Apa yang harus aku lakukan, bila tiba-tiba saja merindu seperti ini?. Kemana harus berteriak? Haruskah ku paparkan pada orang yang membuatku rindu?. Namun, akan kah ia menerimanya? Atau bahkan terganggu dan menjauhiku, lantas menganggapku aneh dan pergi.
Kekhawatiran ku mungkin saja berlebihan, namun bukan berarti tak beralasan. Tuhan kenapa aku harus disadarkan akan perasaan suka ini?. Seandainya aku tak menyadarinya, mungkin saja semuanya akan tetap baik-baik saja. Atau mungkin masih saja bersama dengan orang lain dan berpikiran lain. Tidak kenal rindu, aku masih akan tetap berpikir bahwa rindu adalah sesuatu yang tabu, yang sulit sekali tumbuh, perasaan yang hampir tiap hari ku pertanyakan eksistensinya dalam asmara.
Namun kini, aku bisa apa?. Kenapa harus padanya, pada orang yang bahkan tak mampu ku tatap lama pada bola matanya. Padanya yang sulit untuk didekatinya, padanya pemilik punggung kesepian. Kini dimataku ia nampak berkilauan _maksudku semakin berkilauan_, ia nampak sangat menawan, ia sudah jarang sekali menampakan kepedihan. Saat ini ia kian dikelilingi semua orang, dilibatkan dalam setiap percakapan, dipanggil dalam setiap undangan.
Apakah aku kian serakah?, ia dulu selalu terlihat sendu didalam dunianya walau dikelilingi banyak manusia. Ia yang akan bertanya dengan gamlangnya "apakah kau sayang padaku?". Tentusaja ku jawab "ya" dengan malu. Namun kututupi dengan sempurna, ku tambahkan aku juga menyayangi yang lainnya.
Pase paling tidak menyenangkan adalah saat harus mengucapkan "ciee.. selamat ya" pada pasangan baru jadi. Kau tidak tahu betapa aku sangat menunggu kabar kau putus. Bukannya aku merasa senang atas hubunganmu yang putus, tentu saja aku sedih apalagi bila kau yang jadi terluka. Namun aku hanya merasa tenang, tidak perlu memasang kata "ciee" palsu, atau beramah tamah dengan orang-orang yang baik itu dengan perasaan berat karena ditunggangi cemburu.
Ya cemburu, kata itu baru bisa ku akui belakangan ini. Karena untuk apa merasa cemburu pada orang yang ku anggap tidak lebih dari teman, sahabat, tetangga dan keluarga. Memalukan memang, karena perasaan yang sesak itu selalu ku anggap angin tak penting.
Sekenario macam apa ini Tuhan?. Ia terlalu berharga untuk dibumbui perasaan seperti ini. Aku takut, takut setengah mati. Takut merusak segalanya, takut terluka ke titik paling sulit untuk bangkit. Aku takut Tuhan. Aku takut perasaan ini hanya miliku sendiri dan malah membakar jalinan yang selama ini terikat erat. Tolong lindungi aku, diriku dan perasaanku.
YOU ARE READING
Kau
RomancePerempuan yang jatuh hati pada seorang yang selalu terlihat di depan mata. Namun ia terasa jauh bagaikan berada di lintas benua. Ia belajar menulis dan kian mengumpulkan catatan-catatan tentang perang batin yang tak kuasa ia ungkapkan. Ia laksana ma...