan ganggu gue lagi. Jangan sok akrab sama gue. Jangan datang lagi ke kehidupan gue. Gue cuma mau jauh-jauh dari lo. Sejak gue kenal lo, dari dulu ..., hidup gue nggak pernah tenang!" tukas Sheila. Dirinya meninggalkan Bian dengan segala tanda tanya atas perkataannya barusannya.
Sheila tidak akan menoleh ke arah Bian. Semuanya sudab tercemar.
"Berhenti di situ!" perintah Bian pada gadis yang terus melangkah itu. Enggan menuruti permintaan pria itu. "Berhenti gue bilang!" ulangnya sekali lagi.
Terpaksa Sheila menghentikan langkahnya, tapi dia tidak akan menoleh ke arah Bian. Mau apa lagi pria itu?
"Soal lo cewek gue, soal lo milik gue, itu bukan main-main. Itu serius," katanya. Sukses membuat Sheila membulatkan matanya.
Oke, kali ini Sheila mengalah, tidak ada jalan lain. Dirinya menoleh ke belakang, ingin menentang apa yang dikatakan Bian barusan.
"Apa lo bilang?!!"
"Gue nggak suka bicara dua kali. Gue kira lu nggak budek. Lo pasti dengar apa yang barusan gue bilang. Sekarang, lo udah boleh ke kelas. Gue nggak akan cegah lo," ujar Bian. Pria itu pun berjalan ke arah Sheila yang masih diam berdiri. Sheila tidak sadar jika Bian sudah lebih mendahuluinya ke kelas. Sheila tidak menyangka bahwa Bian akan senekad itu.
***
"SUMPINAAAA? WAGELASEEEH!! JADI GOSIP ITU BENAR?!" teriak Tari saat di dalam kelas. Sheila menceritakan kejadian yang dialaminya barusan pada Tari.
"Gosip apaan?"
"Gosip kalau Bian nembak lo," jawabnya.
"Dia nggak nembak gue. Dia cuma bilang kalau gue ceweknya. Udah itu aja. Nggak lebih, dan gue berharap berkurang," tukas Sheila.
"Sama aja itu! Jadi selama ini Bian gangguan lo itu karena dia suka sama lo. Dan akhirnya sekarang dia bisa ngungkapin perasaannya sama lo," kata Tari. Hanya memunculkan praduganya saja.
"Mana ada! Dia itu emang udah jail dari sananya. Nggak ada tuh cerita dia suka atau naksir sama gue. Lo jangan bikin hipotesis baru, kasihan netizen kebanyakkan asupan. Hidup gue udah susah adanya dia, sekarang ditambah lagi gosip yang beredar." Sheila menarik napas. Andai saja dia tadi tidak bertemu dengan Bu Iyas dan diminta untuk memanggil Robert, dirinya tidak akan seperti ini.
"Lo kok kayak kenal Bian dari lama aja. Lagian aneh tau, yang gue bilang tadi pagi, Bian itu selalu aja jail sama lo, suka bikin lo kesel. Dan itu tiap saat, hampir tiap hari dari awal kita masuk SMA sampe satu semester berakhir. Bian selalu gitu," ujar Tari.
"Emang anaknya aja yang begitu. Gak jelas."
"Gue curiga kalau kalian itu udah saling kenal, ya? Iya, kan?" tebak Tari.
Sheila malas mengingat potong demi potong kenangan yang berusaha ia lupakan. Memang benar apa yang dikatakan Tari. Sheila dan Bian saling mengenal.
"Dulu gue tinggal di Jakarta. Di sana gue kenal sama Bian."
🍥🍥🍥TBC
Hehehhee... Update lagi part 3. Duuuh, lagi semangat banget nulis cerita ini. Masih kesemsem sama Bian sihh 😆😆
Hayoo.. Kira-kira dulu Bian sama Sheila ada apa yaa? Kok pernah tinggal bareng di Jakarta?
Adakah yang bisa nebak?
Btw, gimana tanggapan kalian tentang cerita ini. Baru 3 part ini, pada suka nggak?
Atauuu.. Ada yang kangen sama A Blocked Heart?Hehehhe..
-elaabdullaah-
KAMU SEDANG MEMBACA
🍥 Incredible Boyfriend 🍥 (Teenager Series)
Fiksi RemajaIncredible Boyfriend Bian Melvaga Malas pacaran, kecuali sama lo. Cinta gue ke lo tuh udah kayak kamera, kalau udah fokus ke satu orang, yang lainnya ngeblur. Sheila Faresta Tali sepatu mengajarkan kita, bahwa sesuatu yang diikat terlalu erat, ujung...