Prolog

3.9K 255 9
                                    


M x P

Liebe

-

-

Sorry For Typo(s)

-

-

Kakikku terus berlari. Berpacu dengan jatuhnya bulir-bulir hujan. Tidak perduli dengan seragam sekolah yang sudah basah. Jalanan begitu sepi, hanya ada deretan lampu yang menggantung di atas. Mobil berlalu lalang dengan cepatnya karena hujan semakin deras. Deru nafasku begitu terdengar jelas.Detak jantung begitu berdegup kencang saat semuanya hilang.

Apa yang terjadi barusan?. Kupenggang erat tas ransel berwarna kuning agar tidak terjatuh kembali. Hujan semakin deras, aku hanya ingin cepat-cepat berada di dalam bus, kembali ke rumah dengan memakan ramyeon hangat.

Tubuhku seperti berkeringat walaupun cuaca sekarang sedang hujan. Seakan-akan memori terulang kembali.

"semakin kau menjauh, semakin aku bisa menemukanmu". Aku menggelengkan kepala berharap suara tersebut pergi. Larianku semakin melambat. Oh tidak-tidak jangan lagi!. Batinku seakan berteriak di dalam. Aku tidak perduli, halte bus tinggal beberapa langkah lagi. Berharap kali ini aku bisa lolos kembali.

Seperti magnet. Tubuhku seakan tertarik ke arah samping dekat gang sempit yang sedikit minim cahaya. Begitu kuat, tubuhku menubruk dada bidang yang kini jelas di hadapanku. Mata merah itu. Dia lagi. Sorot matanya tajam. Entah bagaimana bisa badanku yang berlemak ini bisa di tarik begitu saja olehnya. Ku coba menghindar tetapi dia kembali dengan cepat.

Tanganya mencengkram perggelangan tanganku. Aku hanya diam menunduk, tidak ingin melihat matanya yang begitu nyalang. Ketakutan seakan mengalir deras seperti rintikkan hujan yang terdengar.

"Tatap aku" tubuhku seakan tersengat listrik ketika mendengar suaranya yang berat. Aku masih menunduk ketakutan. Tidak bisa bergerak. Mulutku tercekat seakan ada suatu gumpalan yang menahanku untuk berteriak kencang.

Eomma, tolong!. Aku bisa merasakan dia menyeringai. Bulir mata sudah tertumpuk di sudut mataku. Mengalir begitu saja dengan sengaja bercampur dengan aliran air hujan. Dia melepas cengkramanya. Udara seakan bebas masuk ke dalam paru-paruku. Kakikknya perlahan mundur. Menjauhi tubuhku yang sedikit gemetar karena auranya yang begitu dingin. Sedingin cuaca sekarang.

Aku bernafas lega. Karena dia akhirnya pergi.

Ternyata tidak seperti yang ku pikirkan.

Kedua tanganya mengungkung badanku "Kau tidak bisa pergi begitu saja".

Eomma.

Mulutnya yang tipis mengarah pada telingaku. Begitu dekat, sehingga indra penciumanku bisa merasakan aroma mint. Mulutnya mengenai daun telingaku, badanku bergidik mengeri, suaranya tenang namun begitu menakutkan "Kau sudah membangunkanku bocah" dia menyeringai. Matanya seakan menusuk mataku. Mencari-cari-

siapa sebenarnya dia.



-

-

-

Ini Cerita pertamaku. Mohon Bantuanya:)

Liebe (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang