"Waktu kalian 2 jam. Tidak lebih dan kurang" Lelaki dengan postur tegap yang diketahui penjaga dari ruangan berbicara pada lelaki manis yang kini siap memasuki ruangan.Tangan kekarnya menepuk pundak lelaki di sampingnya yang tengah membawa sebuah tas "Baekhyun, waktunya 2 jam. Jika lelaki di sebelahmu tidak menurut. Seret saja"
Baekhyun mengangguk "Ayo Jimin"
Jimin menurut. Dari apartemen sampai sekarang lelaki manis dengan kemeja bergaris putih hitam tersebut tidak mengetahui dia sedang di bawa kemana oleh kekasih Hyungnya. Baekhyun hanya menjawab jika mereka akan melakukan perjalanan yang dimana perjalanan tersebut satu dua dengan perjalanan yang sering Chanyeol katakan kepada Jimin ketika ingin berpergian.
Pintu ruangan terbuka, terlihat jelas lelaki dengan kemeja berwarna abu-abu tengah duduk seperti menunggu seseorang.
Baekhyun cukup menelan salivanya, tidak ingin raut wajahnya menunjukkan kesan terkejut karena- Lelaki tua bangka itu licik sekali.
"Hyung!!" Jimin berlari kecil meninggalkan Baekhyun dengan tatapan sendu, kedua tanganya langsung memeluk erat Chanyeol yang kini memeluk pinggang adiknya "Nchim rindu"
Chanyeol tersenyum "Nado Jimin-ah"
"Hiks.. kau kemana saja" Jimin melepas pelukan sambil terisak pelan. Menatap Chanyeol dengan tatapan keheranan "Kenapa kau kurus Hyung?"
Chanyeol segera menghapus air mata yang keluar dari satu-satunya harta karun baginya. Menarik kursi di sebelahnya, memeggang bahu Jimin agar duduk berhadapan dengannya.
Hingga lupa bahwa ada satu orang lagi di dalam ruangan yang memperhatikan mereka.
"Baekhyunie, kau tidak ingin memelukku huh?"
Baekhyun hanya mengangkat bahunya acuh lalu duduk di pojokan ruangan, mengatur waktu di jam tangan miliknya. Mengangguk pelan kepada Chanyeol yang kini tersenyum tipis.
Hatinya meleos saat tatapan pemilik kuping caplang tersebut kini melihat sang adik sedang menahan air matanya mati-matian.
"Keluarkan saja" Perintah Chanyeol, tanpa adanya basa basi ruangan tersebut terdengar seperti rintihan yang menyakitkan. Teriris perlahan dan mengeluarkan begitu banyak air mata bagi Jimin.
Begitu erat hingga tak ingin melepas satu sama lain. Seperti kekasih yang baru saja di pertemukan. Bedanya ini hanyalah seorang kakak beradik.
"Ssssttt sssttt" Chanyeol menangkup wajah Jimin. Warna merah mendominasi mukanya yang manis. Pipinya yang chubby, menggembung sedikit karena tekanan yang di berikan oleh tangan Chanyeol.
"Nanti Hyung belikan es krim saat semuanya selesai"
"Gelato?"
"Gelato" Chanyeol menyetujui.
"Coklat?"
"Coklat juga"
"Mochi, pizza, spaghetti, pasta, pickle crab, tteokbokki, chicken, jjambong, macaron, corn do-"
Chanyeol membekap mulut Jimin "Aishhhh mulutmu makin cerewet sekali"
"YAKK!"
"APA?!" Chanyeol melirik tajam kekasihnya di pojokkan ruangan, terlihat Baekhyun dengan laptop di atas pangkuanya.
"Ani- Lanjutkan" Baekhyun tersenyum canggung. Di atas pangkuanya kini ada laptop yang menampilkan gambar seperti USG saat dokter memeriksa kehamilan seseorang. Keningnya mengerut ketika objek tersebut terdiam di tempat. Tepat berada di dalam pintu ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liebe (Yoonmin)
FantasyBegitu nyata. Ternyata pikiranku salah. Dia hanya sementara. Terikat janji oleh sang Pencipta. Bagaimana jadinya? Apakah Dia akan pergi untuk selamanya atau kembali? MYG x PJM