3

11.1K 1.3K 52
                                    

Plak

Tamparan membahana mengisi ruangan pada seorang wanita yang berpakaian minim tersungkur ke lantai, ia meringis menyentuh pipinya yang perih akibat tamparan yang sangat kuat itu berhasil merobek sudut bibirnya, tatapannya hanya tertunduk ke bawah enggan menatap pada pria tambun berdiri dengan tatapan paling sinis di depannya.

Pria itu adalah Marlon mucikari pemilik rumah prostitusi terbesar di Filipina, kini pria itu telah murka padanya karena putrinya telah melarikan diri.

"Aku tahu ini pasti rencanamu, kau sengaja meminta orang lain membantumu untuk membawa Sora dari sini." Desis Marlon berjongkok merenggut rambut Mayn.

Nafas Mayn memburu, ia meringis menahan sakit di kulit kepalanya saat rambutnya semaki di jambak. Dan itu sangat menyakitkan.

"Bagaimana bisa kau menuduhku, sedangkan aku tidak mempunyai apapun untuk menjamin agar orang lain membantu putriku, harusnya aku yang marah padamu, kau telah mengingkari janji untuk tidak menjual sora pada pria hidung belang." Sengit Mayn menatap tajam pada Marlon yang tertawa meremehkan.

"Kau terlalu tolol Mayn." Marlon mendorong kepala Mayn.

"Aku bukan manusia baik hati yang selalu menempati janji, haha..." Tawa Marlon lepas, ia menendang tubuh Mayn hingga kembali terjerembab ke lantai.

"Ingat satu hal Mayn, kau tidak akan ku lepaskan, sampai kebenaran ku dapatkan kau ikut serta dalam kaburnya Sora, maka kau akan mampus." Kata Marlon meludah ke lantai dan keluar dari ruangan itu yang di sertai beberapa anak buahnya yang sedari tadi hanya berdiri menatap mengejek pada Mayn.

Mayn mengepalkan tangannya, tertatih ia bangkit melangkah menuju sofa dan duduk di sana, Mayn bersandar lelah menatap langit-langit ruangan itu. Ia mungkin telah hancur tapi jangan putrinya Sora, demi apapun ia telah korbankan untuk Sora yang bertahan di sini tanpa tersentuh pria brengsek.

Mayn telah mengadaikan harga dirinya pada Marlon, setiap saat bila pria jelek bertubuh tambun itu mengingnkannya maka Mayn harus rela tubuhnya tersentuh.

Setetes air matanya mengalir, Mayn terlalu mencemaskan putrinya entah apakah ia harus berterima kasih pada seseorang di luar sana yang telah membawa Sora kabur tapi ia takut satu hal kejadian tidak di inginkan malah menimpa Sora.

Berapa tahun ia dan putrinya sudah menghuni tempat terkutuk ini, sampai pada akhirnya seorang mafia berkebangsaan jepang bernama Raiden ingin memiliki Sora, tentu hal itu sangat di tentang keras Mayn. Tapi permintaan dan permohonannya tidak pernah di anggap Marlon lagi, iming-iming uang yang lebih banyak lebih mengiurkan lelaki tua bangka itu.

Andai waktu bisa di putar tentu nasibnya terutama putrinya tidak akan semalang ini, Cinta yang salah melah menjerumuskannya ke dalam kenistaan. Bukan ia menyalahkan Mark mendiang suaminya yang telah tiada. Mayn malah menyalahkan dirinya sendiri, hatinya...

***

Suara senyap hanya detak jarum jam mengisi keheningan di antara Kent dan Sora yang duduk saling berhadapan terpisahkan meja makan, yang di atasnya tersaji banyak makanan. Tapi tidak sedikit pun membuat Sora berminat, ia malah mengutuk kegilaan Kent yang menyeretnya paksa ke meja makan, padahal ia sudah tertidur di sofa di dalam kamar yang di tempatinya.

Hey, pria ini gila, ini sudah hampir pukul 3 dinihari, memang percuma Sora protes pada pria yang tidak waras, yang otaknya setengah dari binatang sekalipun.

"Aku sangat ngantuk Kent." Keluh Sora menguap, ia menatap sayu pada Kent yang sedari tadi bergeming.

Kent melemparkan map di hadapan Sora, hingga gadis itu mengambilnya dan membukanya, keningnya mengerut memeperhatikan foto seorang bocah perempuan di perkirakan usia 9 tahun, tapi Sora tidak mengenal bocah itu sama sekali.

"Siapa dia?" Tanya Sora pada Kent.

"Tidak perlu kau tahu siapa dia, tujuan utamaku hanya pada Raiden, bocah itu bersamanya aku ingin kau menjebak Raiden untuk memberikan bocah itu."

"Kau gila!" Sora menghela nafas beratnya, ia mulai berucap lagi.

"Aku tidak mengenal Raiden, ok..aku akui aku pernah mendengar namanya yang di katakan tuan Marlon telah membeliku tapi aku tidak pernah bertatap muka dengannya."

"Raiden menyukaimu, tidak mungkin semudah itu ia mengeluarkan uang banyak hanya demi wanita tidak cantik sepertimu, sekalipun dia tidak menyukaimu pasti ada hal tertentu yang ia rencanakan."

Sora menghempaskan kasar map itu, ia menggeser kursi menatap sengit pada Kent.

"Aku bukan budakmu jadi jangan memerintahku sesuka hatimu apa lagi menyeretku dalam masalah ini." Kata Sora berbalik.

Brak! Prang!

Sora tersentak kaget saat Kent membalik meja hingga piring makanan di atas tumpah pecah berserakan di lantai.

Kent mendekati Sora, hanya menatapnya.

"Ingat Sora perjanjian awal kita, kau bebas tapi kau harus memenuhi syarat ini."

"Kenapa kau melakukan ini semua padaku, kau menjebakku."

"Aku tidak peduli, fikirkanlah ku beri tempo sampai besok, kalau jawabanmu tetap tidak, sangat terpaksa tubuhmu ini akan ku jual ke perbatasan." Kata Kent melirik jijik pada tubuh Sora.

Kent berlalu dari Sora begitu saja, kedua tangan Sora mengepal kuat, ia mengayunkan tinjunya ke udara. Sora masih menjaga sikap ini bukan wilayahnya tapi kalau Kent masih tetap mencemoohnya seperti ucapannya barusan, Sora tidak segan melayangkan tinjunya dan mematahkan hidung mancung Kent. Walau Sora serorang wanita ia mahir bela diri dan berlatih tinju salah satu dari hobbynya.

Tbc

Mr. KentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang