Erlan Tunangan?

7 0 0
                                    

"Orang bilang, cinta itu tak harus memiliki. Tapi, apa dia bisa jamin kalo cinta yang tak saling memiliki itu ga bakal dilupain?"

--Kaylan Syaile--

"Ya Allah, capek banget."

Kaylan membiarkan tubuhnya jatuh ke atas kasur. Ia melirik jam tangannya.

"Jam delapan malem, ngapain aja sih gue seharian? Mana gue harus ke tunangannya Erlan lagi."

Ia bangun dari posisi tengkurap.

"Apa gue gausah datang aja ya? Cuman buat gue sakit hati nantinya."

Kaylan tampak menimang, dilihatnya ke arah jendela dengan kain penutup jendela yang terbang tertiup angin.

"Gue pikir, Erlan gak akan ninggalin gue." Kaylan tersenyum.

Telepon genggamnya berdering, Kaylan mendekat ke sumber suara.

"Assalamu'alaikum kak. Ada apa? Bentar lagi Kaylan datang."

"Wa'alaikumussalam. Kaylan, Erlan belum pulang."

Kaylan baru ingat, Erlan pergi bersama Pricilla.

"Dasar Erlan bego. Kemana-mana nyusahin aja tuh anak."

"Kakak bisa denger apa yang kamu bilang."

"Maaf kak. Yaudah, Kaylan kesana sekarang juga."

Kaylan bersiap dan mengendarai motor menuju rumah Erlan. Tampak tamu undangan sudah memenuhi bagian luar dan dalam rumah Erlan.

"Kaylan." Teriak Erna, Ibu Erlan.

"Kaylan, biasanya Erlan sama kamu kan? Kamu pasti tau Erlan kemana," ucap Divo.

"Maaf kak. Hari ini, Erlan sama Pricilla,  temen aku."

Di waktu yang mengkhawatirkan bagi Kaylan, Divo dan Erna. Seorang tamu undangan mengatakan bahwa Erlan sudah kembali. Namun, dengan tampang amburadul.

"Erlan. Kamu gak apa-apa kan, nak?" Tanya Erna.

Erlan terdiam, ia hanya menatap wajah orang-orang yang menyayanginya.

"Er, lo tampak kacau," ucap Kaylan mengusap bahu Erlan dan saat itu juga Erlan memeluk Kaylan.

Divo menangkap hal yang tak biasa pada Erlan, iapun memaksa Erlan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Ma, Bang, Kaylan. Ini tunangan aku."

Erlan menarik lengan seorang wanita dari kerumunan tamu undangan. Kaylan menyipitkan matanya memperjelas pandangannya, begitu juga dengan Divo dan mamanya.

"Pricilla?"

Divo tiba-tiba meninju ulu hati Erlan. Akibatnya, Erna jatuh pingsan dan Kaylan masih bingung dengan apa yang terjadi saat ini.

"Cukup! Tolong, kalian jelasin apa yang terjadi? Erlan, tolong pikirin sekali lagi. Apa bener cewek yang lu bilang ke gue itu Pricilla?"

Dirinya tak habis pikir. Dimana wajah Erlan yang selalu tersenyum? Dimana kejujuran yang selalu Erlan ajarkan padanya?

"Erlan. Maksud aku, calon suamiku. Tolong bilang sama Kaylan kalau kita ini akan ber-tu-na-ngan."

Kaylan mencebik kesal.

"Heh! Lo apain adek gue? Erlan, awalnya gak gini kan? Kamu udah ngerencanain ini semua. Seharusnya, yang menjadi tunangan kamu itu Kaylan, bukan cewe yang gak tau sopan santun ini," teriak Divo menatap tajam Pricilla.

Mata Kaylan berkaca-kaca. Ia tak tau, harus bahagia atau sedih mendengar kebenaran dari mulut Divo.

"Enggak kak. Ini hidup gue, dan gue yang nentuin jalannya. Gue milih Pricilla karena gue tau Pricilla yang terbaik buat gue."

"Kaylan, gue punya satu permintaan," ucap Erlan menggenggam erat tangan Kaylan.

"Kalo gue sanggup, gue turutin," balas Kaylan masih tak mampu menahan bulir air mata.

"Tolong, lupain gue. Lupain seseorang yang bernama Erlan Kavindra. Anggap aja, kita belum pernah ketemu sebelumnya," ujar Erlan memejamkan matanya, tak berani menatap mata sendu Kaylan.

"Kenapa, Er? Kenapa gue denger kata-kata itu lagi? Dan sekarang, gue denger dari mulut Erlan Kavindra. Cowok yang udah buat gue jatuh hati."

"Sorry? Lu bilang apa barusan?" Tanya Erlan menuntut maksud dari ucapannya.

"Gue cinta sama suara lo," ujar Kaylan menunduk malu.

"Cuma suara? Ada yang lain?"

Entah kenapa, Erlan sangat ingin tahu dan bersemangat kali ini.

"Gue cinta candaan lo."

"Terus?"

"Kayl, tinggal bilang doang susah amat sih," ucap Divo tak sabaran sambil mengipas Erna dengan kardus kemasan air mineral.

"Gue cinta sama lo."

Suara riuh terdengar di seantero rumah Erlan. Teriakan demi teriakan menggoda terus ditujukan kepada Erlan yang sedang tersipu malu.

"Tapi, itu dulu Erlan. Sebelum kamu bawa bilang kalau Pricilla itu tunangan kamu."

Erlan mendongakkan kepalanya. Dilihatnya Kaylan menatapnya dengan tajam. Ia pikir, gadis yang berdiri dihadapannya ini sudah terlanjur sakit hati dengan sikapnya.

"Gue pergi Er. Pak Divo, saya izin pamit," ucap Kaylan lalu menekuk lutut mencium tangan Erna dan mengatakan, "Makasih buat pepes ikan yang selalu bunda masak untuk Kaylan."

Baru beberapa langkah Kaylan pergi, ia berbalik dan berjalan ke arah Erlan lalu menyodorkan tangan kanannya.

"Gue Kaylan Syaile. Lo nyuruh gue nganggap kalo kita gak pernah ketemu kan? Gue bisa aja lupain lo, tapi gue ga sanggup buat pura-pura gak kenal sama lo, Er."

"Gue Erlan Kavindra. Erlan itu gabungan dari nama mama gue, Erna. Dan bapak gue, Dahlan. Kavindra, artinya penguasa dari puisi-puisi. Makanya, gue suka alay orangnya."

Kaylan tertawa. Cara Erlan memperkenalkan diri tadi adalah cara yang sama sewaktu pertama kali berkenalan dengannya.

"Gue pengen banget nama anak gue nantinya, gabungan dari nama gue sama  nama lo. Supaya nanti namanya jadi Kayler, kan keren."

"Duh, gue mulai gila!"








Kaylan dan Raja PHPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang