Prolog

11 1 0
                                    

"gue ga tau seberapa hebat masa lalu itu. Tapi gue percaya, masa depan tak kalah kuat untuk menghapus masa lalu."

                      --Kaylan Syaile--

Di sebuah kamar bernuansa klasik,  Kaylan sedang berdialog via Vidio Call dengan Erlan, sahabatnya.

"Kayl, gue ke rumah lu sekarang ya," ucap Erlan dengan senyum manisnya.

"Ga usah senyum-senyum. Nanti gue meleleh," ucap Kaylan datar.

"Ga papa, entar gue bentuk lagi terus gue tempa lagi deh."

Ervan tertawa.

"Dasar cowok PHP!"

Sambungan Vidio call terputus, Erlan yang mematikannya. Dia memang suka seenaknya mengakhiri percakapan.

Kaylan menatap pantulan dirinya di cermin.

"Kayaknya, gue mulai suka deh sama Erlan. Sekarang satu pertanyaannya, dia suka gak sama gue?"

Kaylan  tertawa menyadari kebodohannya. Erlan, satu-satunya orang yang muncul saat ia benar-benar pada titik terlemah dalam hidupnya.

Saat Papanya berada dalam bui karena terjerat dalam kasus korupsi dan ibunya meninggal karena tak mampu menerima kenyataan.

Saat itu pula, sahabatnya menyatakan bahwa antara Kaylan  dan mereka tidak mempunyai hubungan apapun. Bahkan, mereka meminta Kaylan  untuk melupakan dan menganggap mereka tak pernah bertemu sebelumnya.

Kaylan tersadar dari lamunannya saat ia mendengar ketukan pintu rumahnya. Itu tak mungkin Erlan. Toh, dia baru menghubunginya beberapa menit lalu, begitu pikirnya.

Ia pun pergi membuka pintu.

Betapa terkejutnya ia saat mengetahui bahwa yang mengetuk pintu rumahnya adalah orang yang dulu pernah mencabik hatinya.

"Assalamu'alaikum Kayl," ucapnya gemetar.

"Siapa ya?" Tanya Kaylan, pura-pura tidak mengenalinya. Padahal, ia sangat mengenal wanita yang berada dihadapannya.

"Kamu gak kenal sama aku lagi, Kaylan?"tanya wanita itu sambil memegang tangan Kaylan.

"Bukannya kita gak pernah ketemu?"

Kaylan memandangnya sinis dan melerai tangannya dari wanita yang tampak kacau itu.

"Aku ngerti kok. Memang, dulu aku pernah bilang sama kamu supaya ngelupain aku dan temen kita."

"Jadi, Lo ngapain kesini hah? Lo tau gak? Setelah gue lupain kalian, hidup gue jadi lebih baik. Sekarang, Lo tiba-tiba nongol. Maksud Lo apa?" Tanya Kaylan tak mampu menahan amarahnya.

Ya. Yang berada dihadapannya saat ini adalah Pricilla. Sahabatnya yang dulu pernah menginjak-nginjak harga dirinya di depan semua orang.

Pricilla memeluk Kaylan. Yang dipeluk tampak diam dan mendengarkan curahan hati Pricilla, mantan sahabatnya itu.

"Apa? Jadi Lo bunting gitu?" Tanya Kaylan terkejut.

"Iya, Kayl. Amel sama Sherina gak mau nerima aku dan mereka malah mutusin hubungan dengan aku," tutur Pricilla sambil menangis.

"Sekarang Lo tau kan, kayak apa perasaan gue dulu?" Tanya Kaylan datar.

"Maafin aku, aku udah ga sanggup lagi. Aku harus gugurin-"

"Sssst!" Kaylan menutup mulut Pricilla.

"Kenapa Lo bisa berpikiran kayak gitu? Otak Lo lebih pinter dari gue. Pricilla, sang juara umum berturut-turut, kesayangan guru. Beda mah kalo sama gue," ucap Kaylan  berusaha menyadarkan Pricilla.

"Kenapa otak Lo ga bisa diajak berpikir sekarang? dengan Lo gugurin itu bayi, itu dosa besar. Lo udah berbuat Zina! sekarang lo mau ngelakuin aksi pembunuhan?"

Seketika, lutut Pricilla lemas dan jatuh terduduk di depan pintu.

"Please Kaylan, please."

Kaylan memejamkan matanya. Rasa egoisnya tak mampu mengalahkan sifat empatinya yang kokoh bagaikan baja.

"Lo boleh masuk. Kamar tamu sama kamar orangtua gue udah gue jadiin kosan, terpaksa Lo tinggal satu kamar bareng gue."

"Makasih Kaylan, aku tau kamu orang baik."

"Udah buruan sana. Hati-hati naik turun tangga," ucap Kaylan tanpa menatap Pricilla.

Saat Kaylan hendak menutup pintu, Erlan sudah sampai di depan gerbang pintu rumah Kaylan dengan cengiran khasnya.

"Saya gak mesen ojek online bang, salah alamat kali," teriak Kaylan dengan senyum jahil.

"Emang ada abang-abang ojek online setamvan gue?" Tanya Erlan.

"Pede gila lo."

Erlan tertawa dan memarkirkan motor sportnya di garasi rumah Kaylan.

"Kangen berat ya?" Tanya Erlan menggoda.

"Iya."

Kaylan menutup mulutnya kuat.

"Aish, ini mulut sering banget jebol remnya," ucapnya malu.

Lagi-lagi Erlan tertawa gemas lalu menyentil dahi Kaylan. Yang disentil pun pura-pura sakit.

"Tiap hari lo sentil gue juga ga papa Er," ucap Kaylandalam hati.

Erlan pergi menuju kamar Kaylan. Entah apa yang mendorongnya ke kamar Kaylan, yang pasti Kaylan sangat heran.

"Woy! Lo ngapain ke kamar gue?" Tanyanya pada Erlan yang berhenti menaiki tangga.

"Mau main PS. Ga boleh?" Tanya Erlan menatap Kaylan, yang ditatap pun cenat-cenut tak karuan.
Kaylan memang seorang gamer handal. Oleh karena itu, Erlan sangat senang main kerumahnya untuk sekedar main game atau bercerita panjang lebar pada Kaylan.

"Kayla!! Ah elu bengong mulu," seru Erlan dan melanjutkan misi main game ke kamar Kaylan.

"Kan disana ada Pricilla. Eh, Erlan tunggu dulu di dalem ada-"

"Kok lu ga bilang-bilang ada temen secantik dia?"










Duh si Er, kita-kita dia makasih siapa sih?

Hehe.

Makasih kunjungannya..

Kaylan dan Raja PHPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang