5

9.2K 1.2K 35
                                    

Suara musik Dj memekakan pendengaran saat Vince memasuki sebuah club. Ia melempar pandangannya pada sosok pria bertubuh tambun sedang duduk di kursi khusus pengunjung vip. Vince melangkah, tanpa permisi ia menghempaskan bokongnya di sofa berserbangan dengan pria tambun itu yang terlihat sibuk menghitung uang. Sekejap merasa terusik pria tambun itu melirik pada Vince. Wajahnya yang awalnya datar berubah menjadi senyum mengembang, dengan cepat ia membereskan uangnya dan menyimpannya di dalam tas.

"Tuan Vince, suatu kehormatan anda datang ke club saya." Kata Marlon menyerahkan botol wine di atas meja untuk Vince menikmatinya.

Vince menghembuskan asap cerutunya ke udara, mendelik sinis pada Marlon.

"Ehmmm...boleh saya tahu ada keperluan apa tuan Vince kemari?" Tanya Marlon penasaran.

Kalau bukan karena Kent yang memintanya ke club ini tentu Vince enggan menginjakan kakinya di sini, memang sepak terjangnya yang ikut adil atas keributan berapa hari lalu tidak pernah terendus, sebab itu Kent mengumpankannya. Kalau bukan sahabat, ia enggan turun tangan langsung.

"Aku ingin wanita," Kata Vince membuat Marlon yang mendengar seketika berbinar.

"Tentu, anda bisa pilih mau wanita seperti apa, begitu banyak pelacur yang cantik di sini." Kata Marlon, kemudian ia memanggil anak buahnya untuk beberapa wanita menghadap kemari.

Vince menatap satu persatu pada wanita seksi yang sudah berdiri di hadapannya, keningnya mengerut, ia tidak mendapati wajah yang mirip berapa saat lalu Kent menunjukan foto padanya.

"Bagaimana tuan, apa anda tertarik?" Kata Marlon tersenyum nakal.

"Mayn, aku butuh dia."

Mimik wajah Marlon pias, ia berdecak dengan tertunduk menyesal.

"Sayang sekali tuan, Mayn bukan pelacur di sini lagi."

"Maksudmu?"

"Mayn sudah di beli orang lain, tuan."

"Siapa?"

"Maaf kalau hal privasi saya tidak bisa mengatakannya."

"Berapapun kau minta akan ku berikan." Kata Vince mengimingi si tua bangka itu.

Sejenak Marlon berpikir tapi ia tetap menolak, karena kalau Raiden tahu ia memberitahu Mayn di tangan pria itu maka habislah dia.

"Ku harap fikirkan tuan Marlon, karena uang yang ku berikan tidaklah sedikit." Bisik Vince yang berdiri menepuk pipi Marlon lantas ia berlalu keluar dari club itu.

***

Suara teriakan terdengar sampai ke ruangan Kent, ia mendelikan matanya menatap ke arah pintu kamar Sora. Kent melangkah membuka kamar Sora dan memperhatikan apa yang di lakukan Sora hingga membuat keributan selarut ini.

Kening Kent mengerut saat Sora meninju pada guling yang ia gantung dengan seutas tali. Begitu semangatnya Sora meninju guling itu dengan tenaga extra yang di keluarkan. Kent menyeringai, ia membuka pintu lebar memberi tepuk tangan pada aksi gila Sora.

Sora memicingkan padangannya pada Kent, yang berdiri gagah di hadapannya.

"Aku salut pada gadis bar bar sepertimu, ternyata tidak hanya liar kau padai memainkan tinjumu."

Sora mengepalkan tangannya, ia sudah cukup bersabar saat tadi siang Kent selalu saja mengejeknya.

Tanpa di duga Kent, Sora mulai menyerang melayangkan tinjunya, refleks Kent menghindar hampir saja kepalan tangan Sora mengenai wajahnya.

"Kau mau membunuhku?" Kata Kent pupil matanya terbuka lebar di mana Sora tidak menyerah melayangkan tinjunya lagi dengan bela diri yang ia kuasai.

"Gadis bar bar." Tawa Kent dengan gesitnya menghindari pukulan Sora.

"Akkkhhh!" Sora berteriak kesakitan, saat satu tangannya di pelintir ke belakang.

"Minta ampunlah sebelum terlambat Sora." Bisik Kent di telinga Sora.

"Tidak akan bodoh." Sengit Sora ingin menyiku perut Kent tapi terlebih dahulu di tahan Kent.

"Kau suka sekali main kekerasan, bagaimana kalau kita bermain hal yang lebih menyenangkan."

Deg

Sora menangkap hal buruk dari ucapan Kent, ia berontak sekuat tenaga tapi tenaga dan tubuh Kent jauh lebih kuat dari dirinya.

Kent menyeret Sora ke tempat tidur menghempaskannya kasar. Hingga Sora berinsut.

"Jangan pernah menyentuhku bajingan."

"Kau tidak salah menyebutku bajingan, lalu sebuatan apa yang pantas untuk kalian, ibu dan anak perusak." Desis Kent mulai tersulut emosi. Ingatannya berputar berapa tahun silam kehadiran si jalang Mayn telah menghacurkan hati ibunya dan dirinya. Kalau benar ia bajingan tentu ia akan menghabisi Mayn dan gadis sialan ini tapi Kent tidak melakukan hal keji itu karena amanat dari ibunya untuk ia berdamai dengan masa lalunya, meski teramat sulit.

Sora bungkam, tidak tahu berucap apa, ia ingin menbela diri tapi melihat aura menyeramkan dari Kent seketika nyalinya menciut.

Kent menyambar leher Sora dan mencekiknya membuat sora mengap- mengap kerena pernafasannya mulai terhenti.

"Kau tidak akan pernah tahu seberapa sakit saat ibu dan dirimu memasuki keluargaku, kau tidak akan pernah merasakan saat aku terusir dari rumahku sendiri, dan kalian berdua merasa puas saat ibuku mati dengan begitu menyedihkan." Desis Kent mengeraskan rahangnya, di saat kematian ibunya pun ayahnya malah menghabiskan waktu dengan Mayn.

Kenangan buruk itu kembali mengusik jiwanya, ia menatap tajam pada Sora yang mulai lemas kehabisan oksigen.

"Kau di sini, ayolah teman berhentilah bermain, sekarang kita perlu bicara." Kata Vince muncul di ambang pintu dengan Kent yang menoleh kesal.

Vince berlalu, seketika Kent melepaskan cekikannya menghempaskan Sora.

"Di antara kita belum selesai." Kata Kent turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar Sora dengan membanting pintunya kasar.


Tbc

Mr. KentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang