1

19.3K 1.8K 66
                                    

Asap mengepul di hembuskan ke udara, Kent mengisap rokoknya sekali lagi lalu membuangnya ke jalanan, matanya mengawasi suasana sebuah club dari kejauhan, sesuatu yang di tunggunya akhirnya muncul, beberapa pria menyeret seorang gadis yang meronta bagai macan liar, sangat jelas gadis itu enggan untuk mengikuti perintah para pria itu yang terus menyeretnya tanpa pengampunan.

"Kalian banci!" Teriak gadis itu bergema hingga jadi tontonan sekitarnya.

Kent sedari tadi mengawasi dari dalam mobil terkekeh atas aksi berani si gadis itu, tanpa mengalihkan tatapannya ia terus mengawasi kemana para pria itu menyeret gadis itu.

"Lepaskan aku, demi Tuhan aku percaya pada keagunganNya, kalian akan mampus hari ini juga." Teriaknya malah jadi ejekan para pria itu.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di wajahnya, para pria itu sudah sangat jauh menyakitinya.

Kent yang masih sabar menunggu sampai matanya mengawasi sebuah mobil hitam berhenti di depan mereka, Kent bersiap mengenakan sarung tangannya dan mengambil pistolnya.

"Saatnya beraksi." Gumamnya menghela nafas.

Dengan santai Kent melangkah menatap transaksi yang mulai di lakukan.

Ia menodongkan pistolnya dan mulai membidik lawannya seksama.

Dor!

Dor!

Dor!

Suara tembakan memekakkan telinga sontak menjadi keriuhan, para pria berwajah sangar itu menatap ke arah Kent dan mulai maju untuk melawannya.

Kent mendelik ke arah samping, ia tidak sendirian karena beberapa anak buahnya ikut serta bersamanya.

Baku tembak begitu saja terjadi, Kent bergulir berlindung ke salah satu mobil saat salah seorang dari lawannya menembakinya.

Kent mengawasi waspada, ia menyipitkan matanya, memperhatikan seorang gadis yang merangkak ingin pergi.

"Nakal, " gumam Kent menyusul gadis itu dan pergi dari kekacaukan yang ia mulai.

Kent mempercepat langkahnya, dan meraih tangan gadis itu yang terkejut dengan kehadiran Kent.

"Diamlah, kalau kau ingin selamat." Kata Kent menarik tangan gadis itu dan membawanya lari.

Dari arah depan sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan berdecit tepat di hadapan Kent. Gadis yang barusan bersama Kent hampir syok mengira mobil itu akan menabrak dirinya.

"Masuk!" Perintah Kent membuka pintunya.

"Aku akan pergi sendiri."

"Kau keras kepala heh."

"Aku tidak butuh bantuanmu." Gadis itu berbalik ingin pergi membuat Kent mengeram marah memukul kepala gadis itu dengan pistol yang ia pegang hingga pingsan.

Sosok pria yang melongokkan kepalanya dari jendela kaca mobil yang terbuka menatap pada gadis itu yang terkapar tidak sadarkan diri di jalanan.

"Wah kau memukulnya."

"Diam Vince, ikat dia taruh di bagasi." Kata Kent membuka pintu mobil meminta Vince keluar dan ia akan menyetirnya.

"Kau selalu melibatkan aku dalam masalahmu." Gumam Vince kesal mengambil tali di bagasi mobilnya dan mengikat tubuh gadis itu lalu di bawanya masuk ke dalam mobil.

"Ku bilang bagasi." Kata Kent mendelik Vince tajam.

"Tidak Kent, dia adikmu, kau gila." Protes Vince duduk di samping gadis itu dan menutup pintunya.

"Kau memang sialan."

"Akan lebih sial kalau kita tidak cepat pergi dari sini." Kata Vince menatap pada kelompok yang berlarian ke arah mobil.

Kent menginjak pedal gasnya, menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Beberapa mobil mengejar mereka, tidak membuat Kent cemas, ia mengambil jalan pintas yang berkelok kelok sampai tidak ada satu pun yang terlihat membututi mobilnya.

Kent berdecak kesal saat menatap kaca spion ke belakang pada Vince yang asik memainkan ponselnya. Di saat mencekam seperti ini sahabatnya itu malah sibuk dengan dunia gamenya.

***

Kent memasuki kamarnya, ia melepaskan kemejanya dan menatap ke cermin, luka tembak bersarang di lengan kirinya, ia pun melangkah ke kamar mandi mencuci lengannya lalu kembali ke kamar mengambil kotak di dalam lemari. Kent duduk di tepi ranjang, ia membuka kotak, menyiramkan luka tembaknya dengan alkohol dan mulai mengeluarkan peluru dengan pisau kecil.

"Aakkkhhh!" Ringis Kent menahan sakit yang sangat luar biasa saat peluru itu mulai menyeruak keluar dan jatuh ke lantai.

Vince yang baru memasuki kamar menatap Kent yang sudah selesai memperban lengannya sendiri.

"Gadis itu belum sadar." Kata Vince duduk di sofa dengan santai.

"Biarkan, nanti saat dia sadar biar aku sendiri yang menemuinya."

"Apa kau yakin ingin menyekap adikmu sendiri, tujuanmu bukan dia." Kata Vince memperingati.

"Mayn masih di sana, dia seharusnya menderita bukan sora." Lanjut Vince.

"Mereka sama saja, ku rasa dengan menggunakan putrinya, Mayn akan menderita."

"Hati hati dengan dendammu Kent." Kata Vince berdiri merapikan jasnya.

"Kau mau kemana?"

"Aku bosan di sini,"

Kent menatap Vince yang sudah keluar dari kamarnya, Kent melangkah ke meja membuka lacinya dan mengambil foto Sora. Keningnya mengerut dalam, ingatannya di tarik ke belakang atas apa mereka lakukan pada ibunya.

Bertahun lamanya ia mencari sosok Mayn dan Sora setelah kebangkrutan dan kematian ayahnya. Luka dan kesakitan itu masih sama saat ia terusir dari rumahnya sendiri.

Kent meremukan foto itu ke dalam genggamannya dengan kilatan amarah yang memancar di manik matanya yang hitam pekat.

Tbc

Slow up, semoga suka ya.

Slow up, semoga suka ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vince

Mr. KentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang