Bab 9 - Kegelapan

1 1 0
                                    

               Saat aku terbangun, jam dinding menunjukkan waktu sekitar jam 2 pagi. Mimpi yang barusan aku alami serasanya seperti mimpi buruk yang tidak ada ujungnya. Aku memeriksa area sekitarku hanya untuk memastikan bahwa tidak ada apa-apa di dalam kegelapan yang melingkupi tempat tidurku. Meja belajar? Aman. Kamar mandi? Aman. Lemari? Tidak usah diperiksa, terlalu mengerikan. Kalau aku berhasil keluar dari sini hidup-hidup, pastinya aku akan trauma lemari tua. Aku menarik selimutku sampai menutupi wajahku dan memejamkan mataku, namun aku tidak kunjung tertidur. Kegelapan merupakan hal yang menakutkan sekarang. Mataku dijamin akan terbuka semalaman. Setidaknya ini lebih baik daripada terus-menerus diganggu makhluk di dalam mimpiku.

              Ini akan menjadi malam yang panjang, tetapi akhirnya matahari terbit dan malam berakhir.

               Orangtuaku memandangiku dengan tatapan bertanya-tanya saat aku turun ke lantai bawah untuk sarapan. Terlihat cukup jelas bahwa aku sangat kurang tidur tadi malam sebab aku selalu menguap. Wajahku juga menunjukkan kantuk yang tidak bisa disembunyikan. Aku hanya memainkan sereal yang disajikan untukku dan tidak memakan satu sendok pun. Tidak ada yang ingin menanyakan apa yang terjadi. Aku kembali ke kamarku untuk mandi pagi dan bersiap-siap ke sekolah. Tidak ada lagi hal yang menarik dari sekolah, mungkin karena aku selalu sendiri. Nilai-nilaiku semakin lama semakin menurun, sama halnya dengan kesehatan mentalku. Setelah aku mandi dan berpakaian,  aku turun lagi ke bawah dan menunggu di sofa sambil bengong.

               Ayahku mengantarku ke sekolah tanpa berbicara sepatah kata pun. Bahkan keluargaku sendiri mungkin sudah muak denganku. Saat aku sampai, aku keluar dari mobil dan menyeret tas ranselku yang berat menuju kelasku. Buku-buku tebal di dalam tasku sama sekali tidak berguna dan akan berubah menjadi sampah setelah aku lulus. Tidak ada bagusnya, hanya menyakiti punggungku dan memenuhi otakku dengan hal yang tidak penting. Aku menaruh tasku di kelas dan pergi ke toilet untuk menangis lagi. Tetapi, sebelum aku sampai, aku dihentikan oleh seorang pengacau bernama Ky. Mood-ku yang sudah buruk malah semakin buruk sekarang. Dia berusaha bercanda dengan menghalangi jalanku.

               "Ah, kamu gak seru! Ayolah, aku cuma mau ngobrol sebentar!" Dia berusaha mendapatkan perhatianku tapi dia tidak akan mendapatkannya. "Kalau kamu tidak mau, nanti aku tinggalin kamu lagi, loh."

               "Baguslah. Tinggalkan saja aku." Biarkan saja dia melakukan apa yang di mau. Kelakuannya tidak akan menyakitiku lagi.

               "Ya sudah. Aku salah mengira bahwa kamu bisa menjadi teman yang baik."

               Aku selalu salah.

(skip)

               Saat aku kembali dari toilet, kelasnya kosong. Aku memeriksa jadwalku dan ternyata sekarang jam pelajaran olahraga. Aku sudah menangis selama satu jam setengah. Sekarang aku hanya ingin istirahat, jadi aku pergi ke ruang UKS dan mengatakan kepada guru yang berjaga bahwa aku sedang sakit. Bukan seluruhnya merupakan kebohongan, kok. Gurunya mengizinkanku masuk dan aku tiduran di ranjang, atau lebih tepatnya kehilangan kesadaran.

               Aku belum siap.

...

04.01.19
— Sidney

Frankie's Adventures (Indonesian Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang