4.-BENCI-

7 1 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 3 pagi namun tak ada tanda tanda agatha untuk berhenti menyesap benda beracun itu.

Sejak sejam yang lalu agatha terjaga dari tidur nya ia duduk di ayunan dekat balkon kamarnya menikmati angin malam.

Ia merasa tak guna hidup di dunia ini ia merasa tak di inginkan di dunia, jika kehadirannya hanya untuk membuat ulah untuk apa ia di lahirkan?

"Arrrgghhhhhhhh" agatha merenggut rambut nya kencang seolah ingin membuang isi kepalanya saat itu.

"I hate everything!!!" Teriak nya

"I hate my life!!!!" Teriak nya lagi entah pada siapa.

Ia mebenturkan kepala nya pada kerangka besi ayunan berniat menghilangkan rasa sakit di kepalanya.

Ia ingin hidup normal seperti layak nya remaja lainnya namun setiap ingin mencoba mengapa semua tidak mendukung?

Ia ingin merasakan kasih sayang utuh dari kedua orang tua seperti mereka yang merasakannya.

Mengapa orang tua nya seolah membuang nya mengapa mereka melepas tanggung jawabnya?

MENGAPA?! Mengapa isi dunia ini menatap nya seolah ia adalah sampah?

Agatha lekas masuk ke dalam kamar dan mencari cari sesuatu ia membuka laci kecil nakas nya dan menghamburkan semua isinya namun nihil sesuatu yang ia cari tak ia temukan.

Ia mencari cari di laci dapur dan menemukannya, agatha membuka tutup nya dan mengambil beberapa pil obat itu dan meminum nya.

Bagi agatha ia akan tenang jika sudah meminum obat penenang itu tak lama ia terlelap dalam mimpi nya.

*****

Pukul 07.15 pagi.

Agtha terbangun dari tidur nya dan merasakan pusing ringan. Ia melirik jam dinding dan menuju kamar mandi.

Ia sudah sangat telat namun agatha tetap ingin sekolah entah mengapa ia juga tak tahu.

Kali ini ia aman karena tidak bertemu bu rina ia melenggang masuk ke dalam kelas dengan santai namun saat ingin menenggelamkan wajahnya di lekukan kedua tangannya entah dari mana makhluk sialan itu muncul.

"Eh udah datang? Siang amat mbak! Kenalan dong elah masa kita temanan tapi gak kenal namanya?!" Cerca luna

Agatha memutar bola matanya malas meladeni bacotan makhluk satu ini.

Agtha bangun berniat keluar kelas namun jalannya di halangi oleh luna

"Lo bisa minggir gak?!"

"Enggak! Kenalan dulu makanya!"

"Gak penting banget sih lo!" Marah agtha

"Penting lah! Kan biar enak ngomong nya!"

"Bacot anjing!"

"Hah? Apa? Lo mau temenan sama gue?"

"Sarap!"

"Ahhhhh, makasihhhh" ucap luna sembari memeluk tubuh agatha

Teman teman kelas agatha langsung melirik jijik dan menahan tawa agar tidak pecah karena takut kena semprot oleh agatha.

"Apaan si bego anjing! Minggir lo najisin banget!" Ucap nya seraya mendorong tubuh luna

"Oke karena lo udah mau temenan sama gue sekarang gue kasih jalan ohiya entar istirahat bareng oke oke?"

Agatha tak membalas pertanyaan orang sinting itu.

Ia keluar menuju rooftop tempat paling tepat untuk merasakan kesendiriannya.

Ia melamun mengingat kembali kenangan nya dulu, kenangan di mana semua masih utuh

Tak sadar satu tetes, dua tetes, dan tetes air mata berikut nya turun membelah pipi mulus agatha.

"Ta, you okey?"

Agatha kenal suara itu, suara yang sangat familiar

Rifky duduk di samping agatha namun rifky diam ia menunggu agatha membuka mulut nya

"Ngapain?" Satu kata yang terucap dari mulut nya

"Nemenin lo nangis"

Agatha terdiam lagi tangisan nya mereda ia mengeluarkan benda beracun itu

"Gak baik, ta. Merokok mulu" ucap rifky

"Apa salah nya dengan rokok kalau itu bisa membuat gue merasa lebih baik?"

"Paru paru lo kasihan dia masih ingin utuh dan menghidupkan si empu nya"

"Ga ada lagi yang utuh di hidup gue"

"Tapi perasaan gue seutuh nya buat lo ta"

Agatha diam tak lagi menjawab ia sudah malas jika membicarakan soal hati.

Agatha mulai menyesap rokok itu

"Kenapa lo gak ngerokok?"

"Karena gue mau melindungi lo"

"Gak ada urusannya sama gue"

"Ada, ta. Kalau gue ngerokok terus gue sakit siapa yang jagain lo? Siapa yang bakal rawat lo kalau lagi sakit? Siapa yang bakal suapin lo siapa yang bakal sedian lo obat?"

"Diri gue sendiri"

"Gak melulu lo bisa sendiri ta"

Lagi lagi agatha di buat bungkam oleh rifky

Agatha beranjak pergi meninggalkan rifky

"Mau kemana?"

"Lubang semut!"

*****

Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi namun guru bedebah itu belum keluar juga anak anak sudah menyumpa serapa di dalam hati

Lah asu! Bukannya nyuruh balik malah diem di tempat kecepirit kali tu yak. Batin agatha.

"Pak kita kaga di suruh pulang ini? Emak saya udah nge line suruh balik katanya kaga bisa nyalain tipi!" Ucap anak lelaki di pojokan

"Lawakan kamu kek pinggiran martabak. garing!" Ucap guru itu

Sontak semuanya tertawa.

"Sialan" gerutunya

"Makanya gausah sok ngelawak lo kutil!" Teriak dita si bendahara kelas

"Situ komen aje mbak!"

"Udah udah semakin kalian berisik makin lama saya menyuruh kalian pulang!"

Semua sontak terdiam

"Kalian tahu kenapa saya gak nyuruh kalian pulang?''

"Kaga pak kan bapak kagak ngasih tahu!"

"Ini saya mau kasih tahu!"

"Pak bisa gak gausah berbelit gitu!" Gertak agatha

"Heii!"

"TAYOOO!!!!" Ucap serempak semua murid

Si anjing lama banget mending gue cabut. Batin agatha.

Agatha berlenggang pergi bodoamat dengan si gendut itu.

Sontak semua nya mengikuti dari belakang

"Hei kalian mau kemana?!"

"Balik lah pak, bapak mau nginep? Monggo pak silahkan" ucap agung

"Dia pengen ngedugem bege sama mba kunti hahhaaa" ucap iyan

Setelah nya mereka ngacir. Emang sialan si agung sama iyan mah belum aja dia di gigit sama turunan ke 10 albert einstein

*kesadarannya untuk vomment. Makasih

BENCI.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang